1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Statistik KATA PENGANTAR

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh sektor dengan produktivitas yang rendah, seperti: sektor perikanan, pertanian, perdagangan dan industri rumah tangga. Pada sektor dengan produktivitas yang rendah inilah jumlah usaha mikro dan kecil terkonsentrasi (84,7%) yang memperebutkan porsi PDB sebesar 30,4% pada tahun 2003. Namun produktivitas dan daya saing usaha mikro dan kecil masih rendah Selama tahun 2000 2003 peranan usaha mikro, kecil dan menengah dalam penciptaan nilai tambah (value added) terus meningkat dari 54,51% pada tahun 2000 menjadi 56,72% pada tahun 2003. Sebaliknya peranan usaha besar semakin berkurang dari 45,49% pada tahun 2000 menjadi 43,28% pada tahun 2003. Usaha mikro, kecil dan menengah menyediakan 43,8% kebutuhan barang dan jasa nasional, sementara usaha besar 42,1% dan impor 14,1%. Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi usaha mikro dan kecil sebesar 4,1%, usaha menengah tumbuh sebesar 5,1%, sedangkan usaha besar hanya tumbuh 3,5%. Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah telah meningkatkan kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah untuk pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,37% dari total pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1%. Usaha mikro, kecil dan menengah memiliki keunggulan pertumbuhan PDB dalam sektor sekunder yang tumbuh masing-masing sebesar 5,60%, 4,65% dan 5,36% pada periode 2001-2003, sedangkan usaha besar hanya tumbuh sebesar 3,36%, 3,60% dan 4,04% pada periode yang sama. Usaha mikro, kecil dan menengah di sektor sekunder dan tersier relatif potensial dikembangkan pada masa mendatang mengingat memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Adapun rata-rata struktur PDB menurut Skala Usaha tahun 2000-2003 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata struktur PDB menurut skala usaha tahun 2000 2003 LAPANGAN USAHA Rata-rata 2000-2003 UK UM UB Struktur 1. Pertanian, perikanan/kelautan, peternakan dan kehutanan 85,74 9,09 5,17 16,89 2. Pertambangan dan penggalian 6,73 2,96 90,30 12,20 3. Industri pengolahan 15,14 12,98 71,89 25,10 4. Listrik, gas dan air bersih 0,52 6,80 92,68 1,73 5. Bangunan 43,88 22,57 33,55 5,93 6. Perdagangan, hotel dan restoran 75,60 20,81 3,59 16,15 7. Pengangkutan dan komunikasi 36,69 26,64 36,67 5,50 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 16,80 46,47 36,73 6,64 9. Jasa-jasa 35,59 7,16 57,25 9,86 PDB 40,55 15,22 44,24 100,00 PDB non migas 46,22 17,19 36,60 87,74 Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (diolah) Industri pengolahan pangan merupakan instrumen pemberi nilai tambah bagi komoditas pertanian dan perikanan. Peran industri pengolahan sangat penting bagi peningkatan nilai tambah komoditi perikanan. Kelemahan industri di Indonesia bukan hanya pada basis industrinya, akan tetapi struktur industri yang dibangunnya juga. Indonesia membangun industrinya dengan berorientasi pada industri berteknologi rendah dan tidak pernah bergerak menuju teknologi yang menengah apalagi tinggi. Produk industri berteknologi rendah pada kurun waktu 1995 1998 terus meningkat dari 44% menjadi 48%; sementara produk berteknologi menengah cenderung turun dari 38% menjadi 34%; produk berteknologi tinggi tetap 17%. Dengan penerapan teknologi rendah (low technology) dan sifat padat karya sumber daya manusia (SDM) yang masih berkualitas rendah, nilai tambah yang dapat dihasilkan dari produk-produk eksporpun masih rendah dan berdaya saing rendah pula. Untuk itu, harus diupayakan produk perikanan Indonesia bergeser dari produk padat karya dan low-tech menjadi produk yang memiliki teknologi lebih tinggi. Mengingat pentingnya peranan dan fungsi pengolahan hasil perikanan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk serta dalam menunjang program Pro Growth, Pro Poor dan Pro Job, pengembangan industri pengolahan hasil perikanan harus dioptimalkan melalui investasi dan revitalisasi perikanan. Berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan perikanan, sehingga perlu dilakukan

pembinaan dan penguatan industri pengolahan yang berbasis pada produk agrolokal. Subsektor perikanan mempunyai peranan penting sebagai penyumbang protein bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi tidak semua wilayah Indonesia dapat tercukupi kebutuhannya akan protein karena ketersediaan ikan perkapita belum terdistribusi secara merata. Pengolahan dapat membuat ikan menjadi awet dan memungkinkan untuk didistribusikan dari pusat produksi ke pusat konsumsi. Namun, selama 20 tahun terakhir, produksi ikan yang diolah baru sekitar 23-47%, dan dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan pengolahan tradisional. Kondisi ini menggambarkan bahwa pengolahan tradisional masih mempunyai prospek untuk dikembangkan. Prospek ini didukung oleh masih tersedianya sumber daya ikan di pusat produksi, tingginya permintaan di pusat konsumsi, sederhananya teknologi, serta banyaknya industri (Heruwati, 2002). Mengacu pada Rancang Bangun Industri 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, kelompok pengembangan industri prioritas yang akan menjadi fokus pengembangan jangka menengah dan panjang adalah pengembangan 10 klaster industri inti, pengembangan industri terkait dan penunjang dari kesepuluh industri inti, pembangunan industri andalan masa depan serta beberapa cabang industri kecil dan menengah tertentu. Diantara kesepuluh klaster inti adalah industri pengolahan hasil laut. Pengembangan klaster industri inti diantaranya diarahkan untuk meningkatkan peran Unit Pengolahan Ikan (UPI) skala kecil dan menengah serta meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi pengolahan. Salah satu program pengembangan perikanan dan kelautan di kabupaten Sukabumi adalah pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan hingga tahun 2008 UPI skala menengah yang berkembang berjumlah 37 unit dengan total produksi produk olahan 11.720,80 ton dengan jenis produk olahan seperti kerupuk ikan, dendeng ikan, abon ikan, ikan asin, pindang, ikan teri, fish jelly dan bakso (Anonimous, 2008). Dalam melakukan kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan UPI skala menengah membutuhkan modal yang cukup besar, faktor produksi serta upaya mengkombinasikan faktor-faktor produksi agar tercapai optimasi.

Unit Pengolahan Ikan skala menengah di kabupaten Sukabumi adalah UPI yang sedang berkembang dan mampu bersaing di pasar domestik (Jakarta dan Bandung) sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang, sehingga menarik untuk diketahui keoptimalan dan kinerja keuangan (finance performance) usahanya dengan segala kendala yang dihadapinya. Oleh karena itu, penelitian mengenai optimasi usaha pengolahan ikan UPI skala menengah di kabupaten Sukabumi ini diperlukan dengan tujuan untuk mencapai suatu usaha pengolahan hasil perikanan yang optimal, berdaya saing, feasible dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum. 1.2 Perumusan Masalah UPI skala menengah merupakan salah satu pola/skala usaha pengolahan yang berkembang di kabupaten Sukabumi dengan wilayah pemasaran kurang lebih 90% ke Jakarta dan sekitarnya dan sisanya kota di daerah lain seperti Bandung, Cianjur dan Bogor. Meningkatnya permintaan produk olahan perikanan oleh konsumen/masyarakat akan menciptakan persaingan dan semakin berkembangnya usaha dibidang pengolahan hasil perikanan, sehingga menyebabkan UPI harus semakin memperbaiki kinerjanya, baik dibidang produksi maupun pemasarannya. Dalam melakukan kegiatan produksinya, sebagian besar UPI belum menerapkan teknologi produksi dengan menggunakan mesin. UPI yang menggunakan mesin dalam proses produksi biasanya mengusahakan lebih dari satu jenis produk olahan, sehingga dalam perencanaan pengusahaannya perlu dikaji terlebih dahulu agar kombinasi yang dipilih dapat meningkatkan produksi dan keuntungan bagi produsen. Faktor faktor produksi yang merupakan input dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan pada umumnya tersedia dalam keadaan terbatas dan dapat menjadi kendala dalam kegiatan produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimum. UPI skala menengah dalam pengelolaan usahanya juga tidak terlepas dari berbagai kendala dalam memproduksi produk olahan, sehingga hal ini menjadi faktor pembatas untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Beberapa kendala yang ada diantaranya adalah ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, kapasitas produksi yang terbatas, serta ketersediaan tenaga kerja. Selain itu,

jumlah permintaan dan produksi produk olahan yang dihasilkan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh UPI. Selain kendala kendala input produksi dan perubahan permintaan yang dapat menjadi masalah untuk UPI, kendala lain dalam mencapai keuntungan yang maksimum adalah adanya ketidakpastian dalam dunia perdagangan/pemasaran seperti: perubahan harga produk olahan, harga barang substitusi, biaya transportasi dan sebagainya. Fluktuasi harga produk olahan tersebut biasanya berkisar antara 10 persen per tahunnya, yaitu adanya kenaikan atau penurunan harga sebesar kurang lebih 10%. Ketidakpastian tersebut dapat diminimalkan dengan mengadakan perkiraan dan penghitungan secara kuantitatif yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis optimalisasi terhadap produksi produk olahan yang dihasilkan oleh UPI. Kegunaan dari penelitian ini antara lain adalah: (1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan operasional dalam pengembangan UPI khususnya UPI Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi. (2) Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi UPI skala Skala Menengah dalam merencanakan dan mengelola serta meningkatkan kinerja keuangan UPI di tingkat produksi dalam mencapai produksi yang optimum dan yang memaksimumkan keuntungan. (3) Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai optimasi UPI khususnya UPI Skala Menengah bagi peneliti selanjutnya. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk: (1) Mengkaji keragaan dan kelayakan usaha UPI Skala Menengah di kabupaten Sukabumi; (2) Mengevaluasi kinerja UPI Skala Menengah dari hasil kinerja keuangan (laporan keuangan UPI Skala Menengah). (3) Menentukan kombinasi jumlah UPI dalam hubungannya dengan ketersediaan sumberdaya untuk mengoptimumkan usaha dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.

(4) Menganalisis pengaruh perubahan harga input dan output, ketersediaan input terhadap penggunaan sumberdaya yang optimum dan keuntungan yang maksimum Kegunaan dari penelitian ini antara lain adalah: (1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan operasional dalam pengembangan UPI khususnya UPI Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi. (2) Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi UPI skala Skala Menengah dalam merencanakan dan mengelola serta meningkatkan kinerja keuangan UPI di tingkat produksi dalam mencapai produksi yang optimum dan yang memaksimumkan keuntungan. (3) Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai optimasi UPI khususnya UPI Skala Menengah bagi peneliti selanjutnya. 1.4 Kerangka Pemikiran Pada umumnya suatu Unit Pengolahan Ikan (UPI) atau suatu usaha mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Demikian juga halnya dengan usaha produksi pengolahan ikan skala menengah. Namun seperti UPI pada umumnya, usaha tersebut tentu saja tidak berjalan dengan mudah karena adanya kendala kendala yang dapat menghambat proses pencapaian tujuan. Kendala kendala tersebut antara lain adalah adanya keterbatasan atau kelebihan sumberdaya, kemampuan UPI dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka panjang dan jangka pendek serta kelayakan keuangan usaha UPI. Terbatasnya sumberdaya menunjukkan bahwa jika terjadi penambahan jumlah produksi suatu produk olahan, maka akan mengurangi jumlah produksi produk olahan lainnya dan kelebihan sumberdaya yang tidak terpakai dalam proses produksi menyebabkan keuntungan yang diperoleh UPI tidak maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan produksi yang optimal dimana sumberdaya yang ada telah dialokasikan seoptimal mungkin dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan UPI. Langkah awal yang dilakukan dalam perencanaan produksi optimal adalah mengidentifikasi permasalahan pada kegiatan produksi pengolahan ikan yang meliputi kendala produksi dan hasil produksi di UPI. Hasil produksi UPI yang akan diteliti tersebut

ada enam alternatif, yaitu jenis produk olahan yang diproduksi di production house pada saat data penelitian diambil yang terdiri dari ikan asin, pindang ikan ukuran besar, pindang ikan ukuran kecil, abon ikan, bakso ikan dan.kerupuk kulit ikan. Beberapa hal yang dapat menjadi dan merupakan kendala produksi yang ada di UPI antara lain adalah input produksi yang terdiri dari: bahan baku, investasi dan tenaga kerja. Setelah dilakukan identifikasi awal terhadap permasalahan produksi, langkah selanjutnya adalah memformulasikannya ke dalam suatu model matematika, yaitu berbentuk persamaan linier dan dimasukkan ke program linier untuk selanjutnya diolah dengan bantuan program komputer LINDO (Linear Interactive of Discrete Optimizer), Regresi Linier Berganda dan Analisis Kinerja Keuangan. Analisis yang digunakan pada permasalahan optimalisasi UPI adalah program linier adalah analisis primal dual yang digunakan untuk mengetahui kombinasi UPI dalam hubungannya dengan penggunaan sumberdaya. Keoptimalan UPI dapat diketahui dengan membandingkan hasil analisis primal dual yang didapat dari olahan komputer dengan data produksi aktual UPI. Jika UPI belum berproduksi secara optimal, maka dicari alternatif pemecahan masalah yang terbaik sehingga didapatkan jumlah UPI yang optimal dan memaksimumkan keuntungan usaha dalam hubungannya dengan penggunaan sumberdaya. Adanya ketidakpastian dalam dunia nyata diantaranya perubahan harga input maupun output produksi, ketersediaan sumberdaya, dan sebagainya menunjukkan perlunya dilakukan analisis post optimal. Analisis post optimal bertujuan untuk mengetahui keadaan setelah optimal apabila dilakukan beberapa perubahan pada kondisi optimal sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang akan diperoleh UPI jika terjadi perubahan perubahan pada kondisi optimal awalnya. Secara sederhana masalah optimalisasi UPI skala menengah di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

GMP Bahan Baku TEKNIS PENGOLAHAN UPI SKALA MENENGAH INPUT PRODUKSI Investasi SSOP Tenaga Kerja Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran.