TEPUNG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L) SEBAGAI SUPLEMEN DALAM RANSUM AYAM PEDAGING (Kaempferia Galanga L Meal As Feed Supplement In Broiler Ration) HETI RESNAWATI, A.G. NATAAMIJAYA, U. KUSNADI dan S.N. JARMANI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT Observation on performance of broiler influenced by dietary Kaempferia galanga meal was carried out at the Research Institute for Animal Production, Ciawi Bogor. Seventy-five (75) day-old chicks of broiler Hubbard strain from PT Cipendawa Farm Enterprise were allocated to 5 dietary treatments and 3 replications. The dietary treatments were Kaempferia galanga meal levels, T1 (0%), T2 (0,02%), T3 (0,04%), T4 (0,08%), and T5 (0,16%), given to chicks aged of 0 5 weeks. Results showed that feed consumption, body weight gain and feed conversion were not significantly (P>0,05) influenced by dietary Kaempferia galanga meal. The results indicated that the utilization of Kaempferia galanga meal can be used (0,02-0,16%) in the broiler ration. Key words: Kaempferia galanga, feed additive, broiler ABSTRAK Pengamatan terhadap penampilan ayam pedaging yang diberi ransum mengandung berbagai level kandungan tepung kencur Kaempferia galanga L, telah dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Sebanyak 75 ekor anak ayam umur sehari strain Hubbard yang berasal dari PT Cipendawa Farm Enterprise, dibagi atas 5 perlakuan ransum dan 3 ulangan. Perlakuan penambahan tepung kencur yang berbeda dalam ransum terdiri dari T1 (0%), T2 (0,02%), T3 (0,04%), T4 (0,08%) dan T5 (0,16%), diberikan pada anak ayam umur 0-5 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh penambahan tepung kencur dalam ransum. Percobaan ini merekomendasikan bahwa tepung kencur dapat diberikan sebanyak 0,02%-0,16% dalam ransum ayam pedaging. Kata kunci: Tepung kencur, suplemen, broiler PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk dan adanya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bernilai gizi tinggi, maka terjadi peningkatan pada permintaan dan kebutuhan protein hewani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka salah satu alternatif usaha yang efisien secara teknis dan ekonomis dalam menghasilkan zat zat makanan bergizi tinggi adalah ayam pedaging. Penggalian informasi potensi pakan dan suplemen alternatif yang belum lazim digunakan, diharapkan akan dapat mengatasi kendala dalam keterbatasan penyediaan kuantitas dan kualitasnya, untuk meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas ternak, khususnya ayam pedaging. Tanaman kencur (Kaempferia galanga L) adalah salah satu sumber suplemen yang mempunyai potensi cukup baik. Tanaman kencur ini telah menyebar luas di beberapa daerah di Indonesia dan 563
salah satu daerah sentra produksi terbesar adalah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Manfaat tanaman kencur antara lain sebagai bahan baku obat-obatan, kosmetika, makanan dan minuman serta mengandung zat-zat kimia tertentu yang berperan dalam kesehatan manusia (SUBROTO, 1987 dan PRAMONO, 1994). Permintaan kencur dari tahun ke tahun terus meningkat dengan laju peningkatan sebesar 18,54% per tahun dan pada tahun 1990 permintaan mencapai 107.256 kg (PRIBADI, 1993). Penelitian ini untuk mengetahui dan mempelajari sejauh mana pengaruh pemberian tepung kencur ke dalam ransum terhadap penampilan ayam pedaging strain Hubbard. MATERI DAN METODE Sebanyak 75 ekor ayam Strain Hubbard unsexed umur sehari yang berasal dari PT Cipendawa Farm Enterprise digunakan dalam percobaan ini. Anak ayam ditempatkan ke dalam 15 ruangan kandang yang masing-masing berukuran 1mx1mx2,5m, setiap ruangan disekat menjadi dua petak yang diisi dengan 5 ekor ayam. Perlengkapan setiap petak kandang adalah tempat pakan, tempat minum dan lampu 100 watt. Pencegahan penyakit diberikan vaksinasi ND (La sota) pada umur 3 hari dan vaksin Gumboro pada umur 1 minggu. Ransum yang diberikan adalah ransum komersil PT Indofeed berbentuk mash (tepung) dengan kandungan protein 20,33% dan energi metabolis 3130,5 kkal/kg. Tepung kencur diperoleh dengan cara membersihkan kulit kencur dan diiris tipis-tipis, kemudian dikeringkan dengan oven pada temperatur 80 0 C, setelah bahan tersebut kering, ditumbuk dan disaring. Penambahan tepung kencur dalam ransum sesuai dengan perlakuan dan diberikan pada umur ayam 1 minggu sampai 5 minggu. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan penambahan rimpang tepung kencur, yaitu T1 (0%), T2 (0,02%), T3 (0,04%), T4 (0,08%) dan T5 (0,16%), yang masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan mortalitas. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan uji BNT (STEEL dan TORRIE, 1981). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Ransum yang dikonsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi dan pertumbuhan ayam. Rataan konsumsi ransum per ekor dari masing-masing perlakuan berturut-turut adalah T1 (2296,5g), T2 (2343,2g), T3 (2455,7g), T4 (2394,5g) dan T5 (2396,5g), seperti tercantum pada Tabel 1. 564
Tabel 1. Rataan konsumsi ransum per ekor selama penelitian, g Ulangan Tepung Kencur (%) 0 0,02 0,04 0,08 0,16 1 2183,2 2233,2 2530,7 2373,2 2393,2 2 2553,2 2443,2 2533,2 2437,2 2283,2 3 2153,2 2353,2 2303,2 2373,2 2513,2 Jumlah 6889,6 7029,6 7367,1 7183,6 7189,6 Rataan 2296,5 a 2343,2 a 2455,7 a 2394,5 a 2396,5 a Keterangan: Nilai rataan dalam lajur yang sama dengan superskrip sama, secara statistik tidak berbeda nyata Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung kencur dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Hal ini berarti bahwa penambahan tepung kencur (0,02%-0,16%) dalam ransum belum dapat meningkatkan konsumsi ransum. Seperti yang dilaporkan oleh RUKMANA (1994) bahwa kencur berkhasiat sebagai penimbul rasa hangat, penghilang rasa sakit dan juga dapat menambah nafsu makan. Kandungan minyak atsiri kencur adalah 2,4 3,9%. Pertambahan bobot badan Pertambahan bobot badan rataan dari setiap perlakuan adalah T1(1172,5g), T2(1273,5g), T3(1288,7g), T4(1196,9g) dan T5(1325,7g). Rataan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu pada penambahan 0,16% tepung kencur dalam ransum dan yang terendah pada ransum yang tidak diberi penambahan tepung kencur. Rataan pertambahan bobot badan yang dicapai pada penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan RASYAF (1997), bahwa ayam pedaging sudah dapat dijual pada umur lima atau enam minggu dengan bobot badan berkisar 1,3 1,4 kg. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung kencur (0,02%-0,16%) tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Walaupun demikian menurut AFRIASTINI (1997), kencur banyak digunakan untuk penyedap makanan dan mengobati berbagai penyakit. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan dan kesehatan. Rataan pertambahan bobot badan dari setiap perlakuan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan pertambahan bobot badan per ekor selama penelitian, g Ulangan Tepung kencur (%) 0 0,02 0,04 0,08 0,16 1 1028,8 1236,4 1310,7 1188,6 1275,2 2 1328,0 1398,2 1341,2 1240,9 1310,4 3 1160,9 1185,8 1214,2 1161,3 1391,6 Jumlah 3517,7 3820,4 3866,1 3590,8 3977,2 Rataan 1172,5 a 1273,5 a 1288,7 a 1196,9 a 1325,7 a Keterangan: Nilai Rataan dalam baris yang sama dengan superskrip sama, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) 565
Konversi ransum Konversi ransum adalah sejumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu. Makin tinggi konversi ransum berarti ransum yang diberikan makin tidak efisien. Rataan konversi ransum dari masing-masing perlakuan tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan konversi ransum per ekor selama penelitian Ulangan Tepung kencur (%) 0 0,02 0,04 0,08 0,16 1 2,12 1,81 1,93 1,99 1,88 2 1,92 1,75 1,89 1,96 1,74 3 1,85 1,98 1,90 2,04 1,80 Jumlah 5,89 5,54 5,72 5,99 5,42 Rataan 1,96 a 1,84 a 1,90 a 1,99 a 1,80 a Keterangan: Nilai rataan dalam baris yang sama dengan superskrip sama, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) Dari Tabel 3, konversi ransum pada perlakuan T2, T3 dan T5 lebih efisien dibandingkan dengan T1 dan T4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konversi ransum dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini berarti bahwa penambahan tepung kencur (0,02%- 0,16%) dalam ransum ayam pedaging dapat dianjurkan walaupun belum dapat meningkatkan efisiensi penggunaan makanannya, tapi mortalitas ayam selama penelitian cukup rendah yaitu 2,67%. Menurut AAK (1986), bahwa angka mortalitas yang masih dianggap dalam batas yang cukup rendah yaitu 2,5 3%. KESIMPULAN Penambahan tepung kencur dalam ransum ayam pedaging (0,02%-0,16%) tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. SARAN Untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas dan kuantitas penambahan tepung kencur yang efisien. DAFTAR PUSTAKA AAK. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PT Kanisius. Yogyakarta. AFRIASTINI, J.J. 1997. Bertanam Kencur. Penebar Swadaya. Jakarta. PRAMONO, S. 1994. Etil P. Metoksi Sinamat dan Kaempferia Zat Identitas Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L). Makalah Seminar Nasional VI Tumbuhan Obat Indonesia. Bandung. 566
PRIBADI, E.R. 1993. Karateristik Petani dan Sumbangan Usaha Tani Kencur Terhadap Pendapatan Petani. Edisi Khusus Sittro 9(2): 35-42. RASYAF, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Kedua. PT Penebar Swadaya. Jakarta. RUKMANA, R. 1994. Kencur. Penerbit PT Kanisius. Yogyakarta. STEEL, R.G.D and J.H. TORRIE. 1981. Principle and Procedures of Statistics. 2 nd Ed. Mc. Grow Hill. International Book Co. Singapore. SUBROTO, A. 1987. Pembuatan Bubuk Konsentrat Kencur (Kaempferia galanga L). Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. 567
568 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001