VIII. KELAYAKAN USAHATANI LIDAH BUAYA

dokumen-dokumen yang mirip
VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

VII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

DAFTAR PUSTAKA. Aksi Agraris Kanisius Bercocok Tanam Lada. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik budidaya tanaman pisang (Musa sp)

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

Petani lidall buaya dalam mengelola usahataninya bertujuan. beberapa kendala. Tujuan yang hendak dicapai dan kendala yang dihadapi

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

Transkripsi:

VIII. KELAYAKAN USAHATANI LIDAH BUAYA 8.1. Deskripsi Usahatani Lidah Buaya Usahatani lidah buaya dalam penelitian ini dikelola petani pada lahan sebagian besar status hak milik. Jenis tanah yang digunakan petani di Kota Pontianak untuk budidaya tanaman ini pada umumnya adalah tanah gambut. Tanaman lidah buaya cukup cocok dibudidayakan pada lahan gambut, dengan sistem drainase yang baik. Luas lahan setiap usahatani bervariasi dan berkisar antara 0.05 sampai 2 ha. Dari kisaran luas lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman ini, dapat dipahami bahwa skala usahatani lidah buaya sangaat bervariasi. Sebagian berskala usaha kecil, sehingga umumnya meiupakan pekesjaan sambilan dan sebagian berskala selatif besar yang umumnya dikelola secara komersial. Usahatani lidah buaya membutuhkan input faktor produksi antara lain : bibit, pupuk, tenaga kerja, peralatan dan modal. Input yang pertama yang digunakan pada usahatani lidah buaya di lokasi penelitian yakni bibit. Pada umumnya bibit berasal dari daerah setempat dan dipesoleh secara turun temurun. Bibit yang diperoleh dengan cara membeli dari pihak lain (petani - lain), harga bibit tanaman yang berumus kurang lebih 2 bulan, dengan kisaran harga antara Rp 300 sampai dengan Rp 700 per tanaman. pupuk. Input lain yang digunakan dalam pengusahaan lidall buaya adalah Pupuk yang digunakan petani meliputi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik antara lain abu dan kotoran ayam. Namun

penggunaan pupuk kandang ayam jarang digunakan, karena kekhawatiran masalah jamur pada pupuk tersebut. Pupuk Abu lebih banyak digunakan be~tujuan untuk menetralisir keasaman tanah gambut, ha1 ini cukup beralasan mengingat budidaya lidah buaya ini umumnya di tanah gambut yang memiliki tingkat keasaman yang relatif tinggi. Pupuk anorganik yang digunakan antara lain : pupuk urea, pupuk TSP, KC1 dan NPK. Pupuk TSP dan NPK jarang digunakan. Pupuk kimia yang secara luas digunakan dan secara periodik yakni pupuk Urea dan KC1. Tanaman lidah buaya ditanam dengan jarak tanam yang bervariasi, dari jarak tanam 200 x 100 cm (populasi tanaman 5 000 per hektar) sampai 120 x 75 cm (populasi tanaman 10 800 per hektar). Secara teknis Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak merekomendasikan popolasi tanaman 10 000 per hektar (jarak tanam dalam baris 1 m dan antar baris 1-1.5 m). Kondisi umur tanaman di lapangan rata-rata 3 tahun. Tindakan pengendalian hama dan penyakit umumnya jarang dilakukan, karena perawatan yang intensif umumnya tanaman lidah buaya tidak mudah terserang hama dan penyakit. Sejumlah responden dari penelitian ini menyebutkan tidak pen~ah menggunakan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit. 'Tindakan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terserang hama bekicot (Achatina fulica). Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman ini dari golongan jamur seperti Fusariunl yang menyerang pangkal batang atau akar sehingga tanaman mati.

Pemanenan pelepah lidah buaya sudah dapat dilakukan setelah tanaman beiumur 7-8 bulan sejak anakan ditanam dan setelah umur tersebut dapat dilakukan pemanen 1 kali dalam 1 bulan atau 2 kali dalam 1 bulan tergantung kondisi dan peitumbulian tanaman seita permintaan pasar. Produksi pelepah setiap pohon per bulan untuk tanaman yang beiumur satu tahun minimal 0.6-0.8 kg dengan panjang berkisar 35-50 cm dan lebar di bagian pangkal antara 8-13 cm dengan tingkat produksi berkisar 70% sedangkan pada tahun kedua, berat satu pelepah bisa mencapai 0.8-1.2 kg dengan tingkat produksi sekitar 80%. 8.2. Investasi dan Biaya Produksi Usahatani Lidah Buaya Pengelolaan usahatani lidah buaya memerlukan dana investasi dan biaya produksi. Investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaata atau dapat juga dikatakan sebagai pengeluaran sebelum suatu kegiatan memberikan hasil (Nasendi, 1983). Investasi juga dapat diartikan biaya tetap fixed cost), beberapa pun hasil yang diperoleh hanya diperlukan suatu biaya awal (tetap) tertentu. Biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya langsung berpengaruh terhadap volume produksi dalam satu periode tertentu (~~ariable cost). Kuncoro (1983) menjelaskan bahwa biaya produksi dalam usahatani tanaman perkebunan adalah biaya yang habis digunakan.dalam satu periode proses produksi atau yang dikeluarkan setiap tahun, misalnya untuk upah tenaga kerja, pupuk dan insektisida.

insektisida. Berdasarkan terminologi di atas maka investasi yang diperlukan dalam usahatani lidah buaya adalah seluruh pengeluaran yang tidak habis manfaatnya dalam satu tahun, sebaliknya untuk biaya produksi. Jenis pengeluaran investasi untuk usahatani lidah buaya (1) bibit tanaman, (2) sewa lahan, (3) biaya pembelian alat-alat pertanian, dan (4) pondok pembakaran. Jumlah investasi pada tahun pertama (Tl) mencapai Rp 20 537 000. Jumlah investasi tersebut terdiri atas biaya pembelian bibit (16.43%), pupuk ofganik (19.48%), pupuk buatan (5.1 I%), peralatan (7.38%), pondok (4.26%), pembukaan dan pengolahan tanah sampai siap tanam (13.58%), penanaman dan penyulaman (3.64%). Pupuk organik meliputi biaya pengadaan pupuk abu, pupuk kandang, sedang pupuk buatan meliputi biaya pengadaan pupuk urea dan KCl. 8.3.Tingkat Produksi Lidah Buaya dan Umur Ekonomis Sebagaimana diljelaskan didepan lidah buaya pada usahatani bervaiasi dari tanaman yang belum menghasilkan sampai umur tanaman tujuh tahun. Tingkat produksi lidah buaya per tahun didekati tingkat produksi lidah buaya per bulan. Dalam satu tahun petani panen 9 bulan, interval panen petani ratarata 2 minggu. Tingkat produksi lidah buaya terlihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Tingkat produksi lidah buaya, Pontianak tahun 2001 Tahun Produksi Nilai Produksi 5 Jumlah Su~nb er : data primer Tanaman lidah buaya dari bibit yang baik umumnya dipanen pada umur 7-8 bulan sejak ditanam dilapangan dengan maia puncak produksi pada umur 4-5 tahun. Penentuan umur ekonomis didasarkan rata-rata nilai produksi per tal~un yang maksimum. Umur ekonomis terjadi pada tahun ke 3 dengan nilai produksi Rp 32 880 978. Mulai tahun ke 4, tampak nilai produksi lidah buaya mulai menurun sampai umur 7 tahun 8.4. Analisis Pendapatan Usahatani Lidah Buaya Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk melihat seberapa besar pendapatan dan biaya penanaman untuk luasan 1 Ha dalam 7 tahun masa produksi tanaman yang ditampilkan pada Lampiran 3.

Analisis pendapatan usahatani lidah buaya untuk penanaman 1 hektar, pada tahun pertama menunjukkan penerimaan dari hasil produksi lidah buaya masih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (Tabel 18). Tabel 18. Biaya total, total nilai produksi dan keuntungan usahatani lidah buaya, Pontianak tahun 200 1 Tahun I Produksi I Nilai Produksi Biaya I Keuntungan (Rp) (Rp) 20 537 000 1-17 702 000 7 Jumlah Pada Tabel 18 terlihat pada tahun pertama produksi 3 150 kgha dan harga rata-rata Rp 900/kg, maka nilai penjualan sebesar Rp 2 835 000 masih kecil dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan yaitu Rp 20 537 000. Pada tahun pertama ini keuntungan masih negatif, karena digunakan untuk investasi, selanjutnya pada tahun kedua keuntungan mulai positif sampai umur tujuh tahun. Tahun kedua produksi mulai meningkat sekitar 44 325 kgtahunlha. Apabila diasumsikan harga jual sama dengan tahun pertama maka penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 39 892 500 masih lebih besar dibandingkan biaya

buaya belum mendukung. Hal ini karena prosedur perkreditan dari perbankan yang memerlukan persyaratan antara lain jaminan (garansi). Disisi lain, petani sebagian besar tidak mempunyai jaminan yang dipersyaratkan oleh pihak perbankan. 8.5. Analisis Kelayakan Usahatani Lidah Buaya Pada penelitian ini perhitungan usahatani yang dilakukan hanya secara finansial, karena yang ingin dilihat adalah hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek yang merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya. Selain itu, usahatani didaerah penelitian masih dilakukan secara perorangan dan bukan merupakan suatu proyek pengembangan yang berdampak luas pada masyarakat. Analisis finansial usahatani lidah buaya yaitu untuk melihat secara keseluruhan investasi yang dimiliki petani. Dalam ha1 ini petani memiliki rata- rata penguasaan lahan 0.5 Ha. Manfaat dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penanaman 1 ha dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis finansial usahatani lidah buaya dengan memasukkan PBB sebesar Rp 55 000 per tahunnya, maka diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar Rp 78 282 779 selama tujuh tahun. Tingkat diskonto yang ditetapkan dalam analisis ini adalah 13.97 %, ha1 ini merupakan nilai rata-rata suku bunga deposit0 berjangka 1 tahun untujk Bank Umum per 22 Juni 2001, yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai Gross BIC yang diperoleh adalah sebesar 2.25, iiltinya untuk

setiap nilai pengeluaran sebesar Rp 100.00 akan memberikan manfaat sebesar Rp 225 atau manfaat yang diperoleh sebesar 2.25 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Perhitungan tingkat pengembalian internal atau IRR (Internal Rate of Reilrrn) menunjukkan nilai yang sangat besar (>50%). Bera~ti tingkat pengembalian modal dari usahatani lidah buaya ini lebih besar da~i tingkat suku bunga yang ditentukan dalam penelitian ini. Dengan demikian lebih menguntungkan petani untuk melaksanakan usahatani lidah buaya dibandingkan bila modal yang diinvestasikan tersebut didepositokan di Bank. Payback period merupakan jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal dapat kembali, semakin baik untuk kegiatan bisnis. Proyek dikatakan layak jika suatu proyek dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek. Dari hasil perhitungan (Lampiran 4) usahatani li-dah buaya yang dilaksanakan petani terlihat bahwa modal dapat kembali setelah proyek berjalan selama 2 tahun 7 bulan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan discount rate sebesar 13.97% ternyata diperoleh Net Present Val~te (NPV) >50, Gross B/C> 1 dan IRR > tingkat diskonto. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani lidah buaya sangat menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan didaerall penelitian. 8.6.,Analisis Sensitivitas.. Pada analisis ini kemungkinan pembahan keadaan yang terjadi adalah peningkatan biaya total 18%, penurunan harga jual sebesar 20%, penurunan

8.6. Anaiisis Sensitivitas Pada analisis ini kemungkinan pe~ubahan keadaan yang terjadi adalah peningkatan biaya total IS%, penurunan harga jual sebesar 20%, penurunan produksi sebesar 25% serta peningkatan input tenaga ke ja,pupuk organik dan pupuk buatan sebesar 10% (Tabel 19). Tabel 19. Analisis sensitivitas kelayakan finansial usahatani lidah buaya luas 1 Ha, Pontianak, 2001. +IS% Binya Total Naik v -2036 l a Juvl Tuntn Perubal~an -2590 +lo% Produhi Tmagu Tamtn Kejs Naik +I009 ~upuk Organik Nuik 61036 ~upuk Buatatl Nnik NPV (RP) 57 869 83 Nilai indikator Gros SIC 1.83 IRR (%) >50 Payback Period 3 tahun 3 blilmi 30 227 19 1.47 45.90 3 tahun 6 bulan 18 686 85 1.35 34.98 3 taliun 7 bulan Y v 11 7 884 015 1.17 13.96 4 laliun 5 bulan Su~nkr :Data primer Berbagai perubahan yang diujikan tidak banyak merubah kondisi usahatani lidah buaya, sehingga kondisi-kondisi yang diajukan tidak menyebabkan investasi tidak layak untuk diusahakan, tetapi hanya mengakibatkan terjadinya penurunan nilai. Jika terjadi perubahan biaya total, harga jual turun, produksi

turun, pemakaian input tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk buatan secara bersamaan, maka diperoleh nilai Gross B/C 1.22, IRR 2.74% dan NPV sebesar Rp 1 431 854, maka usahatani lidah buaya tidak layak diusahakan (Tabel 19). Hal ini karena nilai IRR 2.74 % lebih kecil dari tingkat suku bunga deposit0 sebesar 13.97% sehingga lebih baik mendepositokan uang di Bank dari pada usahatani iidah buaya. Dari Tabel 19 terlihat bahwa beberapa perubahan yang diujikan pada analisis sensitivitas tersebut diatas, maka peluang terjadinya pada skenario kenaikan 18% biaya total, penurunan harga jual 20% dan penggunaan input tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk buatan 10%. Hal ini cukup beralasan bahwa kenaikan biaya total sebesar 18% didasarkan atas dasar kondisi perekonomian nasional yang belum pulih sampai pada saat ini. Pengruuh inflasi menyebabkan kenaikan biaya total produksi usahatani lidah buaya. Sedangkan penurunan harga jual produk lidah buaya didasarkan atas kencenderungan peimintaan produk lidah yang meningkat untuk keperluan indusb.i sehingga ada kecenderungan produksi meningkat sedangkan faktor lain tetap (ceter~s paribzrs) yang mengakibatkan harga produk turun. Penggunaan input tenaga kerja, pupuk organik dan pupuk buatan didasarkan bahwa petani akan memaksimum keuntungan dengan menambah input produksinya.