BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

PENGANTAR. Perkenalkan nama saya Putri Ayuningtyas, mahasiswi Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dan Konsep Terkait 1. Mahasiswa Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling tinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia bahkan di dunia. Maka, tidak heran ketika mahasiswa menjadi pioneer pergerakan perubahan di Indonesia. Dalam konteks yang berbeda mahasiswa juga dituntut untuk menjadi teladan dalam hal apapun di masyarakat, lebih-lebih dalam pendidikan (Setyaningsih, 2008). 2. Permasalahan Pada Mahasiswa Terlepas dari peran mahasiswa, mahasiswa juga seorang manusia biasa yang tidak mungkin terlepas dari permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua, masalah dengan guru, masalah

dengan teman sebaya, dan masalah dengan lingkungannya yang lain, mereka dituntut mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat dan efektif (Setyaningsih, 2008). Menurut Abu Ahmadi dan Munawar (2005), terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh oleh orang tua, dan bergaul dengan anggota keluarga lainnya. Setiap hari berada di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu, dapat di pahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk atau menempa pribadi seorang anak. Pada fase remaja terjadi perubahan pola sosialisasi antara orang tua dengan remaja, karena di pengaruhi oleh pola pikir pubertas, meningkatnya pola pikir idealis dan harapan serta terjadi pula perubahan pola pertemanan. Proses sosialisasi dalam keluarga seringkali mendatangkan masalah sehingga dapat mendatangkan konflik. Konflik tersebut disebabkan oleh karena tuntutan yang tinggi pada remaja yaitu belajar untuk mandiri. Di sisi lain kemandirian kadang di pandang orang tua sebagai tindakan melawan atau memberontak, sehingga di perlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan remaja Santrock (Siti, 2006). Stress pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus, tanpa melihat kemampuan si anak. Beban berat yang dialami remaja ini dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kurangnya nafsu makan, kecemasan yang berlebihan (Nasution, 2007).

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah juga menimbulkan masalah bagi remaja. Usia remaja adalah usia dimana seseorang mempunyai banyak sekali keinginan, tidak mau kalah dengan teman-temannya. Mereka tidak mau kelihatan miskin di depan teman-temanya apalagi di depan pacarnya. Hal ini yang membuat tidak percaya diri, minder dan akhirnya mengalami stress. Hubungan antar remaja dan teman sebaya adalah hal yang utama dalam perkembangan remaja, para remaja diharap biasa mandiri, tidak dihubungkan lagi dengan orang tua. Remaja lebih membutuhkan dukungan dari teman-temannya dibandingkan dengan orang tua. Pada 120 remaja highscool di Amerika mengatakan bahwa perbedaan pendapat dengan orang tua sering terjadi, tuntutan orang tua dianggap sangat mengganggu, remaja takut tidak bisa memenuhi harapan orang tua. Sering terjadi ketegangan antara orang tua dan anak, laranganlarangan dari orang tua sering dilanggar oleh remaja. Remaja menganggap yang paling mengerti dirinya adalah teman-temannya (Nasution, 2007). Orang tua mempunyai fungsi dan peran yang amat penting bagi tahap-tahap perkembangan anak. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai Pembina pribadi yang pertama. Setiap reaksi emosi/sikap mental, kepribadian dan pemikiran di kemudian hari sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya. Kerapkali orang tua kurang memperhatikan hal-hal diatas, sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan adanya hubungan yang kurang mesra antara orang tua dan anak. Akibat kurang mesranya hubungan antara keduanya

membuat anak sulit untuk berkomunikasi. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan anak tidak mempunyai tempat untuk mengadu dan memberi rasa tenang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah, sehingga anak akan memendam masalah yang dihadapinya dan hal ini akan menekan jiwa dan perasaan anak, sehingga anak menjadi tertekan dan bila berlangsung khronis akan menyebabkan anak depresif. Setiawan (dalam Oktapriadi, 1998). Menurut Paryati (dalam Dien Anson 2009), Problematika yang sering di hadapi mahasiswa ketika belajar di perguruan tinggi adalah: 1) Kejenuhan dan Kemalasan Belajar di perguruan tinggi memakan waktu yang tidak sebentar. Hal ini sering kali mendatangkan rasa jenuh dan malas belajar. Belum lagi tuntunan kemandirian yang lain yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan psikis. 2) Ketidakmampuan mengelola waktu Waktu tak pernah kembali. itulah falsafah waktu. Efektifitas belajar di perguruan tinggi sangat bergantung pada bagaimana mahasiswa mengelola waktu tersebut. Dengan keterbatasan waktu tersebut mahasiswa dituntut untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 3) Kurang berminat pada mata kuliah atau dosen tertentu. Kurangnya minat pada matakuliah atau dosen tertentu dapat menjadi penghambat mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi. Demikian pula halnya dengan dosen, bila mahasiswa tidak suka dengan dosen

tersebut usahakan untuk tetap mengikuti perkuliahannya. Karena mahasiswa tidak mungkin menghindar dari dosen yang bersangkutan. Hilangkan perasaan tidak suka pada dosen tersebut. 4) Keuangan Kekurangan dan kelebihan uang akan menjadi problematik selama belajar di perguruan tinggi. Kekurangan uang akan menghambat mahasiswa dalam belajar karena tugas-tugas dan masalah yang berhubungan dengan finansial solusinya kurang dapat diatasi tanpa keuangan yang cukup. Sebaliknya kelebihan uang pun bisa menjadi masalah bagi mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai banyak uang biasanya cenderung menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting (konsumtif). Fasillitas yang tersedia di kota besar sangat banyak, sehingga akan menjadikanya terlena dan lupa akan tugasnya sebagai mahasiswa. 5) Lingkungan pergaulan Keberhasilan belajar di perguruan tinggi juga dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan mahasiswa, jika mahasiswa bergaul pada lingkungan yang kondusif, tidak akan mengalami hambatan dalam belajar. Tetapi jika berada dalam pergaulan yang tidak kondusif, mahasiswa akan mengalami hambatan dalam belajar. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami drop out karena pengaruh lingkungan pergaulan.

6) Tempat kost Bagi yang berasal dari daerah lain atau kota lain, tempat kost adalah tempat yang sangat menentukan. Ditempat kost itulah mahasiswa akan belajar, istirahat dan bahkan bersosialisasi dengan lingkunganya. 7) Cinta dan pergaulan bebas Problematik yang paling banyak dialami oleh mahasiswa adalah masalah cinta. Jatuh cinta, pacaran, patah hati adalah siklus klasik, yamg hampir semua orang mengalaminya, termasuk mahasiswa. Namun dalam kenyataanya banyak pula mahasiswa yang mengalami hambatan belajar di perguruan tinggi hanya karena cinta. 3. Depresi a. Pengertian Depresi istilah yang makin akrab, yang barangkali juga makin sering dijumpai di masyarakat merupakan gangguan emosional yang mengganggu produktivitas penderitanya (Tapan, 2007). Davison, dkk (2006) mengatakan bahwa depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi adalah suatu gangguan kedaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan

(sadness), murung (blue), dan kesengsaraan. Depresi mayor (major depression) adalah suatu gangguan suasana hati (a mood disorder) dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat (demoralized), merasa terhina (self-derogatory) dan bosan. Individu dengan depresi mayor tidak merasa sehat, mudah kehilangan stamina, nafsu makan berkurang, lesu serta kurang gairah (Sadid, 2007). Depresi adalah kondisi mental yang ditandai oleh hati yang murung, sedih berkepanjangan, tidak nyaman, merasa bersalah, dan sering mengeluarkan air mata tanpa sebab yang jelas pula. Hal yang menambah kesulitan para penderita depresi adalah saat terserang depresi mereka juga sering mengalami gejala fisik, seperti lelah, sering sulit tidur, tidak bergairah, malas, dan enggan beraktivitas. Mereka terdiam, senang menyendiri, dan melamun tidak keruan. Bila ditanya sedang memikirkan apa, mereka tidak dapat menjelaskan apa yang dipikirkan, melainkan merasa seolah di hati ada yang mengganjal tanpa sebab jelas pula (Kompas, 2011). Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain (Puji, 2008). Menurut Carella (2011), mahasiswa yang mengalami depresi biasanya tidak disebabkan oleh satu peristiwa, tetapi akumulasi dari berbagai

peristiwa yang menumpuk di mahasiswa, khususnya anak-anak. Sering kali, perasaan depresi terjadi jika mahasiswa merasa seperti dia tidak memiliki tempat di mana dia bisa mengungkapkan perasaan frustrasi atau marah. Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 33 siswa mungkin mengalami gejala depresi, dan di antara remaja, angka itu bisa setinggi 1 di setiap 8 siswa. Dan siswa yang mengalami depresi mungkin memiliki riwayat keluarga depresi. Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar. Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya (Depkes RI, 2007).

b. Etiologi Depresi hampir selalu dipicu oleh sejumlah pengalaman eksternal yang cocok dengan apa yang ada dalam jiwa, dan menjadi tidak normal ketika kondisi psikologis individu tak menampik peristiwa tersebut, baik secara sadar maupun tidak (Maurus, 2009). Depresi merupakan sekelompok penyakit gangguan alam perasaan dengan dasar penyebab yang sama. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap etiologi depresi, khususnya pada anak dan remaja menurut Stuart dan Sundeen (2006), disebabkan oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Adapun faktor predisposisi yaitu: 1) Teori Genetik Anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresi berat berkemungkinan menderita gangguan daripada sanak saudara dari derajat kedua. Sedangkan penelitian adopsi menemukan bahwa anak biologis dari orang tua yang menderita tetap berada dalam resiko menderita suatu gangguan alam perasaan walaupun mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan (Wahyuningsih, 2000).

2) Pengalaman masa anak-anak Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi. 3) Faktor Kehilangan Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4) Faktor Kepribadian Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. 5) Faktor Kognitif Teori-teori kognitif mementigkan pikiran-pikiran sadar remaja. Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dari Piaget dan teori pemrosesan informasi. Psikolog Swiss tekenal, Jean Piaget (1896-1980), menekankan bahwa remaja secara aktif mengkonstruksikan dunia kognitif mereka sendiri; informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget menekankan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukan

gagasan-gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Sedangkan faktor presipitasi yang dapat menyebabkan depresi meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya : 1) Biologis Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit. Pendekatan biologis menemukan bahwa faktor genetis, sistem endokrin, dan neurotransmiter berperan dalam kemunculan depresi. Kemunculan depresi dalam prespektif biologi dapat dipahami bahwa kehidupan yang penuh stres mengaktifkan hormon stres, berefek luas pada sistem neurotransmitter khususnya serotonin, norepinephrine, dan circadian rhythms function (CRF). Pengaktifan hormon stres dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi gen, menghasilkan perubahan jangka panjang pada struktur dan kimia di otak (Durand & Barlow, 2003). Pendapat lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergikasetilkolin yang ditandai dengan meningkatnya kolinergik, sementara dopamin secara fungsional menurun. 2) Psikologis Sampai saat ini tak ada sifat atau kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia dapat dan memang menjadi depresi dalam

keadaan tertentu. Tetapi tipe kepribadian dependen-oral, obsesifkompulsif, histerikal, mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya dengan menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan yang lainnya. Tidak ada bukti hubungan gangguan kepribadian tertentu dengan gangguan bipoler I pada kemudian hari. Tetapi gangguan distimik dan gangguan siklotimikberhubungan dengan perkembangan gangguan bipoler I di kemudian harinya. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta seseorang dan kehilangan harga diri. Salah satu pendekatan faktor psikologis adalah pendekatan psikodinamika. Pendekatan ini menekankan penyebab depresi sebagai rasa kehilangan dari suatu objek atau status. Proses hubungan antara orangtua dan anaknya merupakan sumber kehilangan, seperti : a). Perpisahan yang terjadi secara beruntun, missal dengan pengasuh, nenek, teman-teman dekat disamping orang tua dan saudara kandung. b). Kehilangan tiba-tiba, missal kematian orang dekat, dan dicintai seperti ayah, ibu, dan saudara kandung. c). Penolakan, missal pada anak yang lahir di luar perkawinan, kegagalan kontrasepsi, jenis kelamin anak yang tidak sesuai dengan harapan, anak mengalami cacat fisik maupun psikis.

d). Berkurangnya perhatian lingkungan, misalnya karena kelahiran adik atau datangnya orang baru. e). Depresi pada orang tua. Menurut Stuart (2006) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi psikis adalah : a). Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. b). Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri. c). Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai. d). Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.

e). Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat 3) Sosial Budaya Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan. Memahami depresi yang terjadi pada remaja memerlukan informasi mengenai pengalamannya pada masa remaja dan anak-anak. Ikatan antara ibu dan anak yang tidak memberikan rasa aman, tanpa rasa cinta dan kasih sayang dalam

pengasuhan anak, atau kehilangan salah satu orangtua pada masa anak-anak akan menciptakan set kognitif yang negatif. Skema kognitif yang negatif tersebut akan dibawa terus hingga mempengaruhi pengalamannya pada masa kehidupan selanjutnya. Pengalaman-pengalaman baru remaja putri yang berkaitan dengan kehilangan akan memicu munculnya depresi. Hubungan dengan keluarga atau teman sebaya berpengaruh pada munculnya depresi pada remaja. Orang tua yang mengalami depresi atau orang yang tidak hadir secara emosional, terlibat dalam konflik perkawinan, dan memiliki masalah ekonomi memunculkan depresi pada anak remaja mereka. Ketidakadaan hubungan yang dekat dengan sahabat, sedikitnya teman, dan penolakan dari teman sebaya dapat meningkatkan munculnya depresi pada remaja (Santrock, 2003). Berdasarkan penelitian Widosari (2010), depresi dapat membaik jika klinisi mengisi pada pasien yang terkena depresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan. Faktor lainnya yang menyebabkan depresi menurut Santrock (2003) adalah: 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan seperti kehilangan sesuatu, stress, mungkin bisa jadi variabel penyebab yang terpenting. Karena depresi dapat timbul pada keluarga, anak-anak yang depresi lebih sering ditemukan pada keluarga atau orang tua yang mengalami depresi

(lebih sering pada ibu). Interaksi ibu-ibu yang depresi pada anakanaknya bisa berakibat negatif. Pengalaman awal (hilangnya kasih sayang orang tua atau ketidakmampuan mendapatkan kepuasan melalui hasil keringat sendiri) mungkin juga menjadikan seseorang rentan terhadap depresi dikemudian hari. Dilaporkan bahwa orang tua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara, status sosial keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Ada hubungan yang siginifikan antara riwayat penganiayaan fisik atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang mendapat perlakukan tidak mengenakan dari orangtua cendrung mudah marah dan tidak puas. Tapi anak tidak tahu cara pelampiasannya sehingga mereka melampiaskan ke dirinya sendiri.

Contoh perlakuan orang tua yang tidak mengenakan adalah terlalu menuntut, selalu menyalahkan, tidak menghargai, atau sering berkata/berlaku kasar. Jika perlakuan seperti ini terus menerus diterima anak sementara lingkungan sosial maupun sekolah juga menyudutkannya maka anak bisa mengalami depresi. Di sekolah maupun lingkungan pergaulan lainnya anak-anak juga bisa mengalami berbagai kekecewaan misalnya anak sebaya umumnya sudah bisa melakukan sesuatu. Kalau ternyata anak tidak bisa, maka ia akan diejek oleh teman-temannya. Hal ini akan membuat dia kesal dengan dirinya sendiri. Dia akan bertanya-tanya kenapa dia bisa melakukan seperti yang orang lain lakukan. Akibatnya si anak menjadi tidak percaya diri dan akhirnya depresi. Penelitian pada mahasiswa fakultas kedokteran telah melaporkan hubungan frustrasi mahasiswa dengan kurangnya dukungan sosial sekolah mereka dan jumlah waktu untuk istirahat dan relaksasi tidak memadai.(morrison, 2001., Aktekin, 2001., Ball, 2002., dan Stewart 1999). Tanggung jawab dan masalah keuangan juga ditemukan sebagaisumber stres yang signifikan untuk mahasiswa kedokteran. (Morrison, 2001). Stewart(1999) mengemukakan bahwa hilangnya kesempatan untuk bersosialisasi danberekreasi memberikan kontribusi terhadap tingkat stres yang

lebih tinggi,prestasi akademik yang kurang baik dan menunjukkan gejala depresi yang lebihbanyak pada mahasiswa kedokteran di tahun terakhir kuliah. 2) Penelitian kembar Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar pada anak kembar monozigotik 33-90 persen; untuk gangguan depresi berat angka kesesuaiannya 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipoler I dan 10-25 persen untuk gangguan depresi berat (Widosari, 2010). c. Gejala Gejala psikologis yang menyertai depresi klinis sangat luas. Hal ini dipengaruhi suasana hati, perilaku, serta pola pikir. Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa depresi dapat menimbulkan gejala fisik seperti rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas penyebanya. Gejala depresi tersebut adalah: 1) Dipenuhi oleh pikiran negative 2) Merasa memiliki masa depan suram 3) Merasa tidak tenang dan mudah tersinggung 4) Cepat merasa lelah, tidur tidak tenang 5) Pola makan tidak normal yang mengarah bertambah atau berkurangnya berat badan

6) Menjadi sangat perasa dan sering menangis 7) Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengingat sesuatu 8) Motivasi yang rendah, kehilangan minat melakukan hal yang biasanya di sukai 9) Rasa bersalah dan tidak berharga 10) Gelisah (gejala jiwa dan fisik sebagai antisipasi terhadap bahaya nyata atau hanya dalam bayangan) 11) Merasa tidak mampu atau tidak berdaya 12) Merasa suasana hati tidak akan pulih kembali 13) Rasa sakit dan nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas rasa ingin mencelakakan diri sendiri, rasa ingin atau berusaha bunuh diri (Spencer dan Allan Young, 2010). d. Instrumen Pengukuran Tingkat Depresi Dalam mengukur tingkat depresi menggunakan Instrumen Beck Depresi Inventory (BDI) yang dirancang oleh Beck (1996), merupakan skala pengukuran tingkat depresi yang dapat digunakan sebagai instrument penyaringan di komunitas dan klinik. Instrumen ini terdiri dari 21 item gejala depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik. Setiap gejala diranking dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat. 21 item tersebut memuat tentang kesedihan,

pesimisme, perasaan gagal, perasaan tidak puas, perasaan bersalah atau berdosa, perasaan dihukum, rasa benci pada diri sendiri, mudah tersinggung, menarik diri dari lingkungan social, tidak mampu mengambil keputusan, penyimpangan citra tubuh, kelambanan dalam bekerja, menangis, gangguan tidur, kelelahan, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kecemasan fisik dan penurunan libido. Klasifikasi nilainya menurut beck, et.al (1996) adalah sebagai berikut: a. Nilai 0-13 menunjukkan tidak ada gejala depresi. b. Nilai 14-19 menunjukkan adanya depresi ringan. c. Nilai 20-28 menunjukkan adanya depresi sedang. d. Nilai 29-63 menunjukkan adanya depresi berat. Dalam penelitian ini tingkat depresi dikelompokkan menjadi 2 yaitu nilai 0-13 menunjukkan tidak depresi dan 14-63 menunjukkan bahwa responden mengalami depresi.

B. Kerangka Teori Faktor-faktor penyebab depresi : 1.Genetik 2.Biokimia 3.Lingkungan 4.Biologis 5.Psikologis 6.Sosial budaya Mahasiswa semester VI Depresi Gejala-gejala depresi : a. Dipenuhi oleh pikiran negative b. Merasa memiliki masa depan suram c. Merasa tidak tenang dan mudah tersinggung d. Cepat merasa lelah, tidur tidak tenang e. Pola makan tidak normal yang mengarah bertambah atau berkurangnya berat badan f. Menjadi sangat perasa dan sering menangis g. Sulit berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mengingat sesuatu h. Motivasi yang rendah, kehilangan minat melakukan hal yang biasanya di sukai i. Rasa bersalah dan tidak berharga j. Gelisah (gejala jiwa dan fisik sebagai antisipasi terhadap bahaya nyata atau hanya dalam bayangan) k. Merasa tidak mampu atau tidak berdaya l. Merasa suasana hati tidak akan pulih kembali m. Rasa sakit dan nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas rasa ingin mencelakakan diri sendiri, rasa ingin atau berusaha bunuh diri Gambar 1. Kerangka Teori Sumber : From Roy, C.,dan Andrew, H. A. 1991. The Roy Adaptation Model.

C. Kerangka Konsep Variabel independent Variable dependent Faktor Penyebab Depresi: 1. Lingkungan 2. Psikologis 3. Sosial Budaya Depresi pada mahasiswa semester VI: a. Depresi b. Tidak depresi Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis H1 : Ada pengaruh faktor lingkungan terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. H2 : Ada pengaruh faktor psikologi terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. H3 : Ada pengaruh faktor sosial budaya terhadap tingkat depresi pada mahasiswa semester VI di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.