BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yaitu sekitar 6% selama periode , kini. tahun 2025, dan menjadi 25% di tahun Pertambahan jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari 60 tahun atau lebih (Departemen Kesehatan RI, 2001). Populasi penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

IDENTIFIKASI STATUS NUTRISI DAN RESIKO MALNUTRISI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehingga terdapat kesepakatan umum bahwa inti dari kerapuhan yaitu meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Populasi usia lanjut (usila) meningkat cepat, baik di negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan kolesterol berpotensi menimbulkan plak dipembuluh darah, lama

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lama kelamaan plak kolesterol tersebut akan menyebabkan penyempitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan penduduk, artinya jika angka harapan hidup meningkat, maka derajat kesehatan juga meningkat. 1 Hal ini diikuti dengan bertambahnya populasi usia lanjut di Indonesia yaitu sekitar 6% selama periode 1950-1990, kini melampaui 8%, dan diprediksi meningkat tajam menjadi 13% pada tahun 2025, dan menjadi 25% di tahun 2050. 1 Pertambahan jumlah usia lanjut akan menimbulkan permasalahan kompleks meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi sehingga akan berpengaruh pada asupan makan yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi. Masalah gizi usia lanjut merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. 2 Berdasarkan penelitian di Semarang angka kejadian malnutrisi dan risiko malnutrisi lebih banyak di panti dibandingkan non panti. 3 Faktor risiko yang mempengaruhi status gizi usia lanjut: 1

berkurangnya asupan makanan, masalah gigi, kesulitan menelan, tidak bisa makan sendiri, masalah digestif, penyakit kronis dan depresi. 4 Rendahnya status gizi berhubungan dengan risiko meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. 5 Oleh karena itu skrining status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan kuesioner Mini Nutritional Assessment atau MNA. MNA digunakan untuk memeriksa status gizi usia lanjut di klinik, panti werdha, dan rumah sakit. MNA terdiri dari 18 pertanyaan yaitu 6 pertanyaan skrining dan 12 pertanyaan kajian, sehingga dapat mendeteksi pasien malnutrisi atau risiko malnutrisi. 6 Malnutrisi dalam jangka lama merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan hipoalbumin. Serum albumin memiliki efek pertahanan langsung dan penting untuk proses homeostasis. Pertambahan usia menyebabkan penurunan fungsi homeostasis tubuh juga dapat dipengaruhi oleh rendahnya kadar albumin. Penurunan kadar albumin ini dapat menyebabkan perkembangan dan atau progresifitas penyakit. 5 Perubahan pada komposisi tubuh dan parameter biokimia misalnya albumin dan jumlah limfosit total telah lama dianggap sebagai penanda risiko malnutrisi. 7 Serum albumin merupakan faktor risiko penyebab mortalitas dan morbiditas serta untuk menilai status gizi pada usia lanjut. 2

Kombinasi antara albumin dan disabilitas berhubungan kuat dengan risiko mortalitas, bermanfaat untuk kelompok frailty sehingga dapat menentukan kelompok risiko tinggi pria dan wanita sebagai target pencegahan dan pengobatan. 8-9 Menurut penelitian di Taiwan terdapat hubungan antara kadar serum albumin dengan status fungsional pada usia lanjut yaitu semakin rendah kadar serum albumin maka status fungsional juga rendah. 10 Kadar albumin yang rendah juga berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit infark miokard akut, jantung koroner, dan gagal jantung. 11-13 Selain itu kadar serum albumin yang rendah pada usia lanjut mempengaruhi efek obat yang berikatan dengan albumin, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi obat bebas. 14 Albumin adalah komponen protein plasma terbesar (3-5 g/ kg bb) dan di sintesis di hepar. Fungsi albumin terutama menjaga tekanan onkotik plasma dan distribusi cairan ekstraseluler antara vaskular dan ekstravaskular, untuk transportasi protein termasuk asam lemak bebas, ion seperti kalsium, zink, bilirubin dan obat, selain itu albumin juga berperan penting untuk homeostasis tubuh. 14,15 Faktor yang mempengaruhi kadar serum albumin yaitu (1) penurunan fungsi fisiologis sistem tubuh terutama pada sistem panca indera, sistem gastrointestinal, dan sistem muskuloskeletal yang 3

menyebabkan asupan makan tidak adekuat. (2) perubahan patologis atau penyakit yaitu penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit gastrointestinal, dll. Penyebab kadar serum albumin rendah yaitu: (1) sintesis protein menurun (2) ekskresi protein meningkat (3) redistribusi albumin (4) hemodilusi. 15,16 Menurut beberapa penelitian masih terdapat pro dan kontra mengenai hubungan status gizi dengan kadar serum albumin. Berdasarkan penelitian Guigoz terdapat hubungan bermakna antara skor MNA dengan kadar albumin. Sensitivitas dan spesifitas skor MNA dengan albumin yaitu 75% dan 50%. Jumlah kasus malnutrisi di panti werdha menempati urutan kedua setelah di rumah sakit. 17 Berdasarkan penelitian di Iran bahwa tidak terdapat hubungan antara skor MNA dengan serum albumin. Serum albumin tidak akurat untuk mendeteksi malnutrisi. 18 Berdasarkan penelitian di Algeria bahwa hubungan skor MNA dan albumin merupakan korelasi negatif. 19 Meningkatnya masalah gizi pada usia lanjut dapat di deteksi dengan menggunakan skrining gizi MNA dan pemeriksaan biokimia albumin, merupakan salah satu penanda malnutrisi, selain untuk menegakkan diagnosis malnutrisi, albumin memiliki banyak manfaat untuk diketahui. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang sudah 4

dilakukan masih ada data yang mendukung dan tidak mendukung, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara status gizi dan kadar albumin pada usia lanjut, untuk mengidentifikasi malnutrisi atau risiko malnutrisi di Griya Santo Yosef Surabaya. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil penelitian di Griya Santo Yosef Surabaya dengan total subyek penelitian 56 orang: status gizi normal sebanyak 21 orang (37,5%); beresiko malnutrisi sebanyak 35 orang (62,5%); dan tidak terdapat subyek yang mengalami malnutrisi. 20 Tabel 1.1 Penelitian Prijanto Karakteristik MNA Subyek Penelitian 20 Skor MNA Frekuensi (n) Presentase (%) Normal: 24-30 21 37,5% Berisiko Malnutrisi: 17-23,5 35 62,5% Malnutrisi: 0-16 0 0% 5

Tabel 1.2 Penelitian Prijanto Hasil MNA Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin pada Subyek Penelitian 20 MNA Kategori Usia Berisiko Malnutrisi (n) Normal (n) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 60-69 Tahun 70-79 Tahun 4 1 1 5 6 6 5 10 80 Tahun 1 3 4 11 Dari penelitian tersebut didapatkan usia lanjut yang beresiko mengalami malnutrisi lebih besar dibandingkan dengan yang berada dalam status gizi normal, meskipun tidak terdapat yang malnutrisi. Berdasarkan data tersebut di atas, peneliti ingin melakukan penelitian di Griya usia lanjut Santo Yosef untuk mengetahui hubungan status gizi dan kadar albumin pada usia lanjut. 1.3 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kadar albumin pada usia lanjut di Griya Santo Yosef Surabaya? 6

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Umum Menganalisis adanya hubungan antara status gizi dengan kadar albumin pada usia lanjut di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2 Khusus 1.4.2.1 Mempelajari gambaran profil geriatri dan karakteristik dasar di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2.2 Mempelajari gambaran tingkat asupan protein di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2.3 Mempelajari gambaran frekuensi makan di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2.4 Mempelajari gambaran status gizi usia lanjut di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2.5 Mempelajari gambaran kadar serum albumin di Griya Santo Yosef Surabaya 1.4.2.6 Menganalisis hubungan status gizi dengan kadar serum albumin di Griya Santo Yosef Surabaya 7

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai hubungan antara status gizi dengan kadar albumin 1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi Pelayanan Medis a. Menambah pengetahuan petugas mengenai hubungan antara status gizi dengan kadar albumin b. Melakukan intervensi terhadap risiko malnutrisi dan memperbaiki kondisi malnutrisi 1.5.2.2 Bagi Subjek Penelitian a. Mendapatkan informasi tentang status gizi b. Mendapatkan hasil profil geriatri c. Mencegah dan memprediksi timbulnya penyakit 8