GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MUARA TIGA KECEMATAN MUARA TIGA KABUPATEN PIDIE Jurnal Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh Oleh : WARDAHNI NIM : 08010155 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2012
LEMBARAN PERSETUJUAN Jurnal Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Diploma III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, 04 April 2012 Pembimbing (NURLAILA RAMADHAN, SST) MENGETAHUI : KETUA PRODI DIPLOMA III STIKES U BUDIYAH BANDA ACEH (CUT EFRIANA, SST)
Jurnal Ilmiah U budiyah Vol.xx, No.xx,2012 Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten PidieTahun 2012 Disusun Oleh : Wardahni LAWEUNG Prodi D III Kebidanan STIKES U budiyah ABSTRAK Di Indonesia hanya 8% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi di susui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Berdasarkan profil dinas kesehatan profinsi Aceh Tahun 2010 jumlah bayi adalah 105.469 jiwa, hanya 15.347 jiwa (14,55%) yang mendapatkan ASI eksklusif, dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 90.122 jiwa (85,5%). Data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2010, jumlah bayi adalah 7.747 jiwa, hanya 2674 jiwa (34,52%) yang mendapatkan asi eksklusif dan sisanya sebanyak 5.073 jiwa (65,48%) tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan di Puskesmas Kecamatan Muaratiga Kabupaten Pidie periode juni 2010-Mei 2011, jumlah bayi 1349 jiwa,tujuan penelitian : untuk mengetahui gambaran factor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif hanya 40 jiwa (3%) yang mendapatkan ASI eksklusif dan sisanya 1309 (97%) tidak mendapatkan ASI eksklusif. Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif dengan desain Cross Sectional. yang di laksanakan pada tanggal 20 s/d 24 Januari 2012 di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi (6 24 bulan) yang berkunjung ke Puskesmas Muara Tiga. Sampel yaitu accidental sampling berjumlah 68 responden. Hasil penelitian menunjukan dari 27 ibu yang berpengetahuan kurang sebagian besar ibu tidak memberikan asi yaitu 27 orang ( 100%), sedangkan yang berpengetahuan baik dari 20 ibu sebagian besar membarikan asi eksklusif yaitu sebanyak 19 ibu (95%),dan dari 21 ibu yang berpengetahuan cukup sebagian besar tidak memberikan asi eksklusif yaitu sebanyak 13 ibu (61,90 %). dapat disimpulkan semakin tinngi pengetahuan semakin baik pemahaman dan perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif. berdasarkan pendidikan yaitu dari 14 ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan asi eksklusif sebanyak 9 ibu (64, 29%), berdasarkan pekerjaan yaitu dari 40 ibu yang bekerja tidak memberikan asi eksklusif sebanyak 18 ibu ( 45%). Maka di sarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Muara Tiga Kabupaten Pidie agar member motivasi kepada ibu ibu untuk memberikan asi secara eksklusif. Kata Kunci : Pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI Ekslusif I. PENDAHULUAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prilaku ibu terhadap pemberian ASI ekslusif yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Selain itu pengaruh iklan susu formula dan opini masyarakat lainnya serta kegiatan ibu ikut menentukan keputusan ibu tentang menyusui. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, belum dipahaminya ASI secara tepat dan benar oleh ibu dan keluarga/ lingkungannya, kurangnya pembekalan pengetahuan dari petugas kesehatan dapat menyebabkan ibu untuk memutuskan tidak menyusui atau memberi makanan pendamping terlalu cepat (Suradi, 2007). Situasi dan kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PPASI) masih menunjukkan kondisi memprihatinkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal kehidupan, disebabkan oleh faktorfaktor kekurangan gizi sejak janin dalam kehidupan, pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terlalu dini atau terlambat, (Sofyan, 2006). Bedasarkan data dari UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia enam bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia lima tahun. Satu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal pediatrics menunjukkan, 16% kematian bayi dapat dicegah memulai pemberian ASI pada bayi sejak pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (Rusli, 2009). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hellen Keller internasional (HKI) tahun 2008 di Indonesia rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Di Indonesia haya 8% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6
bulan dan hanya 4% bayi di susui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Pada sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (Rusli, 2009). Berdasarkan profil dinas kesehatan profinsi Aceh Tahun 2010 jumlah bayi adalah 105.469 jiwa, hanya 15.347 jiwa (14,55%) yang mendapatkan ASI eksklusif, dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 90.122 jiwa (85,5%). Data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2010, jumlah bayi adalah 7.747 jiwa, hanya 2674 jiwa (34,52%) yang mendapatkan asi eksklusif dan sisanya sebanyak 5.073 jiwa (65,48%) tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan di Puskesmas Kecamatan Muaratiga Kabupaten Pidie periode juni 2010- Mei 2011, jumlah bayi 1349 jiwa, hanya 40 jiwa (3%) yang mendapatkan ASI eksklusif dan sisanya 1309 (97%) tidak mendapatkan ASI eksklusif. Maka tujua penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga. II. METODOLOGI a. Kerangka Konsep Variable Independen Pengetahuan Pendidikan Pekerjaan b. Variable Penelitian Varaibel Variable Dependen Prilaku ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif dependen perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi 6-24 bulan dan variable independen pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan c. Desain Penelitian Penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. d. Populasi Dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 6 24 bulan yang berkunjung ke Puskesmas III. Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Penentuan sampel menggunakan accidental sampling dengan menggunakan rumus Lameshow yang berjumlah 68 responden. e. Tempat Dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada tanggal 20 Januari sampai dengan 24 Januari 2012 di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. f. Pengumpulan data dan analisa data Data Primer diperoleh dari responden, data skunder diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Pidie dan Pusksmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie tahun 2011. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Tahun 2012 No Kategori Frekuensi ( f ) Presentase % 1. 2. Memberikan asi eksklusif Tidak Memberikan 25 43 36,76 63,24 asi eksklusif Total 68 100 Sumber : data primer ( diolah tahun 2012) Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian asi eksklusif pada bayi di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie pada umumnya ibu tidak memberikan asi eksklusif pada bayinya yaitu 43 ibu tidak memberikan asi eksklusif ( 63,24 %). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Pemberian Asi Eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Muara Tiga Tahun 2012 No Katagori Frekuensi ( f ) Presentase % 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang 20 21 27 29,41 30,88 39,71 Total 68 100 Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang pemberian asi eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu 27 responden (39,71%)
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Tahun 2012 No Katagori Frekuensi ( f ) Presentase % 1. 2. 3 Tinggi Menengah Dasar 14 21 33 20,59 30,88 48,53 Total 68 100 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat dapat dilihat bahwa dari 68 responden yang diteliti terhadap pendidikan ibu dijumpai sebagian besar berpendidikan dasar yaitu 33(48,53 %) Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Tahun 2012 No Katagori Frekuensi ( f ) % 1. 2. Bekerja Tidak 40 28 58,82 41,18 Bekerja Total 68 100 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat sebagian besar ibu mempuyai pekerjaan yaitu 40 ibu (58,82%) Tabel 5 Tabel silang Tentang Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012 Perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif Pengetahuan Memberikan Total Tidak Memberikan f % F % f % Baik 19 95 1 5 20 100 Cukup 6 28,57 15 71,43 21 100 Kurang 0 0 27 100 27 100 Jumlah 25 36,77 43 63,23 68 100 Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan dari 27 ibu ynag berpengetahuan kurang keseluruhan ibu tidak memberikan asi yaitu 27 orang ( 100%), sedangkan yang berpengetahuan baik dari 20 ibu sebagian besar memberikan asi eksklusif yaitu sebanyak 19 ibu (95%),dan dari 21 ibu yang berpengetahuan cukup sebagian besar tidak memberikan asi eksklusi yaitu sebanyak 15 ibu (71,43 %). Secara presentase terdapat kecenderungan semakin baik pengetahuan ibu maka semakin banyak pemebrian asi eksklusif. Tabel 6 Tabel Silang Tentang Gambaran perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif Berdasarkan pendidikan di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012 Perilaku ibu terhadap Pendidikan pemberian asi eksklusif Total Tidak Memberikan memberikan f % F % f % Tinggi 9 64,29 5 35,71 14 100 Menengah 8 38,10 13 61,90 21 100 Dasar 8 24,25 25 75,75 33 100 Jumlah 25 36,76 43 63,24 68 100 Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa perilaku responden terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pendidikan yaitu dari 14 ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan asi eksklusif sebanyak 9 ibu (64, 29%), sedangakan dari 21 ibu pendidikan menengah sebagian besar ibu tidak memberikan asi eksklusi yaitu 13 ibu ( 61,90 %), dan ibu dengan pendidikan dasar sebagian besar tidak memberikan asi eksklusif yaitu sebnyak 25 ibu ( 75,75 %). Secara presetase terdapat kecenderngan semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin banyak pemberian asi eksklusif. Tabel 7 Tabel Silang gambaran perilaku ibu terhadap pemebrian asi eksklusif Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2012 Perilaku ibu terhadap Pekerjaan pemberian asi eksklusif Total Tidak Memberikan memberikan F % F % f % Bekerja 18 45 22 55 40 100 Tidak Bekerja 7 25 21 75 28 100 Jumlah 25 36,76 43 63,24 68 100 Berdasar tabel 7 dapat dilihat bahwa perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pekerjaan yaitu dari 40 ibu yang bekerja tidak memberikan asi eksklusif sebanyak 18 ibu ( 45%), sedangkan dari 28 ibu yang tidak bekerja sebagian besar tidak memberikan asi
eksklusif yaitu sebanyak 21 ibu ( 75%). Secara presentase terdapat bahwa ibu bekerja tidak memberikan asi eksklusif. Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari 27 ibu yang berpengetahuan kurang keseluruhan ibu tidak memberikan asi yaitu 27 orang ( 100%), sedangkan yang berpengetahuan baik dari 20 ibu sebagian besar membarikan asi eksklusif yaitu sebnayak 19 ibu (95%),dan dari 21 ibu yang berpengetahuan cukup sebagian besar tidak memberikan asi eksklusi yaitu sebanyak 15 ibu (71,43 %). Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bisa berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan untuk menyusui atau tidak. Banyak kejadian kegagalan menyusui hanyalah karna masalah kurang pengetahuan atau penerangan baik dari ibu sendiri atau pengaruh dari anggota keluarga (Suradi,2007 ). Menurut Eka Yuliriyanti Darsono ( Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif,2008) ibu yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak memberikan ASI eksklusif.ibu yang mempunyai pengetahuan rendah tapi memberikan ASI secara eksklusif dapat disebabkan karena adanya pengaruh dari tokoh masyarakat setempat yang sangat berperan dalam perilaku ibu. Disamping itu orang tua atau keluarga dari ibu yang baru melahirkan sangat berperan penting dalam proses menyusui bayi mereka. Mereka yang berpengetahuan rendah tidak memberikan ASI secara eksklusif dapat disebabkan kurangnya mendapat informasi dari tenaga kesehatan sehingga mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Asumsi penulis pengetahuan sangat mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan untuk memberikan asi eksklusif atau tidak karena semakin ibu mengetahui pantingnya asi eksklusif serta manfaat yang di peroleh dari menyusui ibu akan mempunyai keinginan besar untuk memberikan asi eksklusif. Kebanyakan ibu ibu kurangnya informasi yang banyak tentang manfaat dan pentingnya memberikan asi eksklusif pada bayi 0 6 bulan. Maka informasi dan tenaga konselor asi sangat dibutuhkan disetiap tingkat pelayanan kesehatan karena dengan adanya konselor asi setiap ibu yang mengalami masalah dalam pemberian asi eksklusi akan teratasi sehingga cakupan pemberian asi eksklusif meningakat yan akan meningkatkan juga tingakat kesehatan bayi dan balita yang membuktikan tingakt kesejateraan Negara. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perilaku responden terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pendidikan yaitu dari 14 ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan asi eksklusif sebanyak 9 ibu (64, 29%), sedangakan dari 21 ibu pendidikan menengah sebagian besar ibu tidak memberikan asi eksklusi yaitu 13 ibu ( 61,90 %), dan ibu dengan pendidikan dasar sebagian besar tidak memberikan asi eksklusif yaitu sebnyak 25 ibu (75,75 %) Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman seseorang terhadap kemampuan. Pendidikan adalah suatu proses yang terdapat suatu proses unsur masukan dan unsur keluaran. Unsure masukan adalah berupa pendidikan, sedangkan unsure keluaran adalah berupa bentuk prilaku dan kemampuan baru dari sarana pendidikan. Berdasarkan proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan dibedakan menjadi 3 aspek yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Jalur pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Perilaku manusia itu sangat komplit dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Bloom (1908) dalam Notoadmodjo (2003) seseorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga domain, (kawasan) yaitu kongnitif, efektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu pengetahuan dan sikap, pendidikan. Menurut Eka Yuliriyanti Darsono ( Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif,2008 ) adanya variasi pengetahuan pada penelitiannya ini kemungkinan disebabkan tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi melahirkan, ataupun faktor predisposisi lain seperti kurangnya informasi dari petugas kesehatan tentang ASI eksklusif, selama ini kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan seperti posyandu jarang sekali menjelaskan tentang ASI, kegiatan posyandu sendiri masih tidak menentu jadwalnya tetapi tetap selalu dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD dan SMP, pendidikan yang dikatakan masih rendah sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan cara berfikir mereka dalam menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat penelitian. Asumsi penulis, ibu dengan pendidikan tinggi akan mudah dalam memahami dan menerima tentang asi eksklusi di bandingkan ibu dengan pendidikan menengah dan dasar. Dari
penelitian ini penulis menemukan ibu yang berpendidikan tinggi lebih yakin dalam memberikan asi eksklusif, sedangkan ibu dengan pendidikan dasar mereka lebih lambat dalam memahami dan kemampuan menerima mereka juga lebih lambat sehingga mereka tidak memberikan asi secara eksklusif pada bayinya. Berdasar data yang diperoleh dapat dilihat bahwa perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pekerjaan yaitu dari 40 ibu yang bekerja tidak memberikan asi eksklusif sebanyak 18 ibu ( 45%), sedangkan dari 28 ibu yang tidak bekerja sebagian besar tidak memberikan asi eksklusif yaitu sebanyak 21 ibu ( 75%). Secara presentase terdapat bahwa ibu bekerja tidak memberikan asi eksklusif. Bagi pekerja wanita, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja, dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut tetek bengek rumah tangganya (Anoraga, 2000). Pada kenyataanya banyak wanita yang tidak cukup mampu mengatasi hambatan itu, sekalipun mereka mempunyai kemampuan teknis yang cukup tinggi jika mereka tidak mampu menyeimbangkan peran gandanya tersebut akhirnya mereka akan keteteran ( Anoraga, 2000). Sehingga pemberian ASI ekslusif bagi ibu pekerja banyak hambatan karena kurang pengetahuan ibu tentang pembaraian ASI ekslusif, dan waktu yang sangat padat membuat para ibu pekerja selalu gagal dalam memberikan asi ekslusif, namun demikian bekerja bukanlah alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI ekslusif. Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dengan sedikit usaha yang perlu dilakukan, tetapi memberikan manfaat dan kebahagian yang besar untuk bayi dan ibu. (Suririnah, 2009. Menurut Eka Yuliriyanti Darsono (Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif,2008) Ibu yang memiliki pekerjaan tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan mereka sibuk bekerja dan kekurangan ASI yang diperah sebelum bekerja tidak mencukupi sehingga mereka menambahkan susu formula. Ibu yang tidak bekerja memberikan ASI secara eksklusif dapat disebabkan karena adanya pengaruh dari tokoh masyarakat setempat yang sangat berperan dalam perilaku ibu. Disamping itu orang tua atau keluarga dari ibu yang baru melahirkan sangat berperan penting dalam proses menyusui bayi mereka. Pengetahuan tentang ASI eksklusif bagi ibu menyusui sangatlah penting karena hal ini dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan bayi yang sesuai. Asumsi penulis, pekerjaan adalah suatu alasan yang sering di gunakan ibu untuk tidak memberikan asi eksklusif, padahal kita ketahui bahwa asi dapat di simpan dalam jangka waktu yang lama yaitu ASI perah tahan selama 6-8 jam di udara luar, 24 jam didalam termos berisi es batu, 48 jam didalam lemari es, 3 bulan didalam freezer. Yang diperlukan dalam pemberian asi eksklusif adalah kemauan ibu dan keyakinan ibu dalam pemberian asi eksklusif karena alas an pekerjaan bukanlah suatu masalah dalam pemberian asi eksklusif karena asi dapt bertahan lama asal dilakukan penyimpanan yang benar. Dari tempat penelitian yang penulis temukan ibu tidak memberikan asi eksklusif karena asi yang tidak dikeluarkan dari pagi samapi siang adalah asi basi sehingga para ibu membuang asinya yang telah terbendung dan setelah asi penuh baru kemudian asi diberikan lagi. Berdasar tabel 5.7 dapat dilihat bahwa perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pekerjaan yaitu dari 40 ibu yang bekerja tidak memberikan asi eksklusif sebanyak 18 ibu ( 45%), sedangkan dari 28 ibu yang tidak bekerja sebagian besar tidak memberikan asi eksklusif yaitu sebanyak 21 ibu ( 75%) IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie tahun 2012 sebagian besar pada katagori tidak member asi eksklusif pada bayinya yaitu 43 ibu tidak memberikan asi eksklusif ( 63,24 %). 2. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan dari 27 ibu ynag berpengetahuan kurang keseluruhan ibu tidak memberikan asi yaitu 27 orang ( 100%), 3. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perilaku responden terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pendidikan yaitu dari 14 ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan asi eksklusif sebanyak 9 ibu (64, 29%) 4. Berdasar tabel dapat dilihat bahwa perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif berdasarkan pekerjaan yaitu dari 40 ibu yang bekerja tidak memberikan asi eksklusif sebanyak 18 ibu ( 45%).
B. Saran 1. Bagi peneliti dapat memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif bagi ibu ibu agar para ibu mau memberikan ASi secara eksklusif sehingga dapat meningkatkan ksehatan bayi dan balita. 2. Bagi peneliti lainnya yang berminat untuk membuat penelitian lebih lanjut dalam bentuk yang lebih kompleks dan rinci tentang tingkat pemahaman pemberian asi eksklusif sehingga para ibu mau memberikan asi eksklusif pada bayinya sampai umur 6 ulan atau memotivasi ibu untuk memberikan asi eksklusif pada bayi. 3. Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang pentingnya pemberian asi eksklusif dengan menyediakan sarana belajar dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan penyuluhan atau konseling asi eksklusif. 4. Kepada petugas kesehatan Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie agar dapat terus meningkatkan motivasi ibu ibu khususnya di Puskesmas Muara Tiga tentang pentingnya asi eksklusif. Dan memberikan informasi tentang asi yang sangat penting bagi bayi untuk meningkatkan kesehatan balita sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi. 5. Kepada konselor asi agar mendampingi para ibu yang menyusui sehingga ketika para ibu mengalami maslah dalam memberikan asi eksklusif mereka dapat mengatasi masalah tersebut sehingga ibu merasa nyaman saat menyusui dan cakupan pemberian asi eksklusifpun meningkat. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwijaya., 2004. Ayah Ikut Campur ASI Pun Berlimpah. Jakarta. Trubus Agriwijaya, 2009. Bagaimana Agar Anak Kita Cerdas. Jakarta. Trubus Agriwijaya Suririnah, 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0 12 Bulan. Jakarta. Gramedia Pustaka DAFTAR PUSTAKA Anoraga, 2000, Manajemen Koperasi,Jakarta, Arcan Efendi, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Tiori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Gibney, 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta,2005. Pendidikan dan Perilaku