1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Gunawan Setyo Tri Bawono ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Take and Give pada siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian siswa kelas IV berjumlah 40 siswa 23 laki-laki dan 17 perempuan. Prosedur penelitian: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Data dan sumber data berupa informasi tentang proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Take and Give dan hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes kondisi awal, tes siklus I, dan tes siklus II, bersumber dari peristiwa, informan dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Uji instrument menggunakan triangulasi, validitas, dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan deskriptif komparatif dan analisis kritis. Indikator hasil belajar peserta didik lulus KKM (65) sedikitnya mencapai 80% dari jumlah seluruh peserta didik (40 siswa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran mengenai sumber daya alam dengan menerapkan model pembelajaran kooperaif tipe Take and Give membuat siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen menjadi lebih aktif, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Di samping itu dapat meningkatkan hasil belajar IPA terutama pada materi sumber daya alam, hal tersebut dapat dibuktikan hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas belajarnya baru 13 siswa (32,5%) dengan rata-rata kelas sebesar 5,8. I siswa yang tuntas belajarnya meningkat menjadi 20 siswa (50%) dengan rata-rata kelas sebesar 6,3 serta pada siklus II siswa yang tuntas belajarnya lebih meningkat menjadi 34 siswa (85%) dengan rata-rata kelas sebesar 7,6. Perolehan jumlah ketuntasan belajar siswa kelas IV pada siklus II tersebut sudah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang berbunyi: Melalui penerapan model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016 terbukti kebenarannya. Kata kunci : Model Pembelajaran Take and Give, dan Hasil Belajar IPA
2 THE IMPLEMENTATION OF TAKE AND GIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE THE LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE TOWARD THE FOURTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI PENGKOK 1 SRAGEN 1N 2015/2016 ACADEMIC YEAR By : Gunawan Setyo Tri Bawono ABSTRACT This research was aimed to improve the learning achievement of science through take and give learning model toward the fourth grade students of SD Negeri Pengkok 1 Sragen in 2015/2016 academic year. This research was a Classroom Action Research. The subject of this research was the fourth grade students with the total number of students were 40 students, consisted of 23 boys and 17 girls. The research procedure was (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. Data and source of data were information about teaching learning process of science with take and give learning model and the learning achievement which was obtained from pre-test, post tes 1 and post test 2, events, informant, and documents. The technique of collecting data used observation, interview, test, and documentation. Instrument test used triangulation, validity, and reliability. Technique of data analysis used for KKM (minimum score) is 65 some of students who could reach the KKM were 80 % from all the total numberr of students (40 students0. The research result showed that learning process about natural resources by implementing cooperative learning model type Take and Give made the fourth grade students of SD Negeri Pengkok 1 Sragen to be more active, so the learning process also become more effective. Baside that, it could improve the learning achievement of science especially about natural resources. It could be proved from the students mean score of pre test. There were 13 students who could reach the KKM (32,5 %) with the class mean score was 5,8. In cycle 1, the students who increased the KKM were 20 students (50 %) with the class mean score was 6,3. Then in cycle 2, the students who could reach the KKM were 34 students (85 %) with the class mean score was 7,6. This mean score result in cycle 2 has reached the indicator of KKM, that is 80 %. Based on this result so the hyphotesis which said through the implementation of Take and give learning model can improve the learning achievement of science toward the fourth garde students of SD Negeri 1 Pengkok Sragen in 2015/2016 academic year could be truly accepted. Key words: Take and Give Learning Model, the Learning Achievement of Science
3 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Pengkok 1 Sragen pada tanggal 17 Maret 2016, diperoleh informasi bahwa selama ini proses pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen, ada kecenderungan masih menggunakan cara lama, yang mana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar masih menggunakan metode konvensional yaitu guru hanya ceramah, maksimal demontrasi dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal, sehingga proses pembelajaran terkesan monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kegiatan belajar mengajar seperti ini, siswa menjadi tidak aktif, akibatnya siswa banyak yang malas, pasif, kurang semangat, enggan bertanya, enggan menulis dan enggan mengerjakan tugas baik tugas sekolah maupun tugas rumah. Tidak mustahil bila hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen banyak yang tidak lulus dari kriteria ketuntasan mengajar (KKM 65), yakni sebanyak 27 siswa (67,5%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sementara yang tuntas belajarnya hanya 13 siswa (32,5%). Memperhatikan permasalahan di atas, sudah selayaknya dalam pengajaran IPA khususnya pada siswa kelas IV dilakukan inovasi, guna meningkatkan hasil belajar siswa. Inovasi yang perlu dilakukan adalah guru harus mampu mengemas suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif, partisipatif, dan menyenangkan dalam belajar dengan cara memilih model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, guru juga harus mengubah paradigma dari yang mulanya semua berpusat pada guru berganti menjadi berpusat pada siswa. Siswa harus menemukan, menggali, dan mengelola sendiri pengetahuannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tidak ada lagi istilah takut dalam belajar. Metode pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Take and Give (menerima dan memberi) merupakan metode pembelajaran yang memiliki langkah-langkah, yang menuntut siswa untuk mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (Ngalimun, 2016:246). Media yang digunakan dalam metode Take and Give adalah kertas yang berbentuk seperti kartu yang ukurannya sudah ditentukan. Metode pembelajaran Take and Give ini merupakan salah satu metode yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran Take and Give melatih siswa bersosialisasi sesama teman dengan cara siswa menyampaikan materi yang diberikan guru dan menyampaikan materi kepada sesama teman dan semakin banyak materi yang disampaikan maka siswa semakin memahami materi dan siswa dapat mengembangkan pengetahuannya yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Perumusan Masalah Bagaimana penerapan model pembelajaran Take and Give dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016? Tujuan Penelitian Meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Take and Give pada siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016.
4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang penerapan model pembelajaran Take and Give untuk meningkatkan hasil belajar IPA. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan motivasi munculnya penelitian sejenis yang lebih mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Guru Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar IPA. b. Siswa Dapat meningkatkan pemahaman materi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mengenai Perubahan Lingkungan Fisik dan Prosesnya. c. Sekolah Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan iklim pembelajaran yang aktif di sekolah. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Landasan Teori 1. Hakikat Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Menurut Nana Sudjana (2014:3) hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Ahmad Susanto (2015:5) menjelaskan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan peserta didik dalam menerima ilmu yang dapat dilihat dari perolehan nilai dan perubahan tingkah laku pada diri peserta didik baik yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Penilaian hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai dengan berbagai cara dengan menggunakan alat penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai siswa guna memperoleh informasi sejauh mana proses penilaian peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Faktor-faktor hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal yaitu siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumbersumber belajar, metode, dan keluarga serta dukungan lingkungan. Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dinamis dalam berpikir yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan
5 sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulkan konsep IPA. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar, menurut Badan Nasional Standar Pendidikan dalam Ahmad Susanto (2015:171), dimaksudkan untuk: 1) mendapatkan keyakinan akan kebesaran Tuhan berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya; 2) meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) meningkatkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) meningkatkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Menurut Muhammad Fathurrohman (2015:30) model pembelajaran adalah suatu rencana yang berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dimana siswa dalam satu kelompok terdiri dari 4-6 anak yang bersifat heterogen, saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:102) Take and give merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman lainnya. Media yang digunakan dalam model pembelajaran take and give adalah kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa yang ada. Kemudian setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi. Model pembelajaran Take and Give adalah suatu proses pembelajaran memberi dan menerima yang memberikan kesempatan kepada siswa sehingga siswa dapat berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan tujuan agar siswa tersebut saling mendapat informasi. Teknis pelaksanaan model pembelajaran Take and Give, menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:103), sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan kelas dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta menjelaskan model pembelajaran Take and Give; 2) Guru memberikan satu kartu pada setiap siswa untuk dipelajari
6 (dihafal) selama 5 menit; 3) siswa diminta mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya; 4) tiap siswa mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan; 5) siswa saling memberi dan menerima materi masing-masing (Take and Give); 6) guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran Take and Give dengan memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain); dan 7) guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan mengenai materi yang telah didiskusikan dan dilanjutkan dengan menutup pelajaran. Kelebihan model pembelajaran Take and Give yaitu dapat mempercepat siswa dalam memahami materi maupun informasi yang disampaikan, sehingga dapat menghemat waktu. Sementara kelemahannya adalah apabila informasi yang diterima siswa salah maka siswa yang lainnyapun juga ikut salah. Kerangka Berpikir Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir KBM Secara konvensional, siswa tidak aktif KBM Guru menerapkan Model Pembelajaran Take and Give Dengan menerapkan model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen. Siswa : Hasil Belajar IPA Rendah I dan II Hasil belajar IPA siswa meningkat Hipotesis Tindakan Menurut Sugiyono (2008:64), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Pengkok 1 Sragen. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan April sampai Juni 2016. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 siswa, terdiri atas 23 laki-laki dan 17 perempuan. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan strategi model siklus. Konsep inti penelitian tindakan kelas yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam Sarwiji Suwandi (2009:27), bahwa dalam satu siklus terdiri empat langkah, yaitu : Refleksi Perencanaan Pengamatan Tindakan
7 Data dan Sumber Data Data yang diperlukan berupa informasi tentang proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Take and Give dan hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes kondisi awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber, yang meliputi: 1. Peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas, dengan guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016. 2. Informan, yaitu guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016. 3. Dokumen atau arsip, silabus kelas IV mata pelajaran IPA semester II, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA dan nilai tes untuk mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran IPA. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru sebelum pelaksanaan tindakan, saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Dalam kegiatan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru. Peneliti dan guru membuat perencanaan secara bersama-sama. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan bersama. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dan beberapa siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di dalam kelas. Selain itu, wawancara ini digunakan untuk mencari informasi dari siswa mengenai kegiatan belajar mengajar tentang sumber daya alam yang siswa terima dari cara mengajar guru sebelum ada tindakan dan setelah diberi tindakan. 3. Tes Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi sumber daya alam yang dilakukan setiap siklus. 4. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi sumber daya alam yang dilaksanakan guru, dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen. Dokumen yang diteliti meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran tentang sumber daya alam, dan nilai hasil tes IPA. Validitas Data 1. Triangulasi a. Triangulasi sumber data Triangulasi sumber data berarti data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai narasumber. b. Triangulasi metode pengumpulan data Triangulasi metode pengumpulan data diperoleh dari berbagai metode. 2. Validitas Dalam pengumpulan data diadakan tryout di SD Negeri 2 Pengkok Sragen untuk digunakan sebagai analisis item soal IPA pada siswa kelas IV. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi, 2009:64). Validitas butir soal dicari dengan korelasi point biserial dengan rumus: γ pbi = Mp - Mt St p q (Suharsimi Arikunto, 2009:79)
8 Keterangan : γpbi = koefisien korelasi biserial Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt St = rerata skor total = standar deviasi dari skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar banyaknya siswa yang benar p jumlah seluruh siswa q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 p) Hasil analisis validitas soal pada uji coba soal, menunjukkan bahwa dari 25 soal yang diujicobakan, terdapat 20 soal dikategorikan valid yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24 dan 5 soal dikategorikan tidak valid, yaitu nomor 2, 14, 18, 20, 25 (terlampir pada lampiran 5). 3. Reliabilitas Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan (Suharsimi Arikunto, 2009:86). Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-20, yaitu sebagai berikut: n S² pq r 11 = ( )( ) n 1 S² (Suharsimi Arikunto, 2009:100) Keterangan : r = reliabilitas tes secara keseluruhan. P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar. q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p ) Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q. n S = banyaknya item. = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians). Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba apabila diperoleh nilai r 11 r tabel maka dinyatakan reliabel. Hasil analisis reliabilitas dari 25 soal pada uji coba diperoleh nilai r 11 = 0,6043 > r tabel = 0,444 sehingga dinyatakan reliabel (terlampir pada lampiran 5). 4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Suharsimi Arikunto, 2009:211). Daya pembeda dari setiap soal ditentukan dengan rumus sebagai berikut: B D J A A B - J B B P A P (Suharsimi Arikunto, 2009:213) Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Data yang diperoleh diklasifikasikan dengan pedoman sebagai berikut: B
9 D = 0,00-0,20 : jelek D = 0,20-0,40 : cukup D = 0,40-0,70 : baik D = 0,70-1,00 : baik sekali Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrumen tes diperoleh informasi bahwa klasifikasi soal dengan kategori jelek sebanyak 3, yaitu nomor 2, 14, 25, kategori cukup sebanyak 16 soal yaitu nomor 1, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24 dan kategori baik sebanyak 6 soal yaitu nomor 3, 5, 9, 13, 19, 21. 5. Taraf Kesukaran Soal Suharsimi Arikunto (2009:207) mengemukakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah: B P J S (Suharsimi Arikunto, 2009:208) Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js = jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran soal tes diklasifikasikan sebagai berikut: P = 0,00-0,30 = soal sukar P = 0,30-0,70 = soal sedang P = 0,70-1,00 = soal mudah Hasil perhitungan taraf kesukaran menunjukkan bahwa dari 25 butir soal yang diuji cobakan terdapat 8 soal tergolong kategori mudah, yaitu nomor 2, 4, 6, 7, 10, 12, 15, 17, dan kategori sedang terdapat 18 soal, yaitu nomor 1, 3, 5, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25. (terlampir pada lampiran 5). Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan diskriptif komparatif. Deskriptif komparatif, untuk membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II, kemudian direfleksi. Teknik analisis kritis untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajara mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada (Sarwiji Suwandi, 2009:61). Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini ditetapkan apabila hasil belajar peserta didik lulus KKM (65) sedikitnya mencapai 80% dari jumlah seluruh peserta didik (40 siswa). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil belajar mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give pada siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Setiap Kondisi Skala Awal (siswa) Tuntas 13 Belum Tuntas (32,5%) 27 (67,5%) I (siswa) 20 (50%) 20 (50%) Jumlah 40 (100%) 40 (100%) II (siswa) 34 (85%) 6 (15%) 40 (100%)
10 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dengan diterapkannya variasi mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sumber daya alam lebih meningkat. Pada kondisi awal atau pra siklus, siswa yang sudah tuntas belajarnya hanya 13 siswa (32,5%) dan siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa (67,5%). I, siswa yang sudah tuntas belajarnya meningkat menjadi berjumlah 20 siswa (50%) dan siswa yang belum tuntas belajarnya juga berjumlah 20 siswa (50%). II, siswa yang sudah tuntas belajarnya meningkat menjadi 34 siswa (85%) dan siswa yang belum tuntas belajarnya tinggal 6 siswa (15%). Selain itu proses pembelajaran IPA pada materi sumber daya alam, terkesan menyenangkan dan siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang berbunyi: Melalui penerapan model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/2016 terbukti kebenarannya. Pembahasan Berdasarkan hasil pembelajaran IPA mengenai sumber daya alam pada siklus I menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya meningkat dari kondisi awal yaitu dari 13 siswa (32,5%) menjadi sebanyak 20 siswa (50%), sementara siswa yang belum tuntas belajarnya dari 27 siswa (67,5%) menurun menjadi 20 siswa (50%), dengan perolehan nilai ratarata pada siklus I sebesar 6,3 lebih besar dari nilai rata-rata kelas prasiklus yang hanya 5,8. Pembelajaran IPA mengenai sumber daya alam pada siklus I yang telah dilaksanakan belum mencapai indikator yang diharapkan. Indikator yang ditetapkan yaitu 80% siswa mencapai ketuntasan belajar dengan nilai tes minimal 65. Sebelum dilakukan tindakan, pembelajaran IPA kurang melibatkan siswa secara langsung. Guru lebih banyak berperan dalam memberikan teori mengenai materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang konvensional. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, berdasarkan hasil pengamatan, serta hasil refleksi siswa, siswa lebih banyak terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang membuat siswa semakin antusias dalam menyimak pembelajaran, ditambah lagi ada beberapa siswa yang berani secara langsung meminta guru untuk mengulangi lagi materi yang disampaikan, mengingat siswa tersebut belum begitu paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Setelah rancangan pembelajaran diperbaiki pada siklus II, keterlibatan siswa semakin meningkat dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup besar, baik nilai terendah, nilai rata-rata maupun nilai tertinggi dibanding dengan kondisi awal. II peningkatan hasil belajar siswa mata pelajran IPA lebih besar dari siklus I, baik itu untuk nilai terendah, nilai rata-rata maupun nilai tertinggi. Hal ini dapat dilihat seperti pada tabel
11 Tabel Perbandingan Hasil Belajar antara Kondisi Awal, I dan II No Nama Siswa L/P Pra Nilai I 1 Tegar Sukmajaya L 5 7 8 2 Adam Prasetyo L 7 8 10 3 Nanda Guswanto L 6 6 7 4 Ahya Artha A.Y L 4 4 6 5 Ainun Nurul K. P 6 6 7 6 Alisa Ayu P. P 6 6 7 7 Kamsah P 7 7 9 8 Amir Fatahilah L 7 7 8 9 Annisa Novitasari P 5 6 7 10 Aprillia Tri S. P 5 5 6 11 Arsa Nadira M. P 7 7 9 12 Difa Suryanigtiyas P 6 6 7 13 Ramadhani L 7 7 8 14 Eka Septi A.W P 6 6 7 15 Faizal Reza Adi W. L 5 5 6 16 Fajar Alfianto L 7 7 9 17 Farhan Ismail W. L 7 7 9 18 Faris Yogi R. L 7 7 8 19 Frensilia P 6 6 7 20 Fadilah P 4 4 6 21 Hanifah Muslimah P 5 5 7 22 Kurniawan L 7 7 9 23 Maharani P 6 6 7 24 Ilyyin Saputri P 7 7 8 25 Indah Rita M.S. P 5 6 7 26 Ismail Galih A.L. L 5 6 7 27 Kukuh Yogi H. L 6 7 8 28 Nafsan Muzaki L 4 5 7 29 Na imah R. P 7 7 7 30 Natasya Nur A. P 5 7 8 31 Pratama L 6 7 7 32 Saputra N.A.W. L 7 8 10 33 Kukuh Yoga M. L 5 7 8 34 Widya Nur K. P 4 5 6 35 Ahmad H.A. L 7 8 8 36 Esmi Umi K. P 4 5 6 37 Imam M.F.A. L 4 5 7 38 Agus Budi H. L 5 5 7 39 Ahmad Alfaruk L 6 8 10 40 Sholihak P 5 6 7 Jumlah 230 251 302 Rata-rata 5,8 6,3 7,6 II Berdasarkan tabel peningkatan hasil pembelajaran IPA mengenai sumber daya alam dapat dilihat dari hasil tes dari kondisi awal hingga siklus II. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan jumlah siswa dalam perolehan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (65). Pada kondisi awal ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 32,5% (13 siswa) dan siswa yang tidak tuntas belajarnya sebesar 67,5% (27 siswa) dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 5,8. Tindakan siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 50% atau sebanyak 20 siswa, sementara siswa yang belum tuntas belajarnya sebesar 50% atau sebanyak 20 siswa dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 6,3. Peningkatan tersebut terus meningkat pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas belajarnya mencapai 34 siswa atau sebesar 85% dan siswa yang belum tuntas belajarnya tinggal 6 siswa atau 15%, dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 7,6. Lebih jelasnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tahun pelajaran 2015/ 2016 dari kondisi awal sampai siklus II, sebagai berikut: Tabel Perbandingan Persentase Hasil Belajar IPA antar Persentase (%) Jumlah Siswa Tuntas Pra I II Pra I 32,5 50 85 13 20 34 Berdasarkan tabel diketahui bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran IPA mengenai sumber daya alam dari kondisi awal, siklus I dan siklus II selalu mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada grafik sebagai berikut: II
12 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra I II Persentase (%) Pra I Jumlah Siswa Tuntas II Gambar Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPA antar Berdasarkan gambar hasil tes pada siklus II tampak lebih tinggi daripada kondisi awal dan siklus I, hal ini disebabkan guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give, sehingga kegiatan di siklus II siswa mulai memahami mata pelajaran IPA pada materi sumber daya alam. Hal ini diperkuat dengan hasil diskusi bersama guru kelas IV. Guru kelas IV tersebut menyatakan bahwa Meningkatnya hasil belajar IPA setelah adanya tindakan karena guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give sehingga siswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami materi sumber daya alam. Berdasarkan pembahasan di atas dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give sehingga siswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami materi sumber daya alam, hasil rata-rata nilai tes pada kondisi awal dengan siklus I mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 5,8 menjadi 6,3. Hasil rata-rata nilai tes pada siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 6,3 menjadi 7,6. Diperoleh kesimpulan bahwa dengan diterapkannya model kooperatif tipe Take and Give oleh guru pada mata pelajaran IPA diketahui dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada materi sumber daya alam bagi siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Dapat disimpulkan bahwa semakin tepat penerapan model pembelajaran kooperatif maka semakin memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan guru. Hasil penelitian ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh oleh Marlina Widyaningrum (2012), hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi struktur bagian tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya partisipasi siswa yang dapat dilihat pada indikator peningkatan mengerjakan soal secara mandiri sebelum ada tindakan 45,45%, pada siklus I 63,63%, dan pada siklus II mencapai 81,81%. Menjawab pertanyaan sebelum ada tindakan 13,63%, siklus I 31,81%, dan pada siklus II mencapai 63,63%. Memberi tanggapan sebelum ada tindakan 13,63%, siklus I 36,36%, dan pada siklus II mencapai 72,72%. Membuat kesimpulan 0%, siklus I 29,54%, dan pada siklus II mencapai 81,31%. Selain peningkatan partisipasi, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu sebelum ada tindakan daya serap siswa sebesar 45,45%, pada siklus I mencapai 63,63%, dan pada siklus II daya serap siswa mencapai 86,36%. Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ini, sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hanya saja pada penelitian sekarang ini hasil belajara mata pelajaran IPA materi sumber daya alam.
13 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen tersebut disimpulkan, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give oleh guru pada pelajaran IPA diketahui dapat meningkatkan hasil belajar IPA terutama pada materi sumber daya alam bagi siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016, hal tersebut dibuktikan hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas belajarnya baru 13 siswa (32,5%) dengan rata-rata kelas sebesar 5,8. I siswa yang tuntas belajarnya meningkat menjadi 20 siswa (50%) dengan rata-rata kelas sebesar 6,3 serta pada siklus II siswa yang tuntas belajarnya lebih meningkat menjadi 34 siswa (85%) dengan rata-rata kelas sebesar 7,6. Perolehan jumlah ketuntasan belajar siswa kelas IV pada siklus II tersebut sudah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang berbunyi: Melalui penerapan model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Pengkok 1 Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016, terbukti kebenarannya. Saran Bagi Guru a. Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran IPA khususnya penerapan model kooperatif tipe Take and Give agar hasil belajar siswa meningkat. b. Guru diharapkan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mengoptimalkan segala sumber belajar yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran Bagi Siswa a. Hendaknya dapat memaknai setiap pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Hendaknya siswa mengikuti pembelajaran secara aktif. Siswa harus bisa menambah wawasan dan mendalami materi yang dipelajari. Selain itu, sekiranya siswa kurang setuju terhadap cara mengajar guru, maka siswa dapat memberikan masukan ataupun saran kepada guru yang bersangkutan. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Bagi Sekolah a. Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, hendaknya pihak sekolah menyediakan sarana dan prasarana belajar yang lengkap, agar dalam proses belajar mengajar tidak mengalami kesulitan. b. Supaya guru dapat meningkatkan profesionalisme maupun kualitas pembelajaran yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada pihak sekolah untuk: 1) memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang memadai, 2) mengirim guru ke beberapa forum ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, penataran dan diskusi ilmiah supaya wawasan guru bertambah luas dan mendalam pemahamannya tentang pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas pokoknya. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.
14 Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena. Muhammad Fathurrohman. 2015. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: FKIP UNS. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.