BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. kalangan, baik yang muda maupun yang tua (Baron & Byrne, 2005). Selain itu,

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

2015 INTIMACY WANITA KORBAN KEKERASAN DALAM BERPACARAN

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) mengatakan bahwa. tinggi. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) menyatakan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PASSIONATE LOVE PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Cinta merupakan salah satu tema yang sangat akrab dan disukai oleh setiap kalangan, baik yang muda maupun yang tua (Baron & Byrne, 2005). Selain itu, cinta juga telah lama menjadi subjek favorit bagi penyair dan penulis lagu, dan kini cinta menjadi topik populer dalam riset ilmiah (Berscheid & Regan dalam Sears dkk, 2009). Cinta merupakan reaksi emosional yang sama dikenalnya dan sama mendasarnya dengan rasa marah, kesedihan, kegembiraan, dan rasa takut (Shaver dkk dalam Baron & Byrne, 2005). Antonucci (dalam Irmawati dan Saragih, 2005) menyatakan bahwa salah satu kelompok yang tidak lepas dari masalah cinta adalah individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Dewasa awal merupakan periode perkembangan yang dimulai pada awal usia 20-an sampai dengan usia 30-an (Santrock, 2012). Dalam tahap perkembangan psikososial, Erikson (dalam Santrok, 2002) menyatakan bahwa dewasa awal berada pada tahap keenam yaitu tahap keakraban versus keterkucilan (intiminacy versus isolation). Pada masa ini, individu dewasa awal menghadapi tugas perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi akrab dengan orang lain, salah satunya adalah masa-masa penjajagan dalam mencari pasangan hidup. Jika individu dewasa awal mampu mengembangkan hubungan pertemanan dan hubungan intim yang sehat dengan pasangan, maka 1

2 keintiman akan tercapai dan isolasi tidak akan terjadi. Apabila tugas-tugas perkembangan tercapai dengan sukses, maka akan menimbulkan kebahagiaan dan keberhasilan dalam menghadapi tugas perkembangan selanjutnya (Mὅnks dkk, 2014). Hal ini senada dengan pernyataan Havighurst (Mὅnks dkk, 2014), mengenai tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal dimana salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui dewasa awal adalah mencari dan menemukan calon pasangan hidup. Untuk dapat mencari dan menemukan calon pasangan hidup, dewasa awal akan melakukan eksplorasi kebeberapa pasangan sebelum akhirnya menentukan pasangan hidupnya kelak. Proses eksplorasi ini diawali dengan istilah pacaran. Berpacaran (dating) dikenal sebagai suatu bentuk hubungan intim atau kedekatan antara laki-laki dan perempuan (Ikhsan, 2003). Bowman (dalam el- Hakim, 2014) mendefinisikan pacaran sebagai kegiatan bersenang-senang yang dilakukan oleh pria dan wanita yang belum menikah, dan nantinya hal ini dijadikan dasar yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan. Dalam menjalani hubungan pacaran terdapat perasaan yang disebut cinta. Berkaitan dengan cinta, Kienlen (2007) menyebutkan tiga tahapan dalam percintaan, yaitu romantic feeling (rasa cinta), ketertarikan fisik, dan kelekatan emosi. Pertama-tama perasaan cinta muncul pada individu karena adanya kedekatan dengan lawan jenis. Selanjutnya, pikiran individu dipenuhi oleh orang terkasih dan mulai menjadikan sebagai pasangan yang ideal. Tahap ketertarikan

3 fisik ini sering dikatakan sebagai fase lovesick atau mabuk kepayang. Kemudian hubungan berlanjut pada kelekatan emosi yang melibatkan komitmen, pertemanan, atau bahkan anak. Pada tahap terakhir individu mengetahui karakter positif maupun negatif dari pasangan, dan memutuskan apakah ingin membangun kehidupan bersama. Maka cinta merupakan hal yang penting dalam rentang kehidupan manusia, terutama pada pasangan dewasa awal yang berpacaran. Hal ini disebabkan karena pasangan dewasa awal yang berpacaran sedang mencoba membangun relasi untuk menemukan pasangan hidupnya kelak. Berkaitan dengan cinta, telah banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskannya. Bentuk umum dari cinta yang paling sering digunakan adalah yang dikemukakan oleh Berscheid dan Walster (dalam Sears, 2009) yaitu Passionate Loveyang dideskripsikan sebagai suatu keadaan emosional yang meliputi perasaan lembut, hasrat seksual, kesedihan, kegembiraan, kecemasan, ketenangan, altruism, dan kecemburuan yang saling bercampur aduk dalam satu perasaan dan Companionate Love yaitu kasih sayang yang menekankan rasa saling percaya dan perhatian pada orang yang dicintai. Namun dalam usaha untuk memberi teori yang komprehensif tentang cinta, Sternberg memperkenalkan sebuah model yang disebut dengan teori segitiga cinta Sternberg atau Triangular Theory of Love. Teori ini merupakan salah satu upaya untuk menyatukan berbagai macam temuan dan konsep cinta yang telah ada (Sears, 2009). Dalam teori ini Sternberg menyatakan bahwa cinta merupakan sebuah segitiga yang memiliki tiga komponen yaitu: keintiman

4 (intimacy), gairah (passion), dan keputusan/komitmen (decision/commitmen) yang ketiganya saling berhubungan satu sama lain (Baron & Byrne, 2005). Keintiman merupakan perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan yang dirasakan dan berbagi dalam hubungan. Gairah merupakan dorongan percintaan, ketertarikan fisik dan seksual. Sedangkan keputusan/komitmen merupakan penilaian kognitif atas hubungan dan terjadi ketika individu mulai memutuskan (aspek jangka pendek) dan mempertahankan (aspek jangka panjang) terkait cinta yang dimiliki. Cinta yang dimiliki oleh setiap individu bergantung pada proporsi dari ketiga komponen tersebut (Santrok, 2002) dan apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan antara satu dengan yang lainnya maka akan membentuk beberapa jenis cinta (Sternberg, 1986). Jadi tidak semua individu memiliki jenis cinta yang sama, karena masing-masing individu memiliki komponen cinta yang berbeda-beda dalam menjalani hubungan dengan pasangannya. Sternberg (1987) menjelaskan bahwa untuk mempertahankan suatu hubungan dapat menggunakan teori triangular. Pertama, setiap individu harus mampu menjaga emosi sehingga komponen keintiman mampu berkembang dengan baik. Kedua, menganalisis kebutuhan passion dan seksual dalam hubungan. Kebutuhan passion ini berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya dan biasanya sulit untuk dikontrol. Maka setiap pasangan perlu untuk saling memahami kebutuhan masing-masing dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan tersebut sesuai dengan kesepakatan bersama. Ketiga, memahami pentingnya hubungan dan menikmati hubungan dengan bahagia. Dalam poin

5 ketiga ini melibatkan dua komponen sebelumnya yaitu keintiman dan passion, serta perwujudan dari komponen komitmen untuk mempertahankan hubungan jangka panjang. Menurut Sternberg (2009) suatu hubungan cinta yang ideal akan terwujud apabila dalam hubungan tersebut terdapat keseimbangan dari ketiga komponen cinta yaitu komponen keintiman, gairah, dan keputusan/komitmen. Sehingga akan terbentuk segitiga sama sisi yang menandakan terbentuknya cinta sempurna sesuai dengan model segitiga cinta dari Sternberg. Namun pada kenyataannya dalam menjalani hubungan percintaan tidak setiap pasangan dapat memenuhi syarat sebuah cinta yang sempurna. Hal ini menjadi pemicu munculnya permasalahan pada hubungan yang sedang dijalani. Apalagi ketika hanya ada salah satu dari ketiga komponen saja yang mendominasi dalam suatu hubungan, maka dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut mengalami ketimpangan. Contoh bentuk permasalahan dalam hubungan pacaran adalah perilaku kekerasan dalam pacaran dan berkaitan dengan komponen cinta yang ada. Seperti berita yang diterbitkan oleh media online OKEZONE NEWS (http://news.okezone.com/read/2016/04/24/340/1371361/kekerasan-dalampacaran-capai-2-734-kasus) pada hari Minggu, 24 April 2016 tentang kasus kekerasan dalam berpacaran. Menyatakan bahwa pada tahun 2015 kasus kekerasan dalam pacaran mencapai 2.734 kasus. Jumlah ini baru merupakan kasus yang terlapor, padahal jumlah kasus ini dapat berjumlah 5 kali lipat lebih banyak. Ini terjadi karena banyak korban yang tidak memiliki keberanian untuk melaporkan kejadian yang telah dialaminya. Kasus ini menunjukkan kurang atau

6 bahkan tidak adanya komponen keintiman yang dimiliki oleh setiap pasangan. Seharusnya apabila komponen keintiman dipelihara dengan baik, maka tidak akan ada kekerasan dalam berpacaran. Sehingga setiap pasangan akan saling menghargai, saling memahami satu sama lain, mempedulikan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain. Masalah lain dalam hubungan berpacaran adalah tindak pemerkosaan. Banyak terjadi kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh pihak pria bahkan terkadang disertai dengan pembunuhan. Seperti yang ditulis dalam situs online Bangka Pos (http://bangka.tribunnews.com/2016/09/28/pacarnya-dicekik-sekaratmeregang-nyawa-ismail-tak-peduli-malah-tega-memperkosa),pada hari Rabu tanggal 28 September 2016. Kasus ini terjadi karena pria cenderung mengutamakan dan mengekspresikan komponen gairah, yaitu dengan mengekspresikan makna cinta dengan perilaku seksual terhadap pasangannya. Kebutuhan mengenai gairah tentunya berbeda antar individu, maka setiap pasangan harus mampu memahami dan mengetahui perwujudan gairah yang sesuai. Selain permasalahan yang diuraikan di atas, ada juga permasalahan yang berkaitan dengan komponen komitmen. Seperti berita yang dimuat dalam situs online TribunnewsBogor.com (http://bogor.tribunnews.com/2017/09/07/pacaran- 8-tahun-lalu-ditinggal-nikah-dengan-selingkuhan-cerita-wanita-ini-bikin-ngelus- dada?page=all&_ga=2.24301050.1731548633.1508204651-1285825131.1508204651) pada hari Kamis, 7 September 2017 tentang kasus perselingkuhan dalam berpacaran yang berujung pada pernikahan sang pacar

7 dengan selingkuhan. Kasus ini terjadi karena pria tidak menjaga komponen komitmen terhadap pasangannya. Sehingga ketika sedang menjalin hubungan pacaran dengan kekasihnya, pria tersebut juga menjalin hubungan dengan wanita lain. Masih banyak lagi contoh permasalahan yang berkaitan dengan komponen komitmen cinta, seperti wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 26 Oktober 2017 terhadap responden berjenis kelamin wanita, yang berinisial Y. Y pernah berpacaran secara diam-diam (backstreet) selama 5 tahun dengan tetangganya dan pacarnya menjanjikan akan menikahi Y di tahun kelima hubungan tersebut, karena pacar Y harus menanggung biyaya kuliah adiknya terlebih dahulu. Namun, di tahun kelima Y mendengar kabar bahwa pacarnya memiliki kekasih lain selain dirinya. Kemudian Y memberanikan diri untuk menanyakan mengenai kebenaran kabar tersebut sekaligus menanyakan kelanjutan hubungan yang sedang dijalani, tetapi pacar Y mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar dan pasangannya tetap mengatakan serius dan ingin menikah dengan Y. Namun Y merasa bahwa pacarnya tidak benar-benar serius dengan perkataannya, karena pacar Y tidak kunjung melamarnya. Akhirnya Y memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut. Tidak berapa lama, Y mengetahui bahwa dahulu saat masih menjalin hubungan dengannya, priatersebut juga menjalin hubungan dengan wanitalain dan bahkan pernah pergi bersama tanpa sepengetahuan Y. Tidak sampai satu tahun setelah Y dan pacarnya putus, si priamenikah dengan wanita lain itu.

8 Permasalahan-permasalahan di atas, menunjukkan adanya ketimpangan komponen-komponen cinta Sternberg yang disebabkan adanya salah satu komponen cinta yang mendominasi dalam suatu hubungan. Hal ini mengakibatkan tidak terbentuknya segitiga sama sisi yang menandakan tidak terbentuknya cinta yang ideal (Sternberg, 2009).Apabila permasalahan ini terus menerus terjadi dan tidak kunjung disadari oleh setiap pasangan dewasa awal yang sedang berpacaran maka dikhawatirkan akan menyebabkan hubungan pacaran terganggu dan menjadi pemicu berakhirnya hubungan yang sedang dijalani.sehingga dapat menghambat tugas perkembangan dewasa awalyang dikemukakan oleh Havighurst (Mὅnks dkk, 2014) dalam mencari dan menemukan calon pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2010), bahwa individu yang merasakan ekspresi cinta yang maksimal antara keintiman, gairah dan komitmen akan lebih menikmati hubungannya saat ini dan cenderung mengharapkan hubungannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ini disebabkan karena pacaran merupakan salah satu sarana untuk dapat mengenal pasangan sebelum nantinya memutuskan untuk hidup bersama (Paul dan White dalam Santrock, 2005) serta mencapai tugas perkembangan selanjutnya dalam membentuk keluarga dan mengelolah rumah tangga (Havighurst dalam Mὅnks dkk, 2014).Sedangkan individu yang komponen cintanya bermasalah akan cenderung memilih hubungan jangka pendek atau dengan kata lain lebih memilih mengakhiri hubungan yang tengah dijalaninya (Putri, 2010).

9 Oleh sebab itu, peneliti memilih teori segitiga cinta Sternberg dalam penelitian ini karena komponen-komponen cinta yang dimiliki Sternberg diperlukan oleh pasangan dewasa awal yang sedang berpacaran untuk dapat mempertahankan hubungannyadari permasalahan-permasalahan yang terjadi agar nantinya hubungan yang sedang dijalin dapat berlanjut ke jenjang pernikahan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang, bagaimana gambaran triangular theory of love Sternberg pada pasangan dewasa awal yang berpacaran?

10 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui : Gambaran Triangular Theory of Love Sternberg pada pasangan dewasa awal yang berpacaran. Manfaat : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan mengenai Gambaran Triangular Theory of Love Sternberg pada pasangan dewasa awal yang berpacaran 2. Manfaat Praktis Bagi pasangan dewasa awal yang sedang berpacaran, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran komponen-komponen cinta yang dimiliki sehingga dapat digunakan untuk terus memelihara dan memperbaiki hubungannya.