BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa dinegara berkembang, termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat kualitas SDM yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu memperhatikan kesehatan anak-anak, khususnya anak balita. Derajat kesehatan yang tinggi dalam pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Soekirman, 2000). Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas. Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor antara lain: penyakit infeksi, konsumsi makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, budaya pantang makanan, dan pola asuh gizi. Selain itu status gizi juga dapat 1
2 dipengaruhi oleh praktek pola asuh gizi yang dilakukan dalam rumah tangga yang diwujudkan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Zeitlin Marian (2000:132) mengatakan bahwa salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi adalah praktek penyusuan dan pemberian makanan pendamping ASI. Didalam keluarga besar keadaan ekonomi lemah, anak dapat menderita karena penghasilan keluarga digunakan oleh banyak orang. Kecil kemungkinan seorang ibu rumah tangga menyediakan jenis makanan yang berbeda-beda setiap hari sesuai keinginan tiap anaknya, ditambah juga diperlukan makanan khusus untuk balita sebagai makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan, secara relatif harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas. Hal ini memudahkan penularan penyakit dikalangan anggota-anggotanya dan dapat dipastikan terjadi kekurangan makanan yang bernilai gizi dan juga tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, p.18). Pada umumnya perilaku ini dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu.
3 Balita sangat tergantung pola asuh orang tua, sehingga dukungan suami terhadap pola asuh gizi yang diberikan ibu sangat berperan dalam status gizi balita. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan berpengaruh besar dalam memperbaiki status gizi. Sementara itu, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 di provinsi Jawa Tengah tercatat 10.376 anak atau 0,52% mengalami gizi buruk. Dari 565 kecamatan di 35 kabupaten/kota Jawa tengah pada tahun 2006 terdapat 528 di antaranya sudah rawan pangan dan gizi. Hanya 38 Kecamatan yang masih mengalami kerawanan pangan dan gizi (Depkes, 2006). Pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah gizi buruk mencapai 9.163 anak. Dari jumlah itu, 5.315 balita diantaranya dinyatakan sudah sembuh dan 41 balita meninggal dunia. Pada tahun 2008 juga mengalami penurunan, yaitu jumlah gizi buruk mencapai 3.420 anak. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah gizi buruk mengalami kenaikan lagi, yaitu mencapai 4.676 anak. Hasil data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat tentang jumlah Kecamatan rawan gizi dan status gizi bayi dan balita Propinsi Jawa Tengah juga dapat dijelaskan bahwa di Kabupaten Grobogan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan, 18 diantaranya mengalami rawan gizi dan tingginya angka gizi kurang pada bayi dan balita. Dari hasil laporan dinas kesehatan Kabupaten Grobogan, menyebutkan bahwa di Kabupaten Grobogan jumlah kasus balita status gizi kurang masih tinggi. Pada tahun 2008 jumlah kasus balita status gizi buruk mencapai 12,16%,
4 jumlah ini meningkat pada tahun 2009 menjadi 15,38%. Tahun 2010 turun menjadi 9,01%. Keadaan gizi pada bayi usia 6 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tegowanu dilaporkan pada bulan Februari 2011 bahwa jumlah balita usia 6-12 bulan yang hadir dalam penimbangan sebanyak 325 balita. Dari hasil penimbangan dapat diketahui status gizi balita, untuk gizi kurang sebanyak 49 balita (15,03%) dan gizi buruk sebanyak 2 balita (0,6%). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah bayi usia 6 12 bulan alasan Bayi usia 6 bulan sudah menyelesaikan program ASI eksklusif, dan bayi usia > 12 bulan dikawatirkan ibu lupa terhadap riwayat pola asuh gizi yang telah diberikan di masa lalu. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan, ibu yang mempunyai bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo, dari 33 ibu yang mempunyai bayi beberapa diantaranya ditemukan berat badan bayi masih kurang. Hal tersebut diakibatkan ibu yang mempunyai bayi bekerja di pabrik dan anaknya di asuh oleh mertua, ibu atau pengasuh lain yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Ibu tidak mendapatkan dukungan dari suami penuh karena suami harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayinya akibat ekonomi yang kurang. Dari permasalahan diatas perlu diadakan penelitian mengenai dukungan suami terhadap pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.
5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan antara dukungan suami pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan suami pola asuh gizi pada anak bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan dukungan suami terhadap pola asuh gizi. b. Mendiskripsikan pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. c. Menganalisa hubungan dukungan suami pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Tegowanu, Kabupaten Grobogan. D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan pertimbangan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan dukungan suami terhadap pola asuh gizi pada bayi umur 6 12 bulan.
6 2. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna menambah bekal ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti dari perkuliahan. 4. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita untuk dijadikan sebagai informasi program penyebar luasan dan penyuluhan tentang pengolahan gizi dalam keluarga dan dampak yang diakibatkan karena masalah gizi pada bayinya.
7 E. Keaslian Penelitian No Judul, Nama Sasaran Variabel Metode Hasil Tahun 1 Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bayi yang berumur 6-12 bulan yaitu sebanyak 50 bayi Pola asuh gizi, perkembangan, bayi Survay analitik pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna riwayat pemberian makanan/minuman prelaktal Pagar Agung perkembangan (p = Provinsi Sumatera 0,011), Selatan, 2008, ada hubungan Kurniati. bermakna riwayat pemberian kolostrum perkembangan bayi (p = 0,039), ada hubungan bermakna pola pemberian ASI perkembangan bayi (p = 0,025), dan ada hubungan bermakna pola pemberian MP-ASI perkembangan bayi (p = 0,028). Namun tidak ada hubungan yang bermakna praktek penyapihan perkembangan bayi (p = 0,246).
8 2 Pengaruh pola 100 bayi di Pola asuh, Analitik Hasil penelitian asuh terhadap keluarga status gizi, yang diperoleh status gizi bayi miskin dan bayi pendekatan adalah asuh diri, pada keluarga 100 bayi di Cross asuhmakn, dan miskin dan tidak keluarga sectional asuh kesehatan miskin di tidak pada keluarga tidak Kabupaten Aceh, miskin miskin jauh lebih Medan, 2009, baik dibandingkan yusnidaryati keluarga miskin 3 Hubungan 40 ibu Pengetahuan Survey Penelitian yang pengetahuan ibu yang ibu, pemberian analitik diperoleh dari hasil pemberian memiliki MP ASI uji statistik fisher makanan bayi pada bayi usia pendekatan exact test didapat pendamping ASI berusia 6 6 8 bulan. croos sectional nilai p = 0,008 pada bayi usia 6 8 bulan yang artinya < 0,05 8 bulan di desa sehingga ada klitih kecamatan hubungan antara karangtengah pengetahuan ibu kabupaten demak, pemberian 2010, Titis makanan Setyaningrum. pendamping ASI pada bayi usia 6 8 bulan di desa klitih karangtengah kabupaten demak.