PENDAHULUAN. kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber. keuntungan/pendapatan bagi petani (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang seperti terwujud dalam pembangunan Nasional pada saat ini.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BUPATI PAKPAK BHARAT,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Perkembangan usaha peternakan di Indonesia meliputi

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PENGEMBANGAN PETERNAKAN INTEGRATIF BERBASIS KEWILAYAHAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha ternak kerbau merupakan usaha peternakan rakyat yang dipelihara sebagai usaha sampingan, menggunakan tenaga kerja keluarga dengan skala usaha yang kecil. Disamping itu sebagian peternaknya adalah penggaduh dengan sistem bagi hasil dari anak yang lahir setiap tahunnya. Pemeliharaan ternak umumnya bergantung pada ketersediaan rumput alam. Siang hari peternak menggiring ternak ke tempat penggembalaan dan malam hari dibawa ke dekat pemukiman dan biasanya tanpa kandang, ternak hanya diikat di belakang rumah petani, dan belum biasa memberikan pakan tambahan. Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau menurut uji ekonomi di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal. Permasalahan umum yang timbul pada para peternak adalah sebagai dampak dari penerapan sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak. Kebanyakan pola pemeliharaan yang diterapkan pada ternak kerbau adalah pemeliharaan secara ekstensif, pakan bergantung pada ketersediaan oleh alam,

perkawinan hanya berlangsung dalam kelompok ternak sendiri yang berjumlah kecil serta penjualan ternak, dimana ternak yang lebih cepat tumbuh akan lebih cepat terjual. Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kerbau. (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2012). Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan Populasi Ternak Potong Besar dan Kecil Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat No. Kecamatan Jenis Ternak Sapi Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Perah Potong 1. Salak - 4 149-46 - 1.771 2. Sitellu Tali - 91 321-367 - 106 Urang Jehe 3. Pagindar - 44 - - 76-154 4. Sitellu Tali - - 21-8 - 457 Urang Julu 5. Pergettenggettenng - - 72-59 - 546 Sengkut 6. Kerajaan - 73 588-209 - 1.081 7. Tinada - 30 213-45 - 834 8. Siempat - 4 117-32 - 803 Rube Total - 246 1.481-842 - 5.752 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2014 Di Kabupaten Pakapak Bharat usaha ternak kerbau juga dilakoni oleh sebagain dari masyarakat setempat, namun usaha ternak kerbau yang dilakoni oleh masyarakat tersebut hanya dijadikan sebagi usaha sampingan saja dimana sektor pertanian tetap menjadi pilihan pertama masyarakat setempat sebagai usaha pokok. Namun meskipun demikian, masyarakat Pakpak Bharat sudah lazim dengan pemeliharaan ternak kerbau. Masyarakat biasanya menggunakan ternak kerbau yang mereka miliki sebagai alat kerja dalam mengolah lahan pertanian

(sawah) serta dijadikan alat untuk mengangkut barang atau hasil hutan yang diperoleh. Selain sebagai alat kerja, ternak kerbau juga digunakan dalam kepentingan adat dan budaya (kerja adat) oleh masyarakat setempat, seperti dalam pesta pernikahan dan sebagainya. Karakteristik usaha tani yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha tani campuran, terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau kepadatan penduduk. Alasan lain petani melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas, dan meningkatkan manfaat keterkaitan antar-cabang usaha, seperti tanaman dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah (ke-suburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari). Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya sebagian besar dilakukan polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan ditambah dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu. Tujuan petani melakukan usahatani terpadu pada awalnya untuk memenuhi konsumsi keluarga, kemudian disusul untuk meningkatkan pendapatan keluarga selain itu untuk menghindari kegagalan panen pada satu komoditas. Tujuan penting lainnya, adalah dengan usahatani terpadu diperoleh nilai tambah diantaranya adalah mendapatkan pupuk organik dari ternak dan tenaga kerja untuk mengolah lahan atau mengangkut panen, selain itu limbah pertanian atau hasil pertanian yang afkir atau tidak layak jual karena rusak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Eni dan Muhammad, 2013). Menurut Pohan (2015), Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk pengembangan ternak ruminansia terutama ternak

kerbau, karena memiliki hasil samping panen pertanian tanaman pangan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif pengganti hijauan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk dapat melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat yang didasarkan pada tingkat kontribusi pendapatan usaha ternak terhadap pendapatan keluarga peternak yang nantinya diharapkan bisa memberikan manfaat untuk perkembangan dan pengembangan usaha ternak kerbau. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak terhadap pendapatan peternak dan mengetahui tingkat kontribusinya pada pendapatan keluarga peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Identifikasi Masalah Usaha ternak kerbau dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai sebagai pekerjaan sampingan. Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

Apakah ada pengaruh skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak terhadap pendapatan usaha ternak kerbau dan mengetahui berapa besar tingkat kontribusinya pada pendapatan keluarga peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, kalangan akademik dan masyarakat tentang penyelenggaraan pemeliharaan ternak kerbau serta uraian analisis pendapatan yang akan diperoleh peternak kerbau dan juga dapat menggambarkan kontribusinya terhadap pendapatan peternak kerbau. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Pakpak Bharat.