BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
3 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3 Universitas Indonesia

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan gigi (Scheid & Weiss, 2013). Daerah ini merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

Glass ionomer cement

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Semen ionomer kaca merupakan nama umum dari suatu bahan yang berdasarkan pada reaksi dari bubuk silikat kaca dan asam poliakrilat. Semen ionomer kaca diperkenalkan pertama kali oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Polikarboksilat telah dikembangkan beberapa tahun sebelumnya dan menjadi semen dental pertama yang melekat secara adhesi ke struktur gigi. Semen ionomer kaca dengan cepat memperoleh popularitas sebagai luting semen tetapi tidak dapat digunakan sebagai restorasi karena daya larut tinggi, sifat mekanik rendah dan estetis yang kurang baik. Setelah itu, ditemukan pengganti zinc oxide dari polikarboksilat dengan ion kaca yang larut yang mirip dengan bahan yang digunakan pada semen silikat sebelumnya, sedikit larut dan lebih translusen. 1-2 2.1.1 Pengertian Semen ionomer kaca (SIK) adalah bahan yang dibuat dari kalsium, bubuk kaca stronsium aluminosilikat (basa) digabung dengan larutan polimer (asam). 1 2.1.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca Bahan semen ionomer kaca mengandung sejumlah komponen. Komposisi utamanya adalah bubuk kaca aluminosilikat dan larutan asam poliakrilat. 13

6 Komposisi semen ionomer kaca terdiri atas : 1. Bubuk Tabel 1. Komposisi Bubuk Semen Ionomer Kaca 12 Kimiawi Persen Berat Silica (SiO 2 ) 29.0 Alumina (Al 2 O 3 ) 16.6 Calcium Fluoride (CaF 2 ) 34.3 Cryolite (Na 3 AlF 6 ) 5.0 Aluminium Fluoride (AlF 3 ) 5.3 Aluminium Phosphate (AlPO 4 ) 9.8 2. Cairan Asam poliakrilat yang paling banyak digunakan adalah kopolimer dari asam akrilik, asam itakonik, dan asam maleik. 13-14 Komposisi cairan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca 12 Kimiawi Persen Berat Poly (asam akrilik- asam itakonik) 47.5 Air 47.5 Asam tartaric 5.0 Berbagai analog asam poliakrilat, yang bila dikombinasikan dengan variasi berat molekul dan konfigurasi, berarti bahwa berbagai rupa formulasi yang mungkin mendapat. Polyacids paling banyak digunakan dalam formulasi saat ini kopolimer dari asam akrilik dan itaconic atau akrilik dan asam maleat (Gambar 1). 13 Asam poliakrilat yang terbaru adalah kopolimer dari asam vinil fosfonat. Asam ini lebih kuat daripada asam lainnya yang terkandung dalam semen ionomer kaca. Asam vinil fosfonat memberikan kekuatan yang lebih tinggi dalam jangka panjang dan meningkatkan ketahanan terhadap kelembaban. 14

7 Gambar 1. Struktur kimia berbagai macam semen ionomer kaca 13 2.1.3 Sifat-Sifat Semen Ionomer Kaca 2.1.3.1 Biokompatibilitas Ada dua alasan yang menyebabkan polyacid kurang berbahaya daripada asam fosfat. Alasan pertama, asam yang digunakan lebih lemah daripada asam fosfat. Alasan kedua, rantai polyacid besar dan tidak bergerak. Pergerakan yang lebih lanjut dibatasi oleh ion kalsium yang terdapat pada semen ionomer kaca. Studi tentang pulpa menunjukkan bahwa semen ionomer kaca menyebabkan respon inflamasi ringan yang biasanya dapat disembuhkan dalam 30 hari. Respon inflamasi tersebut bergantung pada sisa ketebalan dentin. 1 2.1.3.2 Kekerasan Kekerasan dapat diartikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap deformasi dari tekanan yang diberikan kepadanya. Kekerasan semen ionomer kaca adalah 48 KHN. 12,14

8 2.1.3.3 Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan semen ionomer kaca dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kekuatan Bahan Semen Ionomer Kaca 1 Sifat Besar Kekuatan Kompresi 130 Mpa (min) (compressive strength) Kekuatan Tarik 1-3Mpa (tensile strength) Kekuatan Elastik 15-20 Pa (flexural strength) 2.1.3.4 Kelarutan Nilai kelarutan semen ionomer kaca yang direndam didalam air lebih tinggi bila dibandingkan dengan semen lain. Namun, ketika semen ionomer kaca direndam dalam larutan asam (0,001 N lactid acid), nilai kelarutannya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan semen lainnya. 12 Kelarutan bahan semen ionomer kaca dalam waktu jangka panjang dapat disebabkan oleh asam atau abrasi mekanis. Hal ini tidak mengherankan mengingat pengaplikasian utama semen ionomer kaca adalah untuk merestorasi lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) didaerah margin gingiva yang sangat potensial terhadap serangan asam. Pada margin gingiva terjadi akumulasi plak dan lingkungan yang sangat asam berkembang karena pembentukan asam laktat. 14 2.1.3.5 Kekasaran Kekasaran merupakan faktor yang penting terhadap pelaksanaan komponenkomponen mekanis karena ketidakteraturan pada permukaan dapat menjadi daerah inti retakan dan korosi. 15

9 2.1.3.6 Adhesi Semen ionomer kaca memberikan perlekatan yang baik bagi email dan dentin. Mekanisme perlekatannya yaitu semen ionomer kaca akan berikatan dengan struktur kimia gigi. Ikatannya terjadi antara sekelompok karboksil dari polyacid dan kalsium yang terdapat pada email dan dentin. Ikatan pada email jauh lebih tinggi daripada dentin, hal itu mungkin disebabkan email yang kaya akan zat anorganik. 12 2.1.3.7 Warna Secara estetis, semen ionomer kaca lebih rendah daripada silikat maupun komposit. 15 Semen ionomer kaca yang digunakan untuk menumpat gigi anterior mempunyai estetik yang baik tetapi rapuh. Sifat rapuh ini menunjukkan bahwa mikroporositas semen ionomer kaca cukup tinggi. Mikroporositas pada semen ionomer kaca akan mempengaruhi kemampuannya untuk menjaga kestabilan warna. Penggabungan semen silikat dan semen polikarboksilat diharapkan dapat membuat bahan tambalan ini memenuhi syarat sebagai bahan restorasi. 17 2.1.3.8 Pelepasan Fluor Fakta bahwa dental cement yang larut didalam rongga mulut sering dianggap sebagai efek buruk karena dapat menyebabkan degradasi bahan. Fluor yang dilepaskan secara signifikan dapat meningkatkan pertahanan gigi terhadap karies. 13

10 2.1.4 Jenis-Jenis Semen Ionomer Kaca Tipe I : Luting Cement Semen ionomer kaca jenis ini sangat disukai karena adaptasi yang baik terhadap pulpa, mengikat ke struktur gigi, dan melepaskan fluor. 18 Tipe II : Restorative Cement Semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi tidak digunakan pada daerah yang menerima tekanan kuat karena tensile strength yang lemah. Digunakan sebagai bahan restorasi untuk lesi servikal non-karies (seperti abrasi sikat gigi) karena semen ini dapat ditempatkan tanpa harus membuang jaringan gigi untuk mendapatkan ikatan mekanis yang berfungsi untuk menahan restorasi. 18 Tipe III : Lining and Bases Cement Sebagai lining, semen ini digunakan sebagai pelindung pulpa dari perubahan temperatur, bahan kimia restorasi lain dan asam etsa. Semen ini mengandung sedikit bubuk dan diaplikasikan selapis tipis. Sedangkan sebagai base digunakan untuk menggantikan dentin yang hilang yang pengaplikasiannya lebih tebal dari liner dan memiliki kadar bubuk yang lebih banyak dan kuat secara fisik. 18 2.1.5 Reaksi Pengerasan Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampur, cairan polimer akan memecahkan permukaan luar dari bubuk semen ionomer kaca yang akan melarutkan keduanya. Selama proses tersebut ion positif aluminium dan kalsium dilepas. Ion-ion ini akan berinteraksi dengan ion negatif dari cairan polimer. Polimer akan berikatan silang karena reaksi asam basa, yang membentuk jaringan amorf yang akan menahan filler pada tempatnya seperti pada gambar 2. Ion fluor yang dilepaskan akan bergabung kedalam matriks. Ketika semen ionomer kaca berkontak dengan saliva, fluor secara perlahan akan dilepas yang memberikan efek sebagai antikaries. 18,19 Setting time untuk semen ionomer kaca adalah 4 sampai 5 menit, meskipun bahan tersebut meningkat kekuatannya selama 24 jam. Setting time disertai dengan penyusutan volume 3 sampai 4%. Penyusutan bahan semen ionomer kaca sangat merugikan. Hal ini disebabkan oleh lamanya setting time dari semen ionomer kaca. 18

11 Gambar 2. Reaksi pengerasan semen ionomer kaca 19 2.2 Minuman Isotonik Minuman isotonik yang dikembangkan di Amerika Serikat di 1960-an ketika University of Florida Gators mulai minum formulasi karbohidrat dan elektrolit untuk meningkatkan kinerja dan mencegah dehidrasi. Minuman isotonik yang populer di seluruh dunia, namun berbagai produk sedikit berbeda dalam komposisinya. Minuman isotonik mengandung 6% sampai 8% karbohidrat, karbohidrat menjadi glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltodekstrin sintetis. 10 Kebanyakan minuman ringan, termasuk minuman isotonik mengandung beberapa jenis asam, seperti phosphoric acid, asam sitrat, malic acid dan tartaric acid. Semua mengandung sejumlah kecil elektrolit, termasuk sodium, kalium dan klorida, untuk meningkatkan rasa dan membantu menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Tujuan dari minuman isotonik adalah untuk mencegah dehidrasi, memberikan karbohidrat, meningkatkan energi, dan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat. Salah satu contoh minuman isotonik adalah Pocari Sweat. 10,11

12 Pocari Sweat merupakan minuman kesehatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Otsuka (Filipina) Pharmaceutical Incorporated (OPPI). Pocari Sweat pertama kali diperkenalkan di Jepang pada Tahun 1980 dan sejak itu telah menjadi favorit bagi konsumen Jepang. Minuman kesehatan ini merupakan minuman isotonik yang dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keringat. Sampai saat ini, Pocari Sweat sudah dapat dinikmati oleh konsumen di 14 negara di seluruh dunia. Minuman isotonik (sports drink) dan minuman ringan lainnya mempunyai pengaruh terhadap keadaan rongga mulut. Minuman karbonat (soft drink), laktat, dan minuman isotonik mempunyai tingkat keasaman yang hampir sama. ph minuman ringan, termasuk di dalamnya minuman isotonik, berada antara rentan nilai ph 2,4-4,5. Hal ini dapat diartikan bahwa ph minuman ringan berada di bawah batas ph kritis. Syarifah (2013) menunjukkan bahwa nilai ph 5,5 merupakan ph kritis yang menyebabkan email mengalami proses demineralisasi. Selain itu, kandungan mineral kalsium hidroksiapatit juga akan melarut pada ph tersebut. Beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa minuman isotonik (sports drink) dan minuman energi bersifat lebih erosif daripada minuman soda karena pengaruh asam di dalam minuman tersebut. Kebanyakan minuman ringan, termasuk minuman isotonik, mengandung beberapa jenis asam, seperti phosphoric acid, asam sitrat, malic acid dan tartaric acid. Penelitian membuktikan bahwa minuman isotonik dapat menyebabkan terjadinya erosi gigi karena keasaman minuman isotonik, dapat merugikan sifat bahan restoratif. 11 2.3 Kekasaran Permukaan Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (µm). 1516 Kekasaran permukaan dihitung sebagai deviasi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan ke puncak permukaan tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan Bollen dkk (1997) menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan

13 oleh Quirynen dkk (1990). Adhesi antara plak dengan bahan restorasi tidak akan terjadi pada permukaan yang lebih kecil dari 0,2 µm. 20 Sedangkan Willems dkk (1991) menyatakan bahwa kekasaran permukaan suatu restorasi yang dapat diterima harus sama atau kurang dari kekasaran email yaitu 0,64 µm. 21 Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik, oral hygiene dan perlekatan plak. 20 Profilometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu kekasaran permukaan suatu bahan. Pengukurannya dilakukan dengan cara ujung stylus diletakkan pada setiap spesimen yang akan diukur dan nilai kekasaran dapat diperoleh. 15