BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDHULUAN. Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya manusia, hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

BAB I PENDAHULUAN. anak merupakan tunas, potensi, dan generasi penerus cita cita perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu produktif di jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rejekinya dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang terlibat dalam kekerasan ataupun korban dari tindakan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

SELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang cukup serius yang ada di Indonesia. Sejak krisis ekonomi terjadi, jumlah anak jalanan di negeri ini menunjukkan peningkatan yang cukup mengkhawatirkan terutama di kota-kota besar. Semakin cepat perkembangan sebuah kota maka semakin cepat pula peningkatan jumlah anak jalanan. Kota Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Gudeg sekaligus Kota Pelajar ini merupakan salah satu kota tempat menjamurnya anak-anak jalanan. Hampir di setiap perempatan-perempatan jalan Kota Yogyakarta telah menjadi basis kegiatan anak-anak jalanan. Menurut hasil laporan pemetaan dan survei yang dilakukan Kantor Departemen Sosial Yogyakarta, pada tahun 1999 terdapat sekitar 1300 anak jalanan yang tersebar di sejumlah wilayah kantung (Harkrisnowo, 2003). Kemudian pada tahun 2003 jumlah anak jalanan di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan yaitu sebanyak 4935 orang. Namun, pada tahun 2004 terjadi penurunan jumlah anak jalanan secara signifikan yaitu menjadi 1304 orang (Bappeda DIY, 2005). Anak jalanan adalah anak-anak yang berada dibawah usia 20 tahun, yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan. Menurut hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan yang diselenggarakan oleh Departemen Sosial pada bulan

2 Oktober 1995, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya (Ismudiyati, dkk. 2003). Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dimaksud dengan anak jalanan adalah anak-anak yang karena sebab-sebab tertentu pada orang tuanya, sehari-hari berada di jalanan untuk mencari nafkah (Khumas, 1999). Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada di jalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua atau atas dasar pilihannya sendiri. Menurut Pona (Irawati, 2001), secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi anak atau remaja menjadi anak jalanan, yakni faktor mikro dan makro. Faktor yang bersifat mikro bersumber dari lingkungan sosial anak, terutama pengaruh problem keluarga dan pengaruh teman sebaya. Secara makro, adanya fenomena anak jalanan terkait erat dengan kondisi sosio-ekonomi secara struktural serta kebijakan kesejahteraan anak yang belum menyentuh kebutuhan anak dan dapat melindungi hak-hak anak. Media Bernas, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan yang dapat di tampung atau ditangani oleh rumah singgah atau panti asuhan hanya 30% dari total keseluruhan jumlah anak jalanan yang berada di Kota Yogyakarta. Sementara di Kota Yogyakarta sendiri terdapat 13 buah Rumah Singgah atau Panti Asuhan yang masing-masing dapat menampung sekitar 30 sampai 40 anak

3 jalanan. Berarti 70% sisanya masih berada di jalan dan belum mendapatkan penanganan (Bernas, 2000). Kehidupan yang keras di jalan, ditambah situasi anak itu sendiri dimana mereka harus bertahan hidup, memaksa anak-anak ini menjadi dewasa sebelum waktunya. Apabila anak-anak sebaya mereka masih bermain-main dan dirawat oleh orang dewasa, maka anak-anak jalanan ini sudah harus menghidupi diri sendiri dan mempertahankan hidup. Umumnya mereka adalah anak-anak yang mengais rejeki di sektor informal dengan menjadi penyemir sepatu, penjual koran, pedagang asongan, pengamen jalanan, bahkan menjadi seorang pelacur dan lain sebagainya. Kehidupan di jalanan sering menimbulkan berbagai konflik dan benturan dalam diri anak jalanan. Sikap orang tua atau masyarakat dianggap tidak memahami mereka dan benar-benar memberi rasa tidak nyaman pada diri anak jalanan. Anak jalanan memandang diri mereka tidak baik, merasa menjadi orangorang yang terbuang, yang kesemuanya itu disebabkan oleh kejadian-kejadian yang dialami dalam keluarga atau lingkungan mereka. Seringkali mereka diperlakukan secara tidak wajar, dijadikan objek kemarahan, bahkan dirampas hak-haknya sebagai anak pada umumnya, sehingga keadaan tersebut menyebabkan anak-anak jalanan tidak pernah merasa puas pada keadaan dirinya sendiri (Irawati, 2001). Tidak adanya perlindungan orang dewasa ataupun perlindungan hukum terhadap anak-anak ini, menjadikan anak-anak tersebut rentan terhadap kekerasan. Kekerasan bisa berasal dari sesama anak-anak itu sendiri, atau dari orang-orang

4 yang lebih dewasa yang menyalahgunakan mereka, ataupun dari aparat. Bentuk kekerasan bermacam-macam mulai dari dikompas (dimintai uang), dipukuli, diperkosa, ataupun dirazia dan dijebloskan ke penjara. Namun, anak-anak itu sendiri juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan atau tindak kriminal seperti mengompas teman-teman lain yang lebih lemah, pencurian kecil-kecilan, dan perdagangan obat-obat terlarang. Rendahnya pemahaman akan kesehatan dan juga rendahnya akses pada pelayanan kesehatan membuat para anak-anak jalanan makin rentah pada berbagai ancaman kesehatan, baik mental maupun psikologis. Secara psikologis anak jalanan adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Dimana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikkan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvert, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah bagian dari generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.

5 Tekanan dan tuntutan yang tidak dapat dipenuhi seringkali menyebabkan suasana atau keadaan yang tidak menyenangkan sehingga lama kelamaan akan menimbulkan depresi. Menurut Carson dan Bucher (Ismudiyati, dkk. 2003), depresi merupakan gangguan mood (suasana hati) yang melibatkan keadaan emosi atau efek negatif yang mendalam dan cenderung malas selama periode waktu tertentu. Depresi akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemenuhan kebutuhan atau pemecahan masalah yang dihadapi, yang disebut dengan coping behavior. Anak jalanan hidup di jalanan memerlukan strategi coping tertentu. Menurut Bell (Dewi, 2002), hasil interaksi individu dengan lingkungan menghasilkan persepsi individu terhadap lingkungan tersebut. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal maka individu dikatakan dalam keadaan homeostatis (seimbang). Sebaliknya bila dipersepsi oleh individu berada di luar batas optimal (overstimulation) atau di bawah (understimulation) maka individu akan mengalami stres dalam dirinya. Untuk itu maka individu harus melakukan coping untuk menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya. Berdasarkan uraian diatas muncul pertanyaan menarik, yaitu begaimanakah anak jalanan melakukan coping behavior ditengah kerasnya kehidupan jalanan? Pertanyaan diatas menjadikan penulis tergugah untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gejala tersebut dengan mengajukan judul: Coping Behavior Pada Anak Jalanan (Studi Deskriptif Terhadap Anak Jalanan Di Kota Yogyakarta).

6 B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memahmi Coping Behavior pada anak jalanan. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain: 1. Manfaat teoritis Bagi ilmuan Psikologi diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memperdalam, memperkaya dan mengembangkan wacana dalam ilmu Psikologi khususnya wacana Psikologi sosial serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya di masa yang akan datang. 2. Manfaat praktis a. Bagi anak-anak jalanan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman baru dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di jalanan. b. Bagi Panti Sosial atau Rumah Singgah, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanganan maupun bimbingan terhadap anak jalanan. c. Bagi Pemerintah khususnya Dinas Sosial, semoga dapat dijadikan bahan acuan dalam upaya penanganan permasalahan-permasalahan sosial khususnya masalah anak jalanan.