BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

1

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. serta menghasilkan energi (Proverawati A, 2009, p.1). disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A, 2009, p.127).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB 1 PENDAHULUAN. essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow, 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. dan negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa dinegara berkembang, termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat kualitas SDM yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu memperhatikan kesehatan anak-anak, khususnya anak balita. Derajat kesehatan yang tinggi dalam pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Soekirman, 2000). Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas. Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor antara lain: penyakit infeksi, konsumsi makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, budaya pantang makanan, dan pola asuh gizi. Selain itu status gizi juga dapat 1

2 dipengaruhi oleh praktek pola asuh gizi yang dilakukan dalam rumah tangga yang diwujudkan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Zeitlin Marian (2000:132) mengatakan bahwa salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi adalah praktek penyusuan dan pemberian makanan pendamping ASI. Didalam keluarga besar keadaan ekonomi lemah, anak dapat menderita karena penghasilan keluarga digunakan oleh banyak orang. Kecil kemungkinan seorang ibu rumah tangga menyediakan jenis makanan yang berbeda-beda setiap hari sesuai keinginan tiap anaknya, ditambah juga diperlukan makanan khusus untuk balita sebagai makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 2 tahun. Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan, secara relatif harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas. Hal ini memudahkan penularan penyakit dikalangan anggota-anggotanya dan dapat dipastikan terjadi kekurangan makanan yang bernilai gizi dan juga tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia (Soekidjo Notoatmodjo, 2003, p.18). Pada umumnya perilaku ini dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu.

3 Balita sangat tergantung pola asuh orang tua, sehingga dukungan suami terhadap pola asuh gizi yang diberikan ibu sangat berperan dalam status gizi balita. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan berpengaruh besar dalam memperbaiki status gizi. Sementara itu, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 di provinsi Jawa Tengah tercatat 10.376 anak atau 0,52% mengalami gizi buruk. Dari 565 kecamatan di 35 kabupaten/kota Jawa tengah pada tahun 2006 terdapat 528 di antaranya sudah rawan pangan dan gizi. Hanya 38 Kecamatan yang masih mengalami kerawanan pangan dan gizi (Depkes, 2006). Pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah gizi buruk mencapai 9.163 anak. Dari jumlah itu, 5.315 balita diantaranya dinyatakan sudah sembuh dan 41 balita meninggal dunia. Pada tahun 2008 juga mengalami penurunan, yaitu jumlah gizi buruk mencapai 3.420 anak. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah gizi buruk mengalami kenaikan lagi, yaitu mencapai 4.676 anak. Hasil data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat tentang jumlah Kecamatan rawan gizi dan status gizi bayi dan balita Propinsi Jawa Tengah juga dapat dijelaskan bahwa di Kabupaten Grobogan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan, 18 diantaranya mengalami rawan gizi dan tingginya angka gizi kurang pada bayi dan balita. Dari hasil laporan dinas kesehatan Kabupaten Grobogan, menyebutkan bahwa di Kabupaten Grobogan jumlah kasus balita status gizi kurang masih tinggi. Pada tahun 2008 jumlah kasus balita status gizi buruk mencapai 12,16%,

4 jumlah ini meningkat pada tahun 2009 menjadi 15,38%. Tahun 2010 turun menjadi 9,01%. Keadaan gizi pada bayi usia 6 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tegowanu dilaporkan pada bulan Februari 2011 bahwa jumlah balita usia 6-12 bulan yang hadir dalam penimbangan sebanyak 325 balita. Dari hasil penimbangan dapat diketahui status gizi balita, untuk gizi kurang sebanyak 49 balita (15,03%) dan gizi buruk sebanyak 2 balita (0,6%). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah bayi usia 6 12 bulan alasan Bayi usia 6 bulan sudah menyelesaikan program ASI eksklusif, dan bayi usia > 12 bulan dikawatirkan ibu lupa terhadap riwayat pola asuh gizi yang telah diberikan di masa lalu. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan, ibu yang mempunyai bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo, dari 33 ibu yang mempunyai bayi beberapa diantaranya ditemukan berat badan bayi masih kurang. Hal tersebut diakibatkan ibu yang mempunyai bayi bekerja di pabrik dan anaknya di asuh oleh mertua, ibu atau pengasuh lain yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Ibu tidak mendapatkan dukungan dari suami penuh karena suami harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayinya akibat ekonomi yang kurang. Dari permasalahan diatas perlu diadakan penelitian mengenai dukungan suami terhadap pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan antara dukungan suami pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan suami pola asuh gizi pada anak bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan dukungan suami terhadap pola asuh gizi. b. Mendiskripsikan pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. c. Menganalisa hubungan dukungan suami pola asuh gizi pada bayi usia 6 12 bulan di Desa Tegowanu, Kabupaten Grobogan. D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan pertimbangan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan dukungan suami terhadap pola asuh gizi pada bayi umur 6 12 bulan.

6 2. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk peningkatan pelayanan kesehatan. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna menambah bekal ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti dari perkuliahan. 4. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita untuk dijadikan sebagai informasi program penyebar luasan dan penyuluhan tentang pengolahan gizi dalam keluarga dan dampak yang diakibatkan karena masalah gizi pada bayinya.

7 E. Keaslian Penelitian No Judul, Nama Sasaran Variabel Metode Hasil Tahun 1 Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bayi yang berumur 6-12 bulan yaitu sebanyak 50 bayi Pola asuh gizi, perkembangan, bayi Survay analitik pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna riwayat pemberian makanan/minuman prelaktal Pagar Agung perkembangan (p = Provinsi Sumatera 0,011), Selatan, 2008, ada hubungan Kurniati. bermakna riwayat pemberian kolostrum perkembangan bayi (p = 0,039), ada hubungan bermakna pola pemberian ASI perkembangan bayi (p = 0,025), dan ada hubungan bermakna pola pemberian MP-ASI perkembangan bayi (p = 0,028). Namun tidak ada hubungan yang bermakna praktek penyapihan perkembangan bayi (p = 0,246).

8 2 Pengaruh pola 100 bayi di Pola asuh, Analitik Hasil penelitian asuh terhadap keluarga status gizi, yang diperoleh status gizi bayi miskin dan bayi pendekatan adalah asuh diri, pada keluarga 100 bayi di Cross asuhmakn, dan miskin dan tidak keluarga sectional asuh kesehatan miskin di tidak pada keluarga tidak Kabupaten Aceh, miskin miskin jauh lebih Medan, 2009, baik dibandingkan yusnidaryati keluarga miskin 3 Hubungan 40 ibu Pengetahuan Survey Penelitian yang pengetahuan ibu yang ibu, pemberian analitik diperoleh dari hasil pemberian memiliki MP ASI uji statistik fisher makanan bayi pada bayi usia pendekatan exact test didapat pendamping ASI berusia 6 6 8 bulan. croos sectional nilai p = 0,008 pada bayi usia 6 8 bulan yang artinya < 0,05 8 bulan di desa sehingga ada klitih kecamatan hubungan antara karangtengah pengetahuan ibu kabupaten demak, pemberian 2010, Titis makanan Setyaningrum. pendamping ASI pada bayi usia 6 8 bulan di desa klitih karangtengah kabupaten demak.