BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengusahakan keamanan dan kenyamanan pasien perioperatif. Resiko

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. National Comorbidity Study (NSC) mengungkapkan 1 dari 4 orang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskuler. Insiden dan mortalitas kanker terus meningkat. Jumlah penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan, yang dalam bahasa Inggris disebut anxiety, sebagaimana diadaptasi dari Encyclopedia of Psychology (2000) oleh American Psychology Association, merupakan emosi yang ditandai oleh perasaan tertekan, pikiran gelisah, dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah. Perubahan hemodinamik tersebut dapat dihubungkan dengan stimulasi simpatik, parasimpatik, dan endokrin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap bahaya, baik yang sungguh-sungguh ada, maupun yang tidak. Kecemasan merupakan sebuah fenomena kognitif, dimana seseorang merasa sesuatu akan terjadi di luar kehendak dan tidak bisa diprediksi. 1, 2 Kecemasan dapat dialami oleh siapa saja. Menurut Nevid (2005), kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang normal di beberapa situasi, tetapi tidak di situasi yang lain. Kecemasan akan diperparah jika seseorang merasa tidak sanggup menghadapinya karena meragukan kemampuan diri sendiri. Ketika kecemasan dan kekuatiran yang terjadi bersifat berlebihan dan tidak rasional, bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari, hal ini disebut sebagai gangguan kecemasan. 3 Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan. Gangguan kecemasan termasuk salah satu masalah kesehatan mental yang paling umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu sebesar 16-29%. National Comorbidity Study melaporkan bahwa 1 dari 4 orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya 1 gangguan kecemasan dan terdapat angka prevalensi 12 bulan per 17,7%. Di Indonesia, prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14 juta orang mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas. Nilai ini sudah lebih baik dibandingkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yaitu 11,6%. 4, 5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kecemasan bisa bersifat spesifik terhadap situasi tertentu yang dihadapi, misalnya sebelum menjalani operasi. Bardner (1990) mengatakan ansietas preoperatif merupakan konsep yang menantang dalam pelayanan preoperatif pada pasien. Pasien yang akan menjalani pembedahan elektif sebagian besar mengalami kecemasan dan hal ini diterima secara luas sebagai respon yang normal. Adapun tingkat kecemasan yang diwujudkan masing-masing pasien tergantung dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk usia, jenis kelamin, jenis dan tingkat pembedahan, riwayat pembedahan, dan kerentanan personal terhadap situasi penuh tekanan. 6 Kecemasan preoperatif secara garis besar terbagi dua, kecemasan terhadap prosedur pembedahan itu sendiri dan kecemasan terhadap prosedur anestesi. Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan dan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dengan penjahitan luka. 7 Aspek kedua yang menyebabkan kecemasan preoperatif adalah dari segi anestesi. Menurut the American Society of Anesthesiologists, anestesiologi adalah praktik kedokteran yang didedikasikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan pelayanan total bagi pasien sebelum, selama, dan setelah pembedahan. Anestesi secara umum dibagi menjadi anestesi lokal, regional, dan general atau umum. Anestesi memungkinkan pasien untuk menoleransi prosedur pembedahan yang apabila dilakukan tanpa anestesi bisa menimbulkan rasa nyeri yang tidak dapat ditahan, berpotensi menyebabkan eksaserbasi fisiologik ekstrim, dan menghasilkan memori tidak menyenangkan. 8 Jumlah pasien yang mengalami kecemasan ketika akan menjalani prosedur pembedahan cukup besar. Capernito (1999) menyatakan 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami ansietas. Dari literatur dan studi yang dilakukan, didapatkan persentase besarnya kecemasan pasien pada fase preoperatif bervariasi, yaitu antara 10-80%, tergantung populasi yang diteliti, karakteristik dan budaya, pengetahuan, alat ukur kecemasan yang digunakan, dan waktu pengambilan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

sampel. Di Indonesia sendiri, belum ada data yang menyebutkan insiden kecemasan preoperatif pada pasien yang akan menjalani bedah elektif. 9 Namun, dari penelitian di RSUP Fatmawati tahun 2009, didapatkan pasien yang mengalami kecemasan preoperatif sebanyak 75.1%. Penelitian di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2010 menunjukkan 90% pasien menderita kecemasan preoperatif. Sedangkan insiden kecemasan preoperatif pasien fraktur femur di RS Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto adalah sebanyak 95%. Adapun penelitian Kustiawan (2013), Hendri (2009), dan Winda (2014) mendapatkan hasil 100%. 10-15 Dampak yang ditimbulkan dari faktor psikologis, terutama ansietas, cukup signifikan di berbagai fase perioperatif. Pada tahap preoperatif, adanya kecemasan preoperatif dihubungkan dengan kebutuhan dosis obat premedikasi dan obat untuk induksi anestesia yang lebih besar. Begitu juga dengan dosis obat pemeliharaan anestesia saat operasi berlangsung. Pada fase postoperatif, ditemukan hubungan dengan intensitas nyeri yang lebih tinggi dan fase pemulihan yang memanjang. 16-19 Meskipun sudah diketahui bahwa pasien sering mengalami kecemasan preoperatif dan dampak yang ditimbulkan cukup substansial, informasi tentang subjek ini masih sangat sedikit pada literatur, termasuk di bidang anestesiologi, terutama di Indonesia. Ditemukan juga bahwa ansietas tidak secara sistematik dievaluasi pada kunjungan preanestesia. Studi oleh Moerman (1996) membuktikan kecemasan pasien sering tidak teridentifikasi dengan baik oleh dokter dan perawat. Pasien sering menyatakan mereka lebih cemas daripada yang dinilai oleh dokter dan perawat. 20 Penelitian oleh Jawaid (2007) di Pakistan menunjukkan hanya 32.1% pasien tahu secara lengkap detil operasi yang akan mereka jalani. Dari penelitian yang sama, 56% pasien menyatakan kecemasan mereka akan berkurang jika prosedur dijelaskan kepada mereka secara lengkap. Namun, penelitian pada pasien di Lebanon, seperti disebutkan pada penelitian Erkilic (2017), tidak mendukung temuan bahwa pemberian informasi dapat menurunkan tingkat kecemasan. Oleh karena itu, idealnya klinisi memberikan informasi disesuaikan dengan kebutuhan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

informasi pasien, yang mungkin berbeda-beda karena dipengaruhi mekanisme 2, 21 coping yang dimiliki pasien. Melihat pentingnya kecemasan preoperatif sebagai salah satu aspek penentu dari kualitas pelayanan pasien, hendaknya dilakukan intervensi untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya hal tersebut. Termasuk dalam cara-cara intervensi tersebut: terapi farmakologis, penyediaan informasi, distraksi, 22, 23, 24 pemusatan perhatian, dan prosedur relaksasi. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti berminat meneliti gambaran kecemasan pada pasien yang akan menjalani pembedahan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Secara khusus, jenis pembedahan yang diteliti adalah pembedahan ortopedi, karena merupakan salah satu yang terbanyak dilakukan di ruang operasi RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil suatu perumusan masalah, yaitu 1. Bagaimana gambaran kecemasan preoperatif pada pasien pembedahan ortopedi di RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan jenis kelamin? 2. Bagaimana gambaran kecemasan preoperatif pada pasien pembedahan ortopedi di RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan tingkat pendidikan? 3. Bagaimana gambaran kecemasan preoperatif pada pasien pembedahan ortopedi di RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan riwayat operasi? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran kecemasan preoperatif pada pasien pembedahan ortopedi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kecemasan preoperatif pada pasien jenis kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

2. Mengetahui gambaran kecemasan preoperatif pada pasien tingkat pendidikan. 3. Mengetahui gambaran kecemasan preoperatif pada pasien riwayat operasi. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan gambaran kecemasan preoperatif pada pasien. 1.4.2 Manfaat Aplikatif 1.4.2.1 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dan data kepustakaan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 1.4.2.2 Bagi Klinisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana sosialisasi kepada profesional di bidang kesehatan dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terhadap kecemasan preoperatif pada pasien. Penelitian ini juga diharapkan pada akhirnya membuat tenaga kesehatan melakukan tindakan usaha manajemen bagi kecemasan preoperatif ini, sesuai kompetensi dan wewenang masing-masing, dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan pasien, terutama pada fase perioperatif. 1.4.2.3 Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi dan memberikan pengetahuan tambahan mengenai kecemasan preoperatif. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5