BAB II LANDASAN TEORI. pernah dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB II KAJIAN TEORI. Bahasa merupakan sarana penyampaikan pesan. Sastra menyampaikan. penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

SILABUS. Mendengarkan diskusi Merangkum seluruh isi pembicaraan. Menanggapi rangkuman yang dibuat teman. Mendengarkan pendapat seseorang

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

INTISARI A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

ANALISIS BAHASA FIGURATIF DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN ANALISIS GAYA BAHASA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

ANALISIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL 5 cm KARYA DONNY DHIRGANTORO ARTIKEL ILMIAH. Yuni Harike Saputri NPM

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai gaya bahasa dalam karya sastra berupa novel sudah pernah dilakukan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dikemukakan oleh Puji Astuti dan Aristia Nawangsari. Penelitian Puji Astuti (2002) berjudul Majas Puisi-Puisi Karya Chairil Anwar sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SLTP. Penelitian itu berupa skripsi karya mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti (2002) adalah meneliti majas-majas dalam puisi, yang meliputi (1) majas perbandingan terdiri atas: majas perumpamaan, majas metafora, majas personifikasi, majas antitesis, dan majas alegori. (2) Majas pertentangan terdiri atas: majas hiperbola, majas litotes, majas inuendo, majas paradok, majas klimaks, dan majas antiklimaks. (3) majas pertautan terdiri atas: majas metonimia, majas sinekdoke, majas eufemisme, majas asindenton,dan majas polisindenton. Sebagai bahan pembelajaran, oleh Puji Astuti disimpulkan bahwa puisipuisi Chairil Anwar memenuhi kriteria. Kriteria-kriteria yang digunakan oleh Puji Astuti untuk memilih bahan pengajaran agar pengajaran sastra tercapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa antara lain (a) bermakna, (b) menarik, (c) terbaca dan dipahami siswa, dan (d) bahan yang utuh. 8

9 Dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian Puji Astuti. Adapun perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data dalam penelitian Puji Astuti berupa gaya bahasa secara keseluruhan sedangkan penelitian yang peneliti lakukan datanya hanya berupa tiga jenis gaya bahasa kiasan yaitu simile, personifikasi, dan metafora.sumber data dalam penelitian Puji Astuti berupa puisi sedangkan dalam penelitian ini, sumber datanya berupa novel. Penelitian Aristia Nawangsari (2010) berjudul Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I. Penelitian ini berupa skripsi karya mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasil penelitian ini adalah: 1. Gaya bahasa dalam album lethologica sangat banyak di antaranya: a. Gaya bahasa perbandingan antara lain : personifikasi berjumlah tiga, metafora berjumlah tiga, simile berjumplah tiga, pleonasme berjumlah empat, koreksio berjumlah tiga. b. Gaya bahasa perulangan antara lain : Aliterasi dan asonasi berjumlah enam, simploke berjumlah tiga, repetisi berjumplah tujuh. c. Gaya bahasa pertautan yaitu asidenton hanya satu. d. Gaya bahasa pertentangan antara lain : hiperbola berjumlah sembilan dan paronomansia berjumlah tiga.

10 2. Gaya bahasa yang terdapat dalam album musik lethologica dapat digunakan sebagai bahan materi pembelajaran gaya bahasa puisi di SMA kelas X semester I. Dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan penelitian Aristia Nawangsari. Adapun perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data dalam penelitian Aristia Nawangsari berupa gaya bahasa secara keseluruhan sedangkan penelitian yang peneliti lakukan datanya hanya berupa tiga jenis gaya bahasa kiasan yaitu simile, personifikasi, dan metafora. Sumber data dalam penelitian Aristia Nawangsari berupa lirik lagu sedangkan dalam penelitian ini, sumber datanya berupa novel. B. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata secara indah. Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi

11 sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Keraf, 2006: 112-113). Stile, (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 276). Tarigan (1986: 5) mengemukakan, gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Pradopo (1997: 263) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan dan estetika karya sastra, bahkan seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Selamet Muljana (dalam Pradopo, 1997: 93) mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1986: 5) Dari penjelasan tersebut, ada bermacam-macam definisi mengenai pengertian gaya bahasa. Pada umumnya definisi tersebut menunjukkan persamaan, yaitu gaya bahasa itu cara untuk bertutur untuk mendapat keindahan

12 dalam sebuah novel. Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat untuk menimbulkan reaksi tanggapan pikiran kepada pembaca. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa ialah cara penulis untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan sehingga daya tarik pembaca merupakan kekhasan dari pengguna bahasa tersebut. Dalam memperguanakan gaya bahasa untuk melantunkan gagasannya, pengarang tentu saja memiliki pertimbangan di dalam mendayagunakan gaya bahasa. Dengan demikian, pengarang mestinya mempunyai tujuan tertentu dalam hal itu. Ia menggunakan gaya bahasa tertentu, bisa jadi merupakan suatu upaya untuk menguatkan maksud yang disampaikannya. Kemampuan dalam mengolah dan mendayagunakan gaya bahasa menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra. C. Jenis Gaya Bahasa Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu: (a) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (b) Gaya bahasa berdasarkan nada, (c) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (d) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Dari empat macam gaya bahasa tersebut, peneliti hanya akan meneliti gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna (Keraf, 2006: 117-129). Gaya bahasa berdasarkan dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

13 penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang dimaksudkan di sini. Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti pembalikan atau penyimpangan. Kata trope lebih dulu popular sampai dengan abad XVIII. Karena ekses yang terjadi sebelumnya, trope dianggap sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu pada abad XVIII istilah itu diganti dengan figure of speech (Keraf, 2006: 29). Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris, yang semata-mata penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang merupakan penyimpangan lebih jauh, khususnya dalam bidang makna (Keraf, 2006: 129). Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti gaya bahasa kiasannya saja, Karena sesuai dengan permasalahan yang akan peneliti kaji, yaitu tengtang gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho. D. Gaya Bahasa Kiasan Gaya bahasa ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu

14 perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan ( Keraf, 2006: 136). Kelompok pertama dalam contoh berikut termasuk gaya bahasa langsung dan kelompok kedua termasuk gaya bahasa kiasan: (1) Dia sama pintar dengan kakaknya Kerbau itu sama kuat dengan sapi (2) Matanya seperti bintang timur Penggunaan bahasa kiasan dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu sehingga apa yang dikemukakan akan lebih menarik. Bahasa kiasan ada bermacam-macam. Walaupun bermacam-macam, mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbernd dalam Pradopo, 1997: 62). Jenis-jenis gaya bahasa kiasan tersebut adalah: 1. Simile 2. Metafora 3. Alegori, Parabel, Fabel 4. Personifikasi 5. Alusi 6. Eponim 7. Epitet 8. Sinekdoke 9. Metonimia 10. Antonomasia 11. Hipalase 12. Ironi, Sinisme, Sarkasme 13. Satire 14. Inuendo 15. Antifrasis 16.Pun atau Paronmasia (Keraf, 2006: 138-145) Dari keenambelas jenis gaya bahasa bahasa kiasan tersebut, peneliti hanya meneliti tiga macam gaya bahasa kiasan, yaitu (1) Simile, (2) Metafora, dan (3) Personifikasi karena ketiga majas tersebut banyak dipakai oleh pengarang dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho.

15 1. Simile Simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama (Tarigan, 1986: 9-10). Simile adalah perbandingan yang bersifat langsung dan eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya secara eksplisit untuk menunjukkan kesamaan itu, dengan menggunakan kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Keraf, 2006: 138). Simile menyaran pada adanya perbandingan yang langsung dan eksplisit, dengan mempergunakan kata-kata tugas tertentu sebagai penanda keeksplisitan seperti: seperti, bagai, bagaikan, sebagai, laksana, mirip, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2010: 298). Contoh: Oooo. Alam nan bijaksana, setiap decak kekaguman yang bisa dinikmati manusia adalah pintu menuju jawaban tentang penciptamu. Gunung gemunung yang menjulang, berhamparkan lembah berhiaskan liukan air bening, bagai untaian kalung putri remaja, melahirkan degup pesona akan keelokanmu. Di bentangan itulah burung-burung mengepakkan sayap keriangannya, berkicau di dahan-dahan, menertawakan keindahan dan keagungan (Nugroho, 2003: 10). Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa simile adalah gaya bahasa yang dipakai untuk membandingkan sesuatu secara langsung. 2. Metafora Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat dan tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah suatu

16 kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi; dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi yang terdahulu tadi (Tarigan, 1986: 15) Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya( Keraf, 2006: 139). Contoh : Paduka menjelma cahaya, menyentuh kehinaan dunia manusia, terimalah penghormatanku, o, Wisnu Batara, ucap Sokrasana seraya duduk bersila (Nugroho, 2003: 9). Peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan benda satu dengan benda lain, karena adanya persamaan sifat keduanya agar lebih berkesan. 3. Personifikasi Personifikasi merupakan gaya bahasa yang memberi sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat seperti yang dimiliki manusia sehingga dapat bersikap, bertingkah laku seperti halnya manusia (Nurgiyantoro, 2010: 299). Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 1986: 17). Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati dapat bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf, 2006: 140).

17 Contoh : Gelagak jiwanya menghantam kesadaran Sumantri. Kepalanya terasa begitu berat sehingga matanya tak mau melihat setitik cahaya pun. Gelak tawa yang mengerikan, menggema, memukul-mukul gendang telinganya, mengiringi langkah limbungnya keluar istana (Nugroho, 2003: 85). Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti dapat mengemukakan bahwa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat manusia kepada benda mati untuk memperjelas maksud. E. Pengajaran Sastra di SMA Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh Karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak itu pula pemerintah menyusun kurikulum (Mulyasa, 2007: 4). Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dijadikan norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan atau peserta didik untuk mencapai pendidikan (Dakir, 2004: 3). Kedudukan sastra dalam kurikulum sudah sederajar dengan bahasa. Pembelajaran sastra masih sudah mandiri, sudah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya sendiri, pembelajaran sastra masih digabung dengan pembelajaran bahasa yaitu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan

18 pengajaran sastra adalah untuk menikmati karya sastra yang dapat dikembangkan melalui membaca, menyimak, dan mendiskusikan cerita-cerita dari buku. Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia saat ini sudah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Mulyasa, 2007:12). Menurut Mulyasa (2007: 22) secara umum tujuan yang diterapkan dalam KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif. Sedangkan secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah: 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan mempberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sehubungan dengan kurikulum, maka Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dari delapan standar tersebut, yang telah dijabarkan dan telah

19 disahkan penggunaannya oleh mendiknas adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan (Mulyasa, 2007: 47). Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar kurikulum, struktur kurikulum, beban belajar dan kalender pendidikan/akademik (Mulyasa, 2007: 45). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. SKL pada satuan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dasar kecerdasan, pengetahuan kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa, 2007: 15). Berkaitan dengan kurikulum yang digunakan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kriteria pemilihan bahan yang dapat menunjang standar kompetensi dan kompetensi dasar mempertimbangkan sebagai berikut. a. Tingkat perkembangan fisik, intelektual dan emosional, sosial dan spiritual peserta didik, b. Kebermanfaatan bagi peserta didik, c. Struktur keilmuan, d. Kedalaman dan keluasan materi, e. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, f. Alokasi waktu. (Mulyasa, 2007: 204)

20 Melalui kriteria pemilihan bahan yang disampaikan tersebut, maka dalam memilih bahan pengajaran sastra harus mempertimbangkan hal-hal tersebut. Dengan demikian bahan-bahan pengajaran sastra dapat dikatakan telah menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Berikut ini adalah kutipan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam pengembangan silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA kelas XI. Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 1. Membaca pembacaan cerpen a. Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen b. Menemukan nilai-nilai dalam cerpen 2. Mengungkapkan wacana a. Mengekspresikan tokoh dalam sastra dalam bentuk pementasan drama pementasan drama b. Menggunakan gerak-gerik, mimik dan intonasi sesuai dengan watak 3. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan tokoh dalampementasan drama a. Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat b. Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan 4. Menulis naskah drama a. Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama b. Menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama Sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tersebut peneliti menggunakan Standar Kompensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis unsur-unsur intrinsik novel Indonesia/terjemahan terutama gaya bahasanya.