PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memiliki wewenang dalam mengatur dan mengembangkan wilayahnya sendiri sesuai dengan perundang-undangan tentang pemerintahan dan otonomi daerah nomor 32 tahun 2004. Selama ini wilayahwilayah yang tertinggal atau terbelakang mempunyai ketergantungan yang kuat dengan wilayah luar. Suatu wilayah melakukan kegiatan ekonomi untuk menghilangkan keterbelakangan (backwardness) dan mengurangi ketergantungan (dependency) pada wilayah lain. Mereka dituntut untuk menggerakkan sendiri sektor-sektor perekonomian dengan tujuan untuk mengurangi angka pengangguran pada wilayah tersebut, meningkatkan pendapatan masyarakat dan kestabilan harga. Berdasarkan letak goegrafis dan sumber daya alam maka sektor pertanian di Indonesia memegang peranan yang lebih penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian Indonesia antara lain adalah sebagai sumber devisa negara, sebagai penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku industri, dan penyedia pangan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 237 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Sektor pertanian adalah sektor yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional saat ini. Berdasarkan peranan sektor pertanian saat ini diperlukan pemberdayaan perekonomian melalui sistem agribisnis dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, memenuhi kebutuhan konsumen,
meningkatkan pendapatan pelaku pertanian, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi pedesaan. Provinsi Sumatera Utara memiliki 25 kabupaten dan 8 kota. Total luas dataran 71.680 km 2, total kepadatan penduduk 12,98 juta jiwa pada tahun 2010, berada tepat pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Sumatera Utara memiliki sektor-sektor perekonomian dan salah satunya adalah sektor pertanian (peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan). Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian yang cukup tinggi. Dengan topografi yang bervariasi dari mulai datar, landai berombak, berbukit hingga bergunung merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang sebagian besar dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura (Balitbang Sumut, 2005). Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki sektor-sektor perekonomian dan antara lain sektor pertanian (peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan persentase kontribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut lapangan usaha sebesar 60,46%, sektor jasa-jasa (12,88%), sektor lembaga keuangan dan bank (1,74%), sektor pengangkutan dan komunikasi (7,73%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (11,97%), sektor bangunan/konstruksi (3,76%), sektor listrik, gas dan air (0,36%),
sektor industri pengolahan (0,75%), sektor penggalian dan pertambangan sebesar 0,36% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2010). Sektor pertanian yang begitu besar peranannya di Kabupaten Karo yang juga memberikan indikator bahwa diperlukannya penentuan kebijakan ekonomi terutama pada sektor pertanian. Selain itu pengembangan agribisnis juga perlu dilakukan. Pengembangan agribisnis tersebut dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pengembangan ini harus mampu memadukan kegiatan budidaya yang diselaraskan dengan keinginan pasar. Rata-rata produktivitas komoditas buah-buahan di Kabupaten Karo pada tahun 2008-2010 memperlihatkan perkembangan yang cukup stabil, yaitu jeruk 420,9 kwintal/hektar, alpukat 192 kwintal/hektar, pisang 212,6 kwintal/hektar, marquisa 101,3 kwintal/hektar, durian 309,5 kwintal/hektar, nenas 293,2 kwintal/hektar, kentang 156,8 kwintal/hektar, kol/kubis 360,2 kwintal/hektar, sawi 236,2 kwintal/hektar, wortel 227,2 kwintal/hektar, cabe 89,4 kwintal/hektar, tomat 20,6 ton/hektar (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010). Kubis/kol merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Karo yang berfungsi sebagai sumber gizi, sumber pendapatan dan sumber devisa negara. Besarnya kontribusi agroindustri kubis/kol dalam meningkatkan pendapatan akan menumbuhkan sentra pengembangan kubis/kol baru. Ketersediaan varietas unggul, baik mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan konsumen menjadi mutlak yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas. Untuk mencapai imbangan antara permintaan dan penawaran, maka produksi kubis/kol nasional perlu terus ditingkatkan (Karsinah, dkk, 2002).
Dari tahun 2008-2010 pertanian hortikultura mengalami pasang surut, dan cenderung berfluktuasi karena minat masyarakat menanam tanaman ini tergantung permintaan pasar dan harga jual petani yang juga tidak pernah stabil. Berikut adalah rataan produksi beberapa tanaman hortikultura di Kabupaten Karo pada tahun 2008-2010 ; jeruk (479.534 ton), alpukat (2.202 ton), pisang (2.715 ton), durian (5.612 ton), marquisa (3.524 ton) dan nenas (94 ton). Untuk sayur-sayuran adalah kentang (42.354 ton), kol/kubis (115.724 ton), sawi (61.166 ton), wortel (35.974 ton), cabe (40.378 ton) dan tomat (40.197 ton) (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2011). Upaya Kabupaten Karo untuk menjadi kawasan agroindustri yang berbasis pada komoditas unggulan dan layak ekspor adalah dengan menentukan komoditas unggulan yang merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komperatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai unggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Di tinjau dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Syafaat dan Supena, 2000). Salah satu pendekatan basis wilayah dalam pengembangan potensi pertanian di kabupaten adalah dalam satuan wilayah. Satu kecamatan adalah satu wilayah pengembangan yang memiliki keunggulan kompetitif untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis komoditi. Konsentrasi atau pemusatan produksi (aglomerasi)
komoditas utama di beberapa kecamatan sentra (basis) dengan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung akan mempermudah mengembangkan komoditaskomoditas tersebut. Pengetahuan tentang lokasi lokasi (kecamatan) basis akan mempermudah kemungkinan pengembangan untuk memenuhi target kenaikan produksi dengan investasi yang lebih efisien. Berkaitan dengan uraian diatas, optimalisasi potensi wilayah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat diperlukan di Kabupaten Karo, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul Analisis Perwilayahan Komoditas Kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Wilayah-wilayah atau kecamatan-kecamatan mana sajakah di Kabupaten Karo yang merupakan wilayah basis penghasil kubis/kol tertinggi? 2. Bagaimana karakteristik penyebaran komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo dan apakah mengarah ke asas Lokalita? Bagaimana solusi yang sebaiknya? 3. Bagaimana karakteristik komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo dan apakah mengarah ke asas spesialisasi? Bagaimana solusi yang sebaiknya? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis wilayah basis komoditas kubis/kol berdasarkan produksi di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis penyebaran komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis kekhususan suatu wilayah pada komoditas kubis/kol di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai gambaran peluang bisnis bagi para petani dan para pengusaha / investor dalam mengembangkan dan memulai usaha di Kabupaten Karo. 2. Sebagai sumber informasi dan studi bagi pihak-pihak terkait terhadap pengembangan komoditi unggulan di Kabupaten Karo. 3. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan/kebijakan terkait perencanaan dan pembangunan Kabupaten Karo.