HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIANHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti


FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIANHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Dwi Wahyuningsih J410110104 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Oleh Dwi Wahyuningsih*Bejo Raharjo**Farid Setyo Nugroho** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat. FIK UMS,**Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS,*** *Email: dwahyu889@gmail.com ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang melanda dunia secara terusmenerus hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan dapat menyebabkan gagal ginjal. Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan darah. Tekanan darah orang dewasa normalnya yakni 120/80 mmhg. Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolik 90 mmhg. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah sampel 137 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sedangkan teknik uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi (p=0,048>α=0,05; RP=1,425; 95% CI: 0,987-2,058). Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,048<α=0,05; RP=1,477; 95% CI: 1,016-2,148) di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kata Kunci : Perilaku,Hipertensi, Merokok, Olahraga 1

ABSTRACT RELATION BETWEEN SPORT BEHAVIOR AND SMOKING WITH HYPERTENSION OCCURENCE IN LOCAL GOVERNMENT CLINIC WORK AREA OF KARTASURA DISTRICT SUKOHARJO REGENCY Hypertension is a health problem in the world by continues sustained. Hypertension can cause complications such as stroke, heart attack, heart failure, and kidney failure. Hypertension or high blood pressure is a condition where blood vessels to increase blood pressure. Adult s normals blood pressure is 120/80 mmhg. Someone was said that he has hypertension if his systolic blood pressure 140 mmhg and diastolic blood pressure 90 mmhg. Objective husband was to analyze the relation between review sport and smoking behavior with incidence of hypertension in local government clinic work area of Kartasura districtsukoharjo regency. Research husband with quantitative analytical crosssectional study design. Husband research done in local government clinic work area of Kartasura districtsukoharjo regency with sample 137 people. Sampling using simple techniques purposive sampling while testing techniques using Chi Square statistics. Research shows that the initials no relation between Sports Behavior with incidence of hypertension (p=0048> α =0.05; RP=1.425; 95%CI:0,987-2,058). There is a relation between smoking and the incidence of hypertension (p=0048< α =0,05; RP=1,477; 95%CI:1.016-2.148) in local government clinic work area of Kartasura districtsukoharjo regency. Keywords: Behavior, Hypertension, Smoking, Sports 2

PENDAHULUAN Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensisebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara terusmenerus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). Hipertensi termasuk salah satu masalah kesehatan yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) dari 50% penderita hipertensi diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Setiap tahunnya tujuh juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Masalah hipertensi mencemaskan dan menyebabkan biaya kesehatan tinggi (WHO, 2013). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012, kasus hipertensi menjadi salah satu penyakit terbanyak di Indonesia dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2011. Angka Case Fatality Rate (CFR) kasus hipertensi pada tahun 2012 mencapai (4,81%), artinya bahwa angka kematian akibat penyakit hipertensi masih cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013). Prevalensipenyakit hipertensi di Indonesia terjadi peningkatan sebesar (26,5%) pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya (9,5%), peningkatan terjadi pada tahun 2007 dari (7,6%) menjadi (9,5%) pada tahun 2013. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi. Prevalensi kasus hipertensi di Jawa Tengan tahun 2012 yakni sebesar 554.771 kasus (67,57%).Hipertensi di Kabupaten Sukoharjo menempati peringkat ke-4 dari semua kabupaten di Jawa Tengah yakni sebesar 68.000 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Hipertensi menempati peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2013 Hipertensi tercatat sebesar 24.773 kasus dan tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 27.507 kasus. Dari 12 wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Sukoharjo terdapat puskesmas yang prevalensi 3

hipertensinya meningkat dari tahun ketahun yakni Puskesmas Kartasura. Berdasarkan data dua puluh besar penyakit hipertensi menempati peringkat ke-4. Profil Kesehatan Puskesmas Kartasura Tahun 2014 prevalensi penyakit hipertensi menjadi peringkat pertama dari beberapa penyakit yang sering dijumpai dari penyakit tidak menular lainnya. Data Sistem Informasi Puskesmas jumlah kunjungan baru kasus hipertensi di Puskesmas Kartasura pada tahun 2012 tencatat sebesar 3.484 kasus, tahun 2013 sebesar 4.162 kasus, tahun 2014 sebesar 4.430 kasus. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, kurang olahraga atau aktifitas fisik, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkohol, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Kurniadi dan Nurrahmani, 2014). Rokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, berdasarkan penelitian Oroh, dkk (2013) bahwa kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi. Didapatkan sebagian besar responden (66,7%) memiliki kebiasaan merokok dan sebagian besar responden (75%) tidak memiliki kebiasaan merokok p=0,000<α=0,05. Hasil penelitian Kiki (2013) menyimpulkan bahwa perilaku olahraga ada hubungan dengan kejadian hipertensi. Didapatkan sebagian besar responden (68,22%) kurang berolahraga dan sebagain besar responden (0,93%) berolahraga sedang. Hasil uji statistik yang dilakukan diketahui nilai p=0,000<α=0,05. Penelitian Jufri (2012) menyimpulkan bahwa perilaku olahraga tidak ada hubungan bermakana dengan kejadian hipertensi p=0,510<α=0,05. Diketahui ahwa lebih separuh responden sebanyak (82,3%) kurang olahraga atau aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (48,4%) dan (33,9%) tidak hipertensi, sedangkan responden yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik sebanyak (17,7%), responden dengan kejadian hipertensi sebanyak (8,1%) dan (9,7%) tidak hipertensi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada 10 pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kartasura didapat 4 orang (40%) dari 10 pasien hipertensi berjenis kelamin laki-laki merupakan perokok aktif dan 6 orang (60%) mengatakan jarang berolahraga yaitu 4 perempuan dan 2 lakilaki. Berdasarkan latar belakang 4

permasalahan, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yag digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah orang yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Surakarta Kabupaten Sukoharjo berjumlah 137orang dengan metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Squre HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan UmurResponden Umur f % Min Ma Me SD x an 40-44 15 10,9 50-54 36 26,3 40 75 65 10.383 55-59 58 42,3 60+ 28 20,4 Total 137 100 Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa rata-rata umur responden yakni umur 65 tahun. Proporsi paling banyak berumur 55-59 tahun yakni sebanyak 58 responden (42,3%) dan paling sedikit berumur 40-44 tahun yakni sebanyak 15 responden (10,9%). Umur responden berdasarkan kelompok umur tertua yakni umur 75 tahun sedangkan umur responden termuda yakni umur 40 tahun. 2. Jenis Kelamin Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Wilayah KerjaPusekesmas Kartasura Kabuapaten Sukoharjo Jenis Kelamin f % Laki-laki 62 45,3 Perempuan 75 54,7 Total 137 100 Berdasarkan Tabel 3. diketahui responden paling banyak berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 75 responden (54,7%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 62 responden (45,3). 3. Tingkat Pendidikan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah kerja Puskesmas Kartasura Tingkat Pendidikan f % SD 93 67,9 SMP 27 19,7 SMA-Lanjut 17 12,4 Total 137 100 Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak tingkat pendidikan tamatan SD yakni sebanyak 93 5

responden (67,9%), sedangkan paling sedikit ialah tingkat pendidikan SMA-Lanjut yakni sebanyak 17 responden (12,4%). 4. Pekerjaan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jenis Pekerjaan f % Swasta 15 10,9 Tidak Bekerja 28 20,4 IRT 58 42,3 Buruh 36 26,3 Total 137 100 Berdasarkan Tabel5. diketahui pekerjaan responden paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yakni sebanyak 58 responden (42,3%) sedangkan paling sedikit bekerja sebagai pegawai swastayakni sebanyak 15 responden (10,9%). Analisis Univariat 1. Perilaku Olahraga Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perilaku Olahraga dengan Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa hampir separuh responden yang melakukan olahraga tidak teratur dengan kejadian hipertensi sebanyak 46 responden (57,5%) dan responden yang melakukan olahraga teratur tidak terkena hipertensi sebanyak 34 responden (59,6%). 2. Merokok Tabel 7. Distribusi Frekuensi Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Meroko f % k Perokok 81 59,1 Bukan Perokok 56 40,9 Total 137 100 Berdasarkan Tabel 7. Diketahuibahwa separuh esponden yang perokok diketahui sebanyak 81 responden (59,1%) dan responden yang bukan perokok sebanyak 56 responden (40,9%). Perilaku Olahraga f % Tidak Teratur 57 41,6 Teratur 80 58,4 Total 137 100 6

Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Perilaku Olahraga dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tabel 8. Analisis hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Perilaku Olahraga Kejadian Hipertensi Tidak Total Hipertensi Hipertens i n % n % n % p value RP Lower 95% CI Upper Tidak Teratur 46 57,5 34 42,5 80 100 0,048 1,425 0,987 2,058 Teratur 23 40,4 34 59,6 57 100 Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa hampir sepauh responden yang melakukan olahraga tidak teratur dengan kejadian hipertensi sebanyak 46 responden (57,5%) dan responden yang melakukan olahraga teratur tidak terkena hipertensi sebanyak 34 responden (59,6%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-square didapatkan nilai p=0,048>α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Diketahui nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 1,425 (95% CI: 0,987-2,058)artinya responden yang melakukan olahraga tidak teratur mempunyai risiko sebesar 1,425 kali terkena hipertensi dibanding seseorang yang melakukan olahraga teratur. 2. Tabel 9. Analisis hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Merokok Kejadian Hipertensi Total Tidak Hipertensi Hipertensi n % n % n % Perokok 47 58 34 42 81 100 Bukan Perokok 22 39,3 34 60,7 56 100 p value Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa separuh responden yang perokok dengan kejadian hipertensi sebanyak 47 responden (58%) dan yang bukan perokok tidak terkena hipertensi sebanyak 34 responden (60,7%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-square didapatkan nilai p=0,048<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara merokok RP Lower 95% CI Upper 0.031 1,477 1,016 2,148 7

dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Diketahui nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 1,477 (95% CI: 1,016-2,148)artinya responden yang perokok mempunyai risiko sebesar 1,477 kali terkena hipertensi dibanding seseorang yang bukan perokok. B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik umur Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa rata-rata umur responden yakni umur 65 tahun. Proporsi paling banyak berumur 55-59 tahun yakni sebanyak 58 responden (42,3%) dan paling sedikit berumur 40-44 tahun yakni sebanyak 15 responden (10,9%). Umur responden berdasarkan kelompok umur tertua yakni umur 75 tahun sedangkan umur responden termuda yakni umur 40 tahun (Tabel 2). Menurut Kurniasih dan Setiawan (2011)Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sikap seseorang terhadap suatu tindakan. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui responden paling banyak berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 75 responden (54,7%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 62 responden (45,3) (Tabel 3). Penelitian ini sejalani dengan hasil penelitian yang dilakukan Pradetiyawan (2014) di Sukoharjo didapat hasil menyimpulkan bahwa ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, lebih banyak berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 50 orang (58,8%) mengalami hipertensi. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperolehkarakteristik respondendiketahui tingkat pendidikan responden paling banyak tamatan SD yakni sebanyak 93 responden (67,9%), sedangkan paling sedikit ialah tingkat pendidikan SMA-Lanjut yakni sebanyak 17 responden (12,4%)(Tabel 4). Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan kultur dari masing-masing daerah. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pekerjaan responden paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yakni sebanyak 58 responden (42,3%) 8

sedangkan paling sedikit bekerja sebagai pegawai swasta yakni sebanyak 15 responden (10,9%) (Tabel 5). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh keterangan bahwa responden yang berisiko hipertensi sebagian besar berpendidikan tamatan SD. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan jenis pekerjaaan yang mereka dapatkan juga rendah yakni bekerja sebagai buruh dan Ibu Rumah Tangga (IRT). Menurut Notoatmodjo (2005) menyatakan ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, antara lain yakni umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi. Artinya keempat aspek sosial tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan responden salah satunya adalah risiko terjadinya hipertensi. Analisis Bivariat 1. Hubungan Antara Perilaku Olahraga dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa separuh responden yang melakukan olahraga tidak teratur dengan kejadian hipertensi sebanyak 46 responden (57,5%) dan responden yang melakukan olahraga teratur tidak terkena hipertensi sebanyak 34 responden (59,6%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chisquare didapatkan nilai p=0,048>α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Diketahui nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 1,425 artinya responden yang melakukan olahraga tidak teratur mempunyai risiko sebesar 1,425 kali terkena hipertensi dibanding seseorang yang melakukan olahraga teratur. Hasil ini sejalan dengan penelitian Jufri (2012) menyimpulkan bahwa perilaku olahraga tidak ada hubungan bermakana dengan kejadian hipertensi p=0,510<ɑ=0,05.diketahui bahwa lebih separuh responden sebanyak (82,3%) kurang olahraga atau aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (48,4%) dan (33,9%) tidak hipertensi, sedangkan responden yang melakukan olahraga atau aktivitas fisik sebanyak (17,7%), responden dengan kejadian hipertensi sebanyak (8,1%) dan (9,7%) tidak hipertensi. Tidak ada hubungan olahraga dengan kejadian hipertensi dalam penelitian karena tidak ditanyakan durasi perilaku olahraga, untuk mencegah terjadinya hipertensi perilaku olahraga yang teratur dalam mengontrol tekanan darah sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi waktu 20-60 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik atau olahraga bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi, tetapi tetap 9

diharapkan untuk rutin melakukan aktivitas fisik atau olahraga karena apabila dilakukan secara tepat dan teratur dengan frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar maka dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga teratur selama 6-12 minggu dapat menurunkan tekanan darah sebesar 5-10 mmhg, baik tekanan sistolik maupun diastolik. Olahraga atau aktivitas fisik sehari-hari secara teratur sangat bermanfaat terhadap kesehatan tubuh. Latihan fisik teratur ialah latihan fisik yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam seminggu dengan selang waktu sehari untuk istirahat. Waktu dalam melakukan aktivitas fisik dimulai sesuai kemampuan fisik seseorang antara 20-60 menit. Olahraga teratur terbukti dapat memaksimalkan tekanan darah Kemenkes RI (2015). 2. Hubungan Antara merokok dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa hampir responden yang perokok dengan kejadian hipertensi sebanyak 47 responden (58%) dan yang bukan perokok tidak terkena hipertensi sebanyak 34 responden (60,7%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi-square didapatkan nilai p=0,048<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Diketahui nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 1,477 artinya responden yang perokok mempunyai risiko sebesar 1,477 kali terkena hipertensi dibanding seseorang yang bukan perokok. Terbuktinya merokok sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi sejalan dengan penelitian Aini, dkk (2012) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi p=0,002<α=0,05.responden yang memiliki kebiasaan merokok berisiko terkena hipertensi sebesar 2,182 kali dibandingkan dengan orang yang bukan perokok. Menurut Aditama (2000), zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia yang terkandung dalam rokok antara lain: Tar yaitu dapat meningkatkan kekentalan darah (terdapat pula substansi hidrokarbon yang bersifat lengket menempel keparu paru). Sehingga memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang bersifat karsingen dan yang mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat cathecolamin tubuh seperti hormon adrenalin. Hormon adrernalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 20 kali/menit dan meningkatkan tekanan darah 10

10 20 skala. Hal mengakibatkan volume darah meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah. Zat cathecolamin juga menimbulkan rasa ketagihan untuk terus merokok. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah mengalami penurunan dalm mengikat O2. Zat ini juga dapat meningkatkan keasaman sel darah sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Kartasuara Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Separuh responden yang melakukan olahraga tidak teratur dengan kejadian hipertensidan responden yang melakukan olahraga teratur tidak terkena hipertensi. 2. Hampir separuh responden yang perokok dengan kejadian hipertensi dan yang bukan perokok tidak terkena hipertensi. 3. Tidak ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura 4. Ada hubungan antara Perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.Bagi Masyarakat a. Diharapkan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo aktif melakukan olahraga teratur yang tidak hanya dilakukan bagi penderita hipertensi saja. b. Diharapkan masyarakat yang berisiko hipertensi rutin memeriksakan tekanan darah serta minum obat, aktif mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas dan instansi kesehatan dalam upaya pengendalian hipertensi. c. Diharapkan masyarakat untuk merubah gaya hidup yang berisiko menimbulkan penyakit hipertensi terutama yang memiliki riwayat hipertensi. 2.Bagi Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo a.bagi Puskesmas perlu meningkatkan upaya promotif dan preventif pada masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan kerjasama dengan instansi kesehatan lainnya, misalnya meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah serta minum obat antihipertnsi secara rutin. b.meningkatkan sistem deteksi dini hipertensi beserta komplikasi yang menyertainya. c.lebih menyadarkan masyarakat untukmerubah gaya hidup dan pola makan yang sehat. d.promosi bahaya rokok dan asap rokok kepada masyarakat melalui penyuluhan di Posyandu dan pemasangan media promosi kesehatan di Puskesmas. 11

3.Bagi Peneliti Lain a.penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk enelitian lain dengan menggunakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan variabel lain (faktor lingkungan, pekerjaan, konsumsi makanan, kontrasepsi hormonal dan lain-lain) yang berkaitan dengan kejadian hipertensi. b.melakukan penelitian selajutnya mengenai olahraga teratur dengan durasi dan frekuensi terkait dengan mengontrol tekanan darah terhadap kejadian hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Aditama. 2000. Hipertensi. EGC:Jakarta Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Jufri, Tasak, Sukriyadi. 2012. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Jurnal Kesehatan. Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012. ISSN: 2302-1721. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Info Data Pembinaan Kesehatan OlahragaIndonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Kiki.2013. Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Vol. 1. No. 2 Desember 2013: 111-117. Surabaya: Universitas Airlangga. Kurniadi dan Nurrahmani. 2014. Stop Diabetes, Hipertesi, Kolestrol Tinggi, Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media. Kurniasih dan Setiawan.2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas Srondol Semarang Periode Bulan September Oktober 2011. Jurnal Penelitian Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Notoatmodjo, S. 2005. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Oroh. N, Kandou, Malonda. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi alkohol dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Poliklinik Umum di Puskesmas Tumaratas Kec. Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal Penelitian. Minahasa: Universitas Sam Ratulangi. Pradetiyawan. 2014. HubunganUsia dan Jenis Kelamin dengan Tekanan Darah Tinggi di Posyandu Lansia Desa Tiyangan Mojolaban Sukoharjo Tahun 2014. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. World Health Organization (WHO). 2013. Data Hipertensi Global. Asia Tenggara: WHO. 12