FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI CHOIRUL MALA PALEMBANG TAHUN 2017 STIK Bina Husada Palembang, Program Studi Kebidanan helenevelina@gmail.com ABSTRAK Latar belakang: Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi hormonal yang terdiri dari umur, paritas, pendidikan dan pengetahuan yang menentukan pene. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal di Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala Palembang tahun 2017. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu akseptor KB di Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala Palembang dari bulan Januari sampai September tahun 2017 sebanyak 189 orang, teknik pengambilan sampel secara accidental sampling sebanyak 64 orang. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian: Hasil analisis univariat didapatkan distribusi frekuensi umur akseptor KB yang tidak berisiko (21-35 tahun) sebanyak 70,4%, distribusi frekuensi pendidikan akseptor KB yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 46,9%, distribusi frekuensi paritas akseptor KB yang multigravida sebanyak 59,4%, distribusi frekuensi pengetahuan yang kurang sebanyak 51,6%, distribusi frekuensi jenis kontrasepsi akseptor KB hormonal sebanyak 79,7%. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan bermakna antara umur, paritas, pendidikan dan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi (p value 0,000 nilai OR 8,5 ; p value 0,000 nilai OR 2,4 ; p value 0,000 nilai OR 3,9 ; p value : 0,000 nilai OR 2,8). Saran: Tenaga kesehatan diharapkan memberikan konseling kepada pasangan usia subur sebelum memilih alat kontrasepsi sehingga pasangan usia subur memilih alat kontrasepsi sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kata Kunci : Kontrasepsi Hormonal, Karakteristik ABSTRACT Background: Many factors influence a person in choosing a hormonal contraceptive consisting of age, parity, education and knowledge that determines the outcome. Research Purpose: To determine the factors associated with the use of hormonal contraceptives in Choirul Mala Mandiri Mandiri Midwife in 2017. Research Methode: This research is a quantitative study with a cross sectional study analytical survey design. The population in this study were all mothers of family planning acceptors in the Mandiri Choirul Mala Practicum Midwife Palembang from January to September 2017 totaling 189 people, the sampling technique was accidentally sampling as many as 64 people. Analysis used univariate and bivariate. Research Result: The results of univariate analysis showed the frequency distribution of age KB acceptors who were not at risk (21-35 years) as much as 70.4%, education frequency distribution of family planning acceptors who had low education as much as 46.9%, frequency distribution of parity of multigravida family planning acceptors as much as 59.4%, lack of frequency distribution of knowledge as much as 51.6%, frequency distribution of hormonal contraceptive acceptor types as much as 79.7%. The results of bivariate analysis showed that there was a significant relationship between age, parity, education and knowledge with the use of contraceptives (p value 0,000 OR value 8.5; p value 0.000 OR value 2.4; p value 0.000 value OR 3.9; p value: 0,000 value OR 2.8). Suggestion: Health workers are expected to provide counseling to couples of childbearing age before choosing contraceptives so that couples of childbearing age choose contraceptives according to their health conditions. Keywords: Hormonal Contraception, Characteristics Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 51
PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke empat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Dengan jumlah penduduk yang begitu tingginya akan sangat mempengaruhi kepadatan penduduk, angka kematian dan angka kelahiran. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menekan jumlah penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB) (BKKBN, 2013). Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan, untuk mencapai hal tersebut dibuatlah beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda kehamilan, walaupun dalam pelaksanaannya pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara.karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi seperti kurangnya sarana yang dibutuhkan, pendidikan, sosial ekonomi, budaya, agama, status wanita dan dukungan suami. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memilikiefektifitas yang berbeda-beda (Sulistyawati, 2012). Jumlah peserta KB di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 35.202.908 (74,87%), metode kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih banyak penggunanya yaitu sebesar 84,74%, sedangkan peserta yang menggunakan MKJP hanya sebesar 15.26% (BKKBN, 2014). Dengan presentase penggunaan alat kontrasepsi IUD (11,07%), Metode Operasi Wanita (MOW) (3,52%), Metode Opersasi Pria (MOP) (0,69%), kondom (3,15%), implant (10,46%), pil (23,58%) dan injeksi (47,57) (Kemenkes RI, 2013). Jenis kontrasepsi yang banyak di gunakan adalah suntik (65,0%). Proporsi terbesar penggunaan jenis kontrasepsi pil adalah jenis kombinasi (83,0%),suntik depo progestin (88,0%), sedangkan implant semua menggunakan jenis norplant (100%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar terjadinya efek samping gangguan siklus haih adalah pada suntik (79,7%), peningkatan tekan darah pada pil (12,5%), peningkatan berat badan pada suntik (16,6%)dan produksi ASI berkurang pada jenis pil kombinasi (25,0%) (Afni, 2014). Berdasarkan data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) (2011), dalam upaya membangun penduduk yang berkualitas maka pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pembangunan sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk yaitu mengatasi pertumbuhan penduduk, dengan Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 52
menetapkan program Keluarga Berencana (KB) pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk mencegah kehamilan. Terutama kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi, karena hal tersebut dapat menyebabkan atau menambahangkan kesakitan dan angka kematian ibu. Menurut World Health Organization (WHO), dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan Keluarga Berencana dan 65-75 juta diantaranya terutama di negara berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi oral, suntik dan implant kontrasepsi hormonal yang digunakan dapat memiliki pengaruh positif ataupun negatif terhadap berbagai organ wanita baik organ genetalia maupun non genetalia (Prawiroharjo, 2007). Berdasarkan data dari Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala didapatkan bahwa pada tahun 2014 ibu yang menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 5514 orang peserta KB yaitu kb suntik 5391 orang, pil 123 orang, pada tahun 2015 berjumlah 4012 orang peserta KB pil KB 68 orang, KB suntik 3944 orang, pada tahun 2016 berjumlah 3754 orang peserta KB yaitu implan 2 orang, pil KB 66 orang, KB suntik 3690 orang. Dari survey awal yang dilakukan dengan mewawancarai 5 orang akseptor KB di Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala, didapatkan bahwa 3 orang sebagai akseptor KB hormonal yaitu akseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan. Dua dari tiga orang ibu tidak mengetahui apa itu kontrasepsi hormonal dan efek samping penggunaannya (Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala, 2016). Berdasarkan masalah masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam apakah Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal di Bidan praktik mandiri Choirul Mala Palembang tahun 2017. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu akseptor KB di Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala Palembang dari bulan Januari sampai September tahun 2017 sebanyak 189 orang, teknik pengambilan sampel secara accidental sampling sebanyak 64 orang. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 53
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Paritas, Pendidikan dan Pengetahuan Akseptor KB Variabel Frekuensi Persentase (%) Umur Tidak Berisiko ( 20 dan > 35) 19 orang 29,6 Berisiko (21-35 tahun) 45 orang 70,4 Pendidikan Tinggi 34 orang 53,1 Rendah 30 orang 46,9 Paritas Primigravida 26 orang 40,6 Multigravida 38 orang 59,4 Pengetahuan Baik 31 orang 48,4 Kurang 33 orang 51,6 Jenis Kontrasepsi Non Hormonal 13 orang 20,3 Hormonal 51 orang 79,7 Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa sebagian besar memiliki umur berisiko ( 20 dan > 35) sebanyak 70,4%, pendidikan tinggi sebanyak 53,1%, paritas multigravida sebanyak 59,4%, pengetahuan kurang sebanyak 51,6% dan penggunaan kontrasepsi hormonal sebanyak 79,7 orang. Analisis Bivariat Hubungan Umur dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Tabel 2. Hubungan Umur dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Penggunaan Alat Kontrasepsi Umur Non Hormonal Hormonal Jumlah n % n % n % Tidak Berisiko ( 20 dan > 35) 7 10,9 12 18,8 19 29,7 Berisiko (21-35 tahun) 40 62,5 5 7,8 45 70,3 Jumlah 47 73,4 17 26,6 64 100 P Value 0,000 Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistic diperoleh nilai p value = 0,000 (p value 0,05), sehingga dapat disimpulkan. ada hubungan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal di Bidan praktik mandiri Choirul Mala Palembang Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 54
Hubungan Paritas dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Tabel 3. Hubungan Paritas dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Penggunaan Alat Kontrasepsi Paritas Non Hormonal Hormonal Jumlah n % n % n % Mutligravida ( 2) 24 37,5 10 15,7 10 53,2 Primigravida (<2) 23 35,9 7 10,9 30 46,8 P Value 0,000 Jumlah 47 73,4 17 26,6 64 100 Berdasarkan tabel 3 diatas, hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p value 0,05), sehingga dapat disimpulkan. ada hubungan antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi hormonal di Bidan praktik mandiri Choirul Mala Palembang Hubungan Pendidikan dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Tabel 4. Hubungan Pendidikan dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pendidikan Penggunaan Alat Kontrasepsi Jumlah P Value Tinggi (SMA dan perguruan Tinggi) Rendah (Tidak Sekolah, SD dan SMP) Non Hormonal Hormonal n % n % n % 32 50 12 18,8 44 68,8 15 23,4 5 7,8 20 31,2 Jumlah 47 73,4 17 26,6 64 100 0,000 Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p value 0,05), sehingga dapat disimpulkan. ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. di Bidan praktik mandiri Choirul Mala Palembang Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 55
Hubungan Penngetahuan dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Tabel 5. Hubungan Penngetahuan dengan Pengunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Penggunaan Alat Kontrasepsi Pengetahuan Jumlah Non Hormonal Hormonal n % n % n % Baik 29 45,3 11 17,2 40 62,5 Kurang 18 28,1 6 9,4 24 37,7 P Value 0,000 Jumlah 47 73,4 17 26,6 64 100 Berdasarkan tabel 5 diatas, hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p value 0,05), ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. PEMBAHASAN Hubungan Umur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Menurut Hanafi (2004) dalam Susilawati (2013), dalam kehidupan wanita dapat dikelompokkan atas 3 kelompok berdasarkan masa reproduksi masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun, masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun, masa reproduksi tua yaitu umur >35 tahun. Menurut Hanafi (2004) dalam Susilawati (2013) dalam program KB Nasional untuk menyelamatkan ibu dan anak akan melahirkan pada usia muda dan melahirkan pada usia tua maka ditempuh kebijaksanaan yang dikategorikan dalam 3 fase yaitu fase menunda atau mencegah kahamilan bagi pasangan usia subur dengan istri berumur < 20 tahun, dianjurkan untuk menunda kehamilannya, fase menjarangkan kehamilannya bagi pasangan usia subur dengan istri berumur 20 35 tahun yang merupakan masa paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran antara 2 sampai 4 tahun, fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri berumur >35 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunnisa (2010) di Sopeng dan Zainuddin (2012) di Pangkep yang menunjukkan adanya hubungan antara umur ibu dengan penggunaan kontrasespsi hormonal. Hasil penelitian ini juga didukung Ama (2007) Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 56
yang melakukan penelitian di Bostwana afrika menunjukkan hasil bahwa umur responden memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaedy (2012) di Selayar menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan pemilihan metode kontrasepsi hormonal. Akseptor KB tidak mengetahui pola penggunaan kontrasepsi yang rasional yaitu pemilihan kontrasepsi disesuaikan dengan fase umur. Pada umur < 20tahun atau > 30 tahun, peserta KB pada umumnya memilih kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi seperti pil dan suntik. Hal ini disebabkan masih kurang pahamnya masyarakat mengenai pola dasar penggunaan kontrasepsi rasional dan alasan akseptor KB dalam memilih jenis kontrasepsi suntikan lebih banyak memilih karena mudah diperoleh dan harganya terjangkau bagi akseptor KB. Hubungan Pendidikan dengan Alat Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhafid (2004) di Bolaang Mongondow dan Zainuddin di Pangkep yang menunjukan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan metode kontrasepsi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2009) terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu. Tingkat pendidikan tidak menentukan seseorang dalam memilih jenis kontrasepsi. Hal ini menunjukan bahwa tinggi rendahnya pendidikan tidak mempengaruhi peserta KB dalam menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan, ini disebabkan responden yang berpendidikan rendah dan tinggi sudah tahu pentingnya serta manfaat dari suatu alat kontrasepsi dari petugas kesehatan ataupun sumberlainnya. Hubungan Paritas dengan Alat Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan bermakna antara paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terbukti secara statistik. Banyaknya anak yang masih hidup mempengaruhi kesertaan seseorang dalam mengikuti program KB. Semakin besar jumlah anak hidup yang dimiliku seseorang semakin besar kemungkinan membatasi Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 57
kelahiran. Dengan melihat jumlah anak yang dilahirkan hidup ditemukan pula hubungan yang bersifat positif artinya makin tuia umur mencerminkan proses perubahan keluarga dan dapat juga memperlihatkan proses perubahan keluarga dan dapt juga memperlihatkan proses perubahan fertilitas antar waktu (Depkes, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Ramadini (2014) ada hubungan paritas dengan penggunaan alat kontasepsi. Hal ini disebabkan adanya beberapa factor diantaranya yaitu faktor lingkungan dan faktor dalam diri individu itu sendiri seperti keinginan dan ketertarikan kepada sesuatu aataupun faktor social ekonomi. Paritas juga berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal karena ibu primigravida masih belum berpengalaman dan memiliki sedikit informasi tentang kontrasepsi hormonal. Hubungan Pengetahuan dengan Alat Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi hormonal. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Pada penelitian sebelumnya oleh Kurniawan (2008) dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Formal, Tingkat Pengetahuan Tentang KB, dan Usia dengan Pemilihan Kontrasepsi, diperoleh bahwa pengetahuan responden mempunyai hubungan signifikan terhadap peningkatan kemungkinan penggunaan metode non hormonal, dengan rincian bahwa pengetahuan yang baik memberikan kemungkinan penggunaan metode non hormonal sebesar 22 kali lipat (dengan OR=22,00 dan CI 95%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan cukup atau kurang. Penelitian lain oleh Wijayanti (2006), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Gender Suami dan Pemilihan Metode Kontrasepsi Ibu Akseptor KB, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gender suami dengan pemilihan metode kontrasepsi, dengan nilai r=0,849. Sehingga terdapat hubungan yang positif, artinya dengan tingginya tingkat pengetahuan suami, maka akan memberikan nilai korelasi positif terhadap pemilihan metode kontrasepsi. Tingkat pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi yang diperoleh dari pemberian informasi yang akurat dan tidak bias mempengaruhi keputusan ibu untuk memilih dan menggunakan metode kontrasepsi hormonal dan non hormonal (Pendit, 2007). Dengan menyediakan informasi yang akurat dan sesuai serta konseling yang bersifat empatik, maka individu dan pasangan dapat memilih dengan sadar Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 58
suatu metode kontrasepsi. Agar pemakaian metode benar dan aman, pemakai perlu memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi yang mereka pilih,termasuk pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasi (Pendit, 2007). Semakin baik pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi, maka semakin tinggi pula pemakaian kontrasepsi non hormonal, karena ibu yang berpengetahuan baik tentang metode kontrasepsi, termasuk tahu tentang keamanan, cara pemakaian, efek samping dan komplikasi dari metode kontrasepsi hormonal dan non hormonal, cenderung menggunakan konntasepsi non hormonal. 7. Ada hubungan pengetahuan dengan pengunaan alat kontrasepsi hormonal Saran 1. Bidan Praktik Mandiri Choirul Mala Diharapkan kepada tenaga kesehatan di BPM Choirul Mala untuk dapat memberikan konseling sebelum pasien memilih alat kontrasepsi. Sehingga alat kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan riwayat kesehatan pasien. 2. Pasangan Usia Subur Diharapkan kepada pasangan usia subur untuk mencari informasi tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan sehingga sesuai dengan kondisi kesehatannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Responden umur 21-35 tahun sebanyak 70,4%, pendidikan rendah sebanyak 46,9%, primigravida sebanyak 40,6% 2. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang kontrasepsi hormonal sebanyak 51,6% 3. Responden yang menggunakan KB hormonal sebanyak 81,2% 4. Ada hubungan umur dengan pengunaan alat kontrasepsi hormonal 5. Ada hubungan pendidikan dengan pengunaan alat kontrasepsi hormonal 6. Ada hubungan paritas dengan pengunaan alat kontrasepsi hormonal Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 59
DAFTAR PUSTAKA Afni, 2014. Gambaran Efek samping Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Ibu-Ibu Usia 20-35 tahun 2014 di Kecamatan Jelai Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah, Sukamara BKKBN, 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan Di Indonesia Tahun 2013. Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Depkes, 2011. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses. Pada tanggal 25 Juli 2018, pukul 13.00 WIB. Availiable : http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatinharganas.pdf. Everett, 2013. Kontrasepsi Hormonal, Jakarta, EGC Kemenkes RI, 2013. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta, Trans Indo Media Manuaba, I. B. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC Saifuddin, B. A., et al. (2014). Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Sulistyawati A, 2012, Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Susenas. Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil Susenas. Jakarta; 2015 Speroff, L., Darney, P. (2005). Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2, Jakarta: EGC WHO, 2014. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: EGC Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan 60