BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. MST dan perlakuan pupuk SP-36 berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada

dokumen-dokumen yang mirip
0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

KLOROFIL XI - 1 : 1 6, Juni 2016 ISSN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK NPK PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

Penetapan Standar Warna Daun Sebagai Upaya Identifikasi Status Hara (N) Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Regosol

PENGARUH UJI MINUS ONE TEST PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MENTIMUN. Ida Setya Wahyu Atmaja *

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN. Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Dosis Kompos Azolla sp. terhadap Tinggi Sawi Daging (Brassica juncea L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

Transkripsi:

21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a. Tinggi Tanaman Data pengamatan tinggi tanaman dan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur 7 MST dan perlakuan pupuk SP-36 berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur 5 MST dan 7 MST. Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata pada umur 7 MST, seperti dijelaskan pada Lampiran 1. Ratarata pertumbuhan tinggi tanaman jagung komposit pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung komposit pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 Perlakuan Tinggi Tanaman (Cm) 1 MST 3 MST 5 MST N 0 10,40 tn 34,32 tn 61,94 tn N 1 10,52 37,85 70,70 N 2 10,20 34,30 69,77 N 3 9,49 36,77 66,62 BNJ 5% - - - P 0 9,76 tn 34,65 tn 62,95 * a P 1 10,96 36,48 72,30 b P 2 9,59 37,08 69,58 a P 3 10,31 35,02 64,20 a BNJ 5 % - - 9,03 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Pemupukan urea dan SP-36 pada umur 7 MST berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung komposit pada umur 7 MST, disajikan pada Tabel 6.

22 Tabel 6. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung komposit pada umur 7 MST pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 Pupuk Urea Pupuk SP-36 P 0 P 1 P 2 P 3 Rata-rata N 0 73.58 a 95.78 a 94.58 a 82.33 a 86.57 a N 1 96.15 a 114.00 d 104.03 b 96.23 a 102.60 c N 2 95.10 a 89.00 a 106.05 b 109.08 c 99.81 b N 3 95.90 a 109.35 c 97.55 a 94.53 a 99.33 b Rata-rata 90.18 a 102.03 b 100.55 a 95.54 a BNJ 5% (N) 7.55 BNJ 5% (P) 7.55 BNJ 5% (N.P) 28.87 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Hasil uji BNJ (Tabel 5) menunjukan bahwa pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung, rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada umur 5 MST diperoleh pada perlakuan P 1 yaitu 72,30 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada pelakuan P 0 yaitu 62,95 cm. Perlakuan pupuk P 1 berbeda nyata dengan perlakuan P 2, P 3 dan P 0 pada uji BNJ 5%. Pada umur 7 MST menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan N 1 yaitu 102,60 cm dan rata-rata terendah pada perlakuan N 0 yaitu 86,57 cm. Perlakuan pupuk N 1 (102,60 cm) berbeda nyata dengan perlakuan N 2 (99,81 cm), N 3 (99,33 cm), dan N 0 (86,57 cm) pada uji BNJ 5%. Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan P 1 (102,03 cm) dan rata-rata tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P 0 (90,18 cm). Perlakuan P 1 berbeda nyata dengan perlakuan P 2, P 3, dan P 0 pada uji BNJ 5%. Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut, untuk rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi terdapat

23 pada perlakuan N 1 P 1 yaitu 114.00 cm dan terendah terdapat pada perlakuan N 0 P 0 yaitu 73,58 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea ditunjukan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea Pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 ditunjukan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36

24 Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukan bahwa pada umur 1 MST sampai umur 7 MST, rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung terbaik terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 1 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 1. Sedangkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung terendah terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 0 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 0. b. Jumlah Daun Data pengamatan jumlah daun dan hasil analisis sidik ragam, yang disajikan pada Lampiran 2, menunjukan bahwa perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada jumlah daun pada umur 3 MST dan 5 MST. Perlakuan pupuk SP-36 berpengaruh nyata pada jumlah daun pada umur 1 MST dan 7 MST. Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung komposit pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung komposit pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 Perlakuan Jumlah daun (Helai) 1 MST 3 MST 5 MST 7 MST N 0 2,81 tn 6,81 * a 9,44 * a 11,83 tn N 1 3,00 7,50 b 10,06 b 12,45 N 2 2,88 7,31 a 9,94 a 12,33 N 3 2,94 7,13 a 9,69 a 12,00 BNJ 5% - 0,61 0,62 - P 0 2,63 * a 7,06 tn 9,44 tn 11,58 * a P 1 3,13 b 7,31 10,06 12,53 b P 2 2,88 a 7,13 9,88 12,38 b P 3 3,00 a 7,25 9,75 12,13 a BNJ 5 % 0,42 - - 0,65 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%.

25 Tabel 7 menunjukan bahwa pengaruh pemupukan urea dan SP-36 pada pertumbuhan jagung komposit, rata-rata pertumbuhan jumlah daun tertinggi pada umur 1 MST diperoleh pada perlakuan P 1 yaitu 3,13 helai dan terendah pada perlakuan P 0 yaitu 2,63 helai. Perlakuan P 1 (3,13 helai) berbeda nyata dengan P 2 (2,88 helai), P 3 (3,00 helai) dan P 0 (2,63 helai) pada uji BNJ 5%. Tabel 7 juga menunjukan rata-rata pertumbuhan jumlah daun tertinggi pada umur 3 MST terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 7,50 helai dan rata-rata jumlah daun terendah pada perlakuan N 0 yaitu 6,80 helai. Perlakuan N 1 (7,50 helai) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada uji BNJ 5%. Umur 5 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 10,06 helai dan rata-rata jumlah daun terendah pada perlakuan P 0 yaitu 9,44 helai. Perlakuan P 1 (10,06 helai) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 2, P 3 dan P 0 ) pada uji BNJ 5%. Pada umur 7 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 12,53 helai dan rata-rata jumlah daun terendah pada perlakuan P 0 yaitu 11,58 helai. Perlakuan P 1 (12,53 helai) dan P 2 (12,38 helai) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya P 3 (12,13 helai), dan P 0 (11,58 helai) pada uji BNJ 5%. Pertumbuhan jumlah daun selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea ditunjukkan pada Gambar 3.

26 Gambar 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk Urea Pertumbuhan jumlah daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 ditunjukan pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan bahwa pada umur 1 MST sampai umur 7 MST, rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung terbaik terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 1 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 1. Sedangkan rata-rata pertumbuhan jumlah daun

27 jagung terendah terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 0 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 0. c. Panjang Daun Data pengamatan panjang daun dan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata pada panjang daun pada umur 3 MST, 5 MST dan 7 MST dan perlakuan pupuk SP-36 berpengaruh nyata pada panjang daun pada umur 5 MST dan 7 MST serta interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata, yang disajikan pada Lampiran 3. Rata-rata pertumbuhan panjang daun tanaman jagung komposit pada perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 dijelaskan pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata pertumbuhan panjang daun tanaman jagung pada perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 Perlakuan Panjang daun (Cm) 1 MST 3 MST 5 MST 7 MST N 0 6,33 tn 24,81 * a 42,52 * a 64,28 * a N 1 7,84 29,11 b 52,80 b 75,51 c N 2 7,37 28,16 a 48,47 a 72,49 b N 3 7,43 25,85 a 48,49 a 73,43 b BNJ 5% - 4,27 7,04 7,55 P 0 6,45 tn 25,22 tn 43,69 * a 66,28 * a P 1 7,72 29,12 50,98 b 76,32 b P 2 7,45 26,69 50,30 a 71,35 a P 3 7,34 26,90 49,75 a 71,81 a BNJ 5 % - - 7,04 7,55 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Berdasarkan Tabel 8, di atas menunjukan rata-rata pertumbuhan panjang daun tertinggi pada umur 3 MST terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 29,11 cm sedangkan panjang daun terendah terdapat pada perlakuan N 0 yaitu 24,81 cm. Perlakuan N 1 (29,11 cm) berbeda nyata dengan perlakuan N 2 (28,16 cm),

28 N 3 (25,85 cm) dan N 0 (24,81 cm) pada uji BNJ 5%. Sementara pada umur 5 MST rata-rata pertumbuhan panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 52,80 cm dan panjang daun terendah terdapat pada perlakuan N 0 yaitu 42,52 cm. Perlakuan N 1 yaitu 52,80 cm berbeda nyata dengan perlakuan N 0 (42,52 cm), N 2 (48,47 cm), dan N 3 (48,94 cm) pada uji BNJ 5%.. Pada Tabel 8 juga menunjukan rata-rata pertumbuhan panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 50,98 cm sedangkan rata-rata panjang daun terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 43,69 cm. Perlakuan P 1 yaitu 50,98 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu P 0, P 2, dan P 3 pada uji BNJ 5%. Pada umur 7 MST rata-rata pertumbuhan panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 75,51 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan N 0 yaitu 64,28 cm, N 2 yaitu 72,49 cm, dan N 3 yaitu 73,47 cm pada uji BNJ 5%. Tabel 7 juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang daun tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 76,32 cm dan panjang daun terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 66,28 cm. Perlakuan P 1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu P 0, P 2, dan P 3 pada uji BNJ 5%. Pertumbuhan panjang daun selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik pertumbuhan panjang daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk Urea

29 Pertumbuhan panjang daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 ditunjukan pada Gambar 4. Gambar 6. Grafik pertumbuhan panjang daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukan bahwa pada umur 1 MST sampai umur 7 MST, rata-rata pertumbuhan panjang daun jagung terbaik terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 1 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 1. Sedangkan rata-rata pertumbuhan panjang daun jagung terendah terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 0 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 0. d. Warna Daun Data pengamatan warna daun dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran 4, menunjukan bahwa pengaruh pemupukan urea dan SP-36 pada pertumbuhan jagung komposit tidak terjadi interaksi antara pemberian pupuk Urea dan pupuk SP-36 terhadap warna daun. Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap warna daun pada umur 5 MST dan 7 MST sedangkan perlakuan pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata. Rata-rata warna daun tanaman jagung komposit pada perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 dijelaskan pada Tabel 9.

30 Tabel 9. Rata-rata warna daun tanaman jagung komposit pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 Perlakuan Warna daun 1 MST 3 MST 5 MST 7 MST N 0 2,88 tn 2,85 tn 3,00 * a 2,69 * a N 1 2,97 2,94 3,50 c 3,16 b N 2 2,97 2,94 3,38 b 3,13 b N 3 2,97 2,94 3,25 a 2,94 a BNJ 5% - - 0,32 0,31 P 0 2,85 tn 2,88 tn 3,16 tn 2,78 tn P 1 3,04 2,97 3,38 3,19 P 2 2,94 2,88 3,35 3,00 P 3 2,97 2,94 3,25 2,94 BNJ 5 % - - - - Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Berdasarkan Tabel 9, menunjukan bahwa warna daun terbaik pada umur 5 MST terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 3,50 dan warna daun yang kurang baik terdapat pada perlakuan N 0 yaitu 3,00. Perlakuan N 1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 2, P 3 dan P 0 ) pada uji BNJ 5%. Pada umur 7 MST menunjukkan warna daun terbaik terdapat pada N 1 yaitu 3,15 dan warna daun yang kurang baik terdapat pada perlakuan N 0 yaitu 2,69. Perlakuan N 1 dan N 2 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (N 3 dan N 0 ) pada uji BNJ 5%. Warna daun selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea ditunjukan pada Gambar 7.

31 Gambar 7. Grafik warna daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk Urea Warna daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP- 36 ditunjukan pada Gambar 8. Gambar 8. Grafik warna daun jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukan bahwa pada umur 1 MST sampai umur 7 MST, rata-rata warna daun jagung terbaik terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 1 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 1. Sedangkan rata-rata warna daun jagung terendah terhadap

32 pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 0 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 0. e. Diameter Batang Data pengamatan diameter batang dan hasil analisis sidik ragam yang disajikan pada Lampiran 5, menunjukan bahwa pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit terjadi interaksi antara pemberian pupuk urea dan pupuk SP-36 terhadap diameter batang pada umur 1 MST. Perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur 7 MST dan perlakuan pupuk P berpengaruh nyata pada umur 1 MST, 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung komposit dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung komposit pada perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 Perlakuan Diameter batang (cm) 3 MST 5 MST 7 MST N 0 0,64 tn 1,14 tn 1,35 * a N 1 0,69 1,21 1,63 c N 2 0,66 1,17 1,58 b N 3 0,65 1,17 1,52 a BNJ 5% - - 0,22 P 0 0,60 * a 1,01 * a 1,34 * a P 1 0,71 b 1,29 b 1,66 b P 2 0,66 a 1,24 b 1,62 b P 3 0,69 b 1,15 a 1,45 a BNJ 5 % 0,09 0,18 0,22 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Pemupukan urea dan SP-36 pada umur 1 MST berpengaruh nyata, pada pertumbuhan diameter batang jagung. Rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung komposit pada umur 1 MST, disajikan pada Tabel 11.

33 Tabel 11. Rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung komposit umur 1 MST pada perlakuan pupuk Urea dan pupuk SP-36 Pupuk Urea Pupuk SP-36 P 0 P 1 P 2 P 3 Rata-rata N 0 0.29 a 0.35 a 0.32 a 0.33 a 0.32 tn N 1 0.32 a 0.38 b 0.34 a 0.32 a 0.34 tn N 2 0.35 a 0.32 a 0.32 a 0.35 a 0.34 tn N 3 0.31 a 0.37 b 0.34 a 0.32 a 0.34 tn Rata-rata 0.32 a 0.36 b 0.33 a 0.33 a BNJ 5% (P) 0,03 BNJ 5% (N.P) 0,08 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf α = 5%. Berdasarkan Tabel 10, Pada umur 3 MST menunjukan rata-rata pertumbuhan diameter batang tertinggi terdapat pada P 1 yaitu 0,71 cm sedangkan rata-rata pertumbuhan diameter batang terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 0,60 cm. Perlakuan P 1 (0,71 cm) dan P 3 (0,69 cm) berbeda nyata terhadap perlakuan P 2 (0,66 cm), dan P 0 (0,60 cm) pada uji BNJ 5%. Sementara pada umur 5 MST menunjukkan rata-rata pertumbuhan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 1,29 cm sedangkan rata-rata pertumbuhan diameter batang terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 1,01 cm. Perlakuan P 1 (1,29 cm) dan P 2 (1,24 cm) berbeda nyata terhadap perlakuan, P 3 (1,15 cm) dan P 0 (1,01 cm) pada uji BNJ 5%. Tabel 10 juga menunjukan rata-rata pertumbuhan diameter batang pada umur 7 MST tertinggi terdapat pada perlakuan N 1 yaitu 1,63 cm dan rata-rata pertumbuhan diameter batang terendah pada perlakuan N 0 yaitu 1.35 cm. Perlakuan N 1 berbeda nyata terhadap perlakuan N 2 dan N 3 serta N 0 pada uji BNJ 5%. Sementara rata-rata pertumbuhan diameter batang tertinggi terdapat pada

34 perlakuan P 1 yaitu 1,66 cm dan diameter batang terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 1,34 cm. Perlakuan P 1 (1,66 cm) dan P 2 (1,62 cm) berbeda nyata dengan perlakuan P 3 (1,45 cm) dan P 0 (1,34 cm) pada uji BNJ 5%. Hasil uji BNJ 5% (Tabel 11) menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter batang tertinggi pada umur 1 MST terdapat pada perlakuan P 1 yaitu 0,36 cm dan rata-rata pertumbuhan diameter batang terendah terdapat pada perlakuan P 0 yaitu 0,32 cm. Perlakuan P 1 (0,36 cm) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P 2, P 3 dan P 0 ) pada uji BNJ 5%. Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut, untuk rata-rata pertumbuhan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan N 1 P 1 yaitu 0,38 cm dan terendah terdapat pada perlakuan N 0 P 0 yaitu 0,29 cm. Pertumbuhan diameter batang jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk urea ditunjukan pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik pertumbuhan diameter batang jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk Urea

35 Pertumbuhan diameter batang jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 ditunjukan pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik pertumbuhan diameter batang jagung selama pengamatan pada berbagai perlakuan pupuk SP-36 Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukan bahwa pada umur 1 MST sampai umur 7 MST, rata-rata pertumbuhan diameter batang jagung terbaik terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 1 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 1. Sedangkan rata-rata pertumbuhan panjang daun jagung terendah terhadap pemberian pupuk urea terdapat pada perlakuan N 0 dan untuk pemberian pupuk SP-36 terdapat pada perlakuan P 0. B. Pembahasan a. Pengaruh Pemupukan Urea dan SP-36 Terhadap Pertumbuhan Jagung Komposit Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu aspek dalam perkembangan tanaman dan paling mudah dilihat dalam respon pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif. Hasil analisis data pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit menunjukkan bahwa pembeian pupuk urea

36 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7 MST. Pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 5 MST dan 7 MST. Namun tidak berpengaruh nyata pada umur 1 MST dan 3 MST. Pemberian pupuk nitrogen dan fosfor berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, ditunjukkan dengan pertumbuhan tinggi tanaman terbaik pada perlakuan pupuk urea dengan dosis 300 kg/ha (N 1 ) dan pupuk SP-36 200 kg/ha (P 1 ) dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol. Hal ini dengan pemberian pupuk N dan pupuk P dalam jumlah yang cukup mampu menyuplai unsur hara di dalam tanah, sehingga pertumbuhan tanaman optimal. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil analisis tanah yang memperlihatkan bahwa kandungan N dalam tanah rendah dan kandungan P tersedia sangat rendah. Oleh sebab itu dengan dosis pupuk yang diberikan dengan jumlah tersebut dapat menunjang pertumbuhan tinggi tanaman jagung, pernyataan ini sesuai dengan Siagian dan Harahap (2003), bahwa semakin tinggi dosis pupuk yang digunakan terutama N dan P maka diperolah pertumbuhan vegetatif yang baik. Unsur fosfor penting pada tanaman jagung untuk penyerapan unsur nitrogen yang berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman. Sedangkan tanaman yang tidak diberi perlakuan/kontrol memperlihatkan tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini karena tanaman jagung hanya mendapatkan ketersediaan unsur hara yang tersedia di dalam tanah tanpa tambahan unsur hara dalam hal ini pupuk. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Usman Made (2010), tentang respon berbagai populasi tanaman jagung manis terhadap pemberian pupuk urea

37 menyimpulkan bahwa pemberian pupuk urea dengan dosis 400 kg/ha menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dengan pemberian pupuk 200 kg/ha dan 300 kg/ha. Hal ini diduga bahwa dengan pemberian nitrogen yang cukup dapat merangsang aktivitas metabolisme dalam tanaman. Selanjutnya penelitian Arifin Fahmi et al., (2009) tentang peran pemupukan posfor dalam pertumbuhan tanaman jagung di tanah regosol dan latosol, menyimpulkan bahwa fosfor merupakan unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, dan memberikan hasil yang beperngaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung di tanah regosol dan latosol. Pemberian pupuk nitrogen pada tanaman jagung sangat penting, karena memacu pertumbuhan tanaman dalam hal ini berperan dalam merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun serta pertambahan tinggi tanaman. Pemberian fosfor dilakukan agar membantu akar tanaman jagung menjadi kuat, sehingga batang tanaman tidak mudah roboh. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Munawar (2011), yang menyatakan bahwa nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, peningkatan produksi biji dan buah, serta meningkatkan kualitas daun. Sedangkan Hardjowigeno (2010), menjelaskan bahwa fosfor berperan dalam perkembangan akar, memperkuat batang tidak mudah roboh, metabolisme karbohidrat serta tahan terhadap penyakit. Jumlah Daun Daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang dapat menghasilkan gula sebagai bahan baku untuk pertumbuhan tanaman jagung dan sebagai organ tanaman yang mudah diamati pertumbuhannya. Hasil analisis data

38 pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 3 MST dan 5 MST, sedangkan pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 1 MST dan 7 MST. Pada Tabel 7, terlihat jumlah daun terbaik terdapat pada perlakuan pupuk urea dengan dosis 300 kg/ha (N 1 ) dan pupuk SP-36 200 kg/ha (P 1 ), dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol. Hal ini disebabkan kemungkinan pemberian pupuk nitrogen dan fosfor yang cukup mampu mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun. Dalam hal ini unsur fosfor penting dalam penyerapan unsur nitrogen sehingga nitrogen mampu mempertinggi pertumbuhan jumlah daun. Dengan bertambahnya jumlah daun maka daun dapat menerima atau menangkap cahaya matahari sehingga terjadi proses fotosistesis. Penambahan jumlah daun pada tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman, artinya semakin bertambah umur tanaman jagung, maka jumlah daun akan bertambah yang diikuti dengan pertumbuhan tanaman yang baik. Ditambahkan oleh Usman Made (2010) bahwa, tersedianya Nitrogen yang cukup menyebabkan adanya keseimbangan rasio antara daun dan akar, maka pertumbuhan vegetatif berjalan manual dan sempurna. Tanaman jagung pada perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol memiliki jumlah daun lebih rendah dari perlakuan lainnya, hal ini terjadi karena tanaman hanya mengambil unsur hara yang tersedia di dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan jumlah daun. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen, sehingga

39 kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda bergantung pada umur, jenis tanaman, dan kebutuhan tanaman itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sintia (2011) tentang pengaruh beberapa dosis kompos jerami padi dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Strut.), menyimpulkan bahwa pemberian dosis kompos jerami padi 15 ton/ha dan dosis pupuk nitrogen 150 kg/ha memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun. Selain itu, pelaporan Ikbal (2011) nutrisi tanaman menyatakan bahwa tanaman jagung dengan perlakuan pupuk N dan pupuk P menunjukkan potensi terbaik pada pertambahan jumlah daun, dengan pertambahan jumlah daun yang signifikan akan mempengaruhi laju pertumbuhan pada bagian yang lain juga. Hal ini sesuai dengan penelitian Kuruseng et al., (2008) tentang produksi beberapa varietas tanaman jagung pada dua dosis pupuk urea dan waktu perompesan daun di bawah tongkol, menyatakan bahwa dengan dosis pupuk N 350 kg/ha mampu menyediakan lebih banyak hara nitrogen yang sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman dibanding dengan dosis 250 kg/ha. Sehingga meningkatkan pertumbuhan jumlah daun dan tinggi tanaman. Lingga dan Marsono (Wahyuaskari, 2012), menjelaskan bahwa peranan utama nitrogen bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Selain pupuk nitrogen, tanaman juga memerlukan unsur lain untuk mendukung pertumbuhan daun untuk masa vegetatifnya. Fosfor berperan untuk pembentukan sejumlah

40 protein tertentu, berperan dalam fotosintesis dan respirasi sehingga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman keseluruhan, selain itu berperan penting memperbaiki sistem perakaran tanaman (Syahrudin, 2012). Panjang Daun Hasil analisis data pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada umur 3 MST, 5 MST, dan 7 MST, sedangkan pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang daun pada 5 MST dan 7 MST. Tabel 8 memperlihatkan daun jagung pada perlakuan pupuk urea dengan dosis 300 kg/ha (N 1 ) dan perlakuan pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg/ha (P 1 ) memberikan pertumbuhan panjang daun lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini karena dosis pupuk yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 8), pada perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol memberikan pertumbuhan panjang daun lebih rendah dibanding dengan perlakuan lain, hal ini tanaman jagung tersebut tidak diberikan suplai pupuk sedikitpun, sehingga pertumbuhan tanaman lebih rendah akibat ketersediaan unsur hara tidak dalam bentuk tersedia bagi tanaman. Hasil penelitian Netti Nurlenawati et al., (2007) tentang respon pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (Brassica juncea L.) terhadap kombinasi pupuk nitrogen dan pupuk organik granular menyimpulkan bahwa perlakuan pupuk N dengan dosis 90 kg/ha dan 1275 kg/ha rabog menghasilkan panjang daun tanaman caisim terpanjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini

41 karena takaran nitrogen yang tinggi sehingga meningkatkan panjang dan lebar daun. Sejalan dengan yang dinyatakan Poerwowidodo (Netti Nurlenawati et al., 2007) bahwa takaran nitrogen tinggi akan meningkatkan panjang dan lebar daun, karena nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk protein, sehingga dengan tercukupinya kebutuhan N bagi tanaman; jumlah protein yang terbentuk semakin banyak pula dan akan menambah jumlah protoplasma pada sel tanaman dan akhirnya akan menambah jumlah, panjang, dan lebar daun yang kaya klorofil, memungkinkan penangkapan sinar matahari untuk fotosintesis, dengan meningkatnya fotosintesis akan meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan. Warna Daun Hasil analisis data pengaruh pemupukan urea dan Sp-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit menunjukkan pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap warna daun pada umur 5 MST dan 7 MST, pemberian pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap warna daun. Dari hasil pengamatan warna daun yang menggunakan bagan warna daun (Tabel 9) memperlihatkan warna daun terbaik pada pemberian pupuk urea dengan dosis 300 kg/ha (N 1 ) dan pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg/ha (P 1 ) dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol. Hal ini diduga karena kandungan hara N dan P di dalam tanah rendah sehingga dengan jumlah pupuk tersebut mampu memberikan warna daun kehijauan. Nitrogen akan mempengaruhi klorofil pada daun sehingga mempengaruhi laju fotosintesis, dengan penyerap unsur hara yang tepat maka membantu dalam menangkap energi matahari. Perlakuan tanpa

42 pemberian pupuk/kontrol menghasilkan warna daun lebih hijau muda, hal ini terjadi karena perlakuan ini hanya mengambil unsur hara yang tersedia di dalam tanah tanpa adanya tambahan unsur hara lain. Penelitian ini searah dengan hasil penelitian Suwardi dan Efendi (2009) tentang efisiensi penggunaan pupuk N pada jagung komposit menggunakan bagan warna daun menyimpulkan bahwa penggunaan pemupukan nitrogen sangat berpengaruh terhadap nilai bagan warna daun (BWD), semakin besar takaran pemberian pupuk N, semakin besar nilai warna daun tanaman jagung varietas Bisma. Ditambahkan penelitian Rahardjo et al., (2010) tentang pengaruh pupuk urea, SP-36, dan KCl terhadap pertumbuhan dan produksi temulawak, menjelaskan bahwa pemberian pupuk urea sebanyak 300 kg/ha pada tanah dengan status hara rendah menghasilkan warna daun lebih hijau gelap serta memberikan pertumbuhan tinggi tanaman lebih tinggi. Secara teoritis hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Subandi, et al., (Suwardi dan Efendi, 2009), tentang fungsi nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan dan memberikan warna hijau pada daun. Menurut Sutedjo (2008), fungsi nitrogen untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau serta meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. Diameter Batang Hasil analisis data pengaruh pemupukan urea dan SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit menunjukkan pemberian pupuk urea pada pertumbuhan diameter batang berpengaruh nyata pada umur 7 MST, sedangkan

43 pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap diameter batang jagung pada umur 1 MST, 3 MST, 5 MST dan 7 MST. Tabel 10 menunjukkan pada pemberian pupuk urea dengan dosis 300 kg/ha (N 1 ) dan pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg/ha (P 1 ) memberikan diameter batang terbesar dibandingkan dengan perlakuan tanpa permberian pupuk/kontrol. Hal ini diduga karena sejalan dengan pertumbuhan tanaman jagung, maka diameter batang jagung akan meningkat yang dibarengi dengan pemberian pupuk yang cukup untuk pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan tanpa pemberian pupuk/kontrol menghasilkan diameter batang lebih kecil dari perlakuan lainnya, hal ini terjadi karena perlakuan ini hanya mengambil unsur hara yang tersedia di dalam tanah tanpa adanya tambahan unsur hara lain. Berdasarkan hasil penelitian dari Usman Made (2010) tentang respon berbagai populasi tanaman jagung manis terhadap pemberian pupuk urea menunjukkan pemberian pupuk dengan dosis 400 kg/ha menghasilkan batang tanaman jagung lebih besar dan berbeda nyata dengan perlakuan 300 kg/ha dan 200 kg/ha. Sementara hasil penelitian Amik Krismawati et al., (1999), tentang kajian teknologi usahatani jagung di lahan kering Kalimantan tengah menyimpulkan bahwa pemberian dosis pupuk 250 kg/ha Urea + 125 kg/ha SP36 + 75 kg/ha KCl pada umur 30 HST dan 60 HST berpengaruh nyata terhadap diameter batang varietas bisma dibandingkan dengan varietas lain. Hal ini menunjukkan bahwa varietas bisma mempunyai kondisi yang sangat toleran terhadap kekeringan dan penyakit bulai, sehingga varietas tersebut

44 memperlihatkan tingkat kesegaraman pertumbuhan baik dibandingkan dengan varietas lainnya. Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan penelitian Soepardi (Jippi, 2005), yang menyatakan tentang nitrogen mampu merangsang pertumbuhan di atas tanah, dan salah satunya adalah pertumbuhan diameter batang. Pertumbuhan diameter batang menunjukkan aktivitas xilem dan pembesaran sel-sel yang sedang tumbuh. Menurut Sutedjo (2008), fosfor merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. b. Pengaruh Interaksi antara Pupuk Urea dan Pupuk SP-36 Terhadap Pertumbuhan Jagung Komposit Hasil analisis data menunjukkan interaksi antara pemberian pupuk urea dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan jagung komposit berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur 7 MST dan diameter batang pada umur 1 MST, hal ini karena perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 saling mendukung untuk pertumbuhan jagung. Redaksi Agromedia (2007) menjelaskan bahwa, penggunaan pupuk anorganik mengandung kadar unsur hara yang tinggi dan mempunyai daya higroskopisitas serta mudah larut dalam air, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Selanjutnya Jumin (2008) berpendapat bahwa pemupukan nitrogen mampu mempertinggi pertumbuhan vegetatif serta mempertinggi kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara lain seperti kalium dan fosfor. Pemupukan fosfor membantu tanaman dalam memperbaiki perkembangan akar, pembentukan

45 sel-sel, lemak serta albumin dipertinggi. Pemupukan itu sendiri dilakukan untuk menambah unsur hara sehingga tanaman mampu tumbuh dengan baik yang ditandai dengan pertumbuhan vegetatif yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis tanaman. Pemupukan tidak berhasil apabila tanaman tidak memberikan respon terhadap pemupukan yang diberikan, tanah atau air harus sesuai dengan pupuk yang diberikan, sehingganya tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Pada penelitian ini tidak terjadi interaksi antara perlakuan pupuk urea dan pupuk SP-36 terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 1 MST, 3 MST, dan 5 MST, jumlah daun, panjang daun, warna daun dan diameter batang pada umur 3 MST, 5 MST, dan 7 MST. Walaupun tidak terjadi interaksi pada kedua perlakuan tersebut, namun masing-masing perlakuan faktor tunggal memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Terlihat pada salah satu perlakuan pada taraf α 5% baik tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, warna daun dan diameter batang sama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap dosis pupuk yang diberikan. Hal ini karena kemampuan tanaman dalam menyerap pupuk mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini nitrogen berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, apabila unsur nitrogen tersedia lebih banyak dari unsur lainnya, maka protein yang dihasilkan lebih banyak, sehingga dengan pemberian nitrogen yang tinggi maka semakin cepat sistesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Selain itu fosfor berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman agar dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal (Ali Munawar, 2011).