I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Indonesia (%) Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dukungan pemerintah terhadap pengembangan sektor pertanian sangat besar. Pemerintah terus melakukan upaya agar produksi dan kualitas pertanian serta Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian mengalami peningkatan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap total PDB nasional. Data BPS tahun 2007-2011, menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian adalah sebesar 5 persen. Namun demikian, sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Data laju pertumbuhan sembilan sektor perekonomian nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Indonesia (%) Tahun 2007-2011 Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 Pertanian 3,5 4,8 4 3 3 Pertambangan 1,9 0,7 4,5 3,6 1,4 Industri 4,7 3,7 2,2 4,7 6,2 Listrik, Gas, dan Air 10,3 10,9 14,3 5,3 4,8 Konstruksi 8,5 7,6 7,1 7 6,7 Perdagangan 8,9 6,9 1,3 8,7 9,2 Pengangkutan 14 16,6 15,8 13,4 10,7 Keuangan 8 8,2 5,2 5,7 6,8 Jasa 6,4 6,2 6,4 6 6,7 Sumber: BPS 2011 Salah satu subsektor pertanian yang telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto adalah subsektor hortikultura. Saat ini, di dalam sektor pertanian, PDB hortikultura menempati urutan ke dua setelah subsektor tanamana pangan. Data Ditjen Hortikultura 2010, kontribusi hortikultura adalah sebesar 21,17 persen terhadap total PDB pertanian diatas peternakan dan perkebunan. Sementara, subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi sebesar 40,75 persen. Subsektor hortikultura di Indonesia sangat beragam, yang terdiri atas berbagai jenis kelompok komoditas, yaitu buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Secara umum jika dilihat dari sisi kontribusi terhadap total PDB hortikultura, maka buah-buahan merupakan kelompok komoditas yang memiliki 12

kontribusi terbesar diikuti dengan kelompok sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Kontribusi PDB kelompok komoditas hortikultura dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Selain sebagai kontributor PDB pertanian yang penting, hortikultura juga merupakan salah satu produk pertanian yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini terkait dengan fungsinya sebagai sumber gizi berupa vitamin dan mineral. Aneka ragam vitamin dan mineral tersebut diperoleh dari berbagai macam produk hortikultura yang terdiri dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Table 2. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2005-2009 Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp) 2005 2006 2007 2008 2009 Buah-buahan 31.694 35.448 42.362 47.06 50.595 Sayuran 22.63 24.694 25.587 28.205 29.005 Tanaman Hias 4.662 4.734 4.741 4.96 5.348 Biofarmaka 2.806 3.762 4.105 3.853 4.109 Hortikultura 61.792 68.639 76.795 84.078 89.057 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2010 Cabai merah merupakan kelompok komoditas sayuran buah yang banyak dibudidayakan oleh petani baik secara tradisional maupun intensif di lahan sawah dataran rendah. Komoditi cabai merah termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan yang kaya akan vitamin dan mineral serta sebagai bahan obat tradisional. Komoditi cabai merah dalam bentuk segar antara lain mengandung kalori 31 kal, protein 1 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 7,3 gram, kalsium 29 mg, fosfor 24 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 470 SI, vitamin B1 0,05 mg, vitamin C 18 mg, Niacin, Capsaicin, Pektin, Pentosan, dan air (Setiadi 2008). Kebutuhan cabai merah di Indonesia sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun. Jumlah konsumsi cabai tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya, serta sebagian besar penduduk Indonesia merupakan penggemar masakan pedas. 13

Jika kebutuhan perkapita cabai merah Indonesia adalah 1,38 kg dengan jumlah penduduk tahun 2008 sekitar 220 juta orang, maka kebutuhan cabai merah Indonesia adalah 303.600.000 kg per tahun. Kebutuhan cabai yang sangat besar ini juga harus diimbangi dengan produksi cabai yang tinggi agar tidak terdapat lag, sehingga kebutuhan cabai lokal juga dapat dipenuhi oleh petani lokal tidak oleh impor, seperti pada akhir tahun 2010, dimana impor cabai dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan cabai dalam negeri. Pada Tabel 3 dapat dilihat kebutuhan masyarakat dalam mengkonsumsi cabai terutama sebagai bumbu masakan atau dalam bentuk segar untuk memberikan rasa pedas, aroma, warna maupun untuk memenuhi kebutuhan gizi. Tabel 3. Konsumsi Cabai Merah di Indonesia (Kg/Kapita/Tahun) Tahun 2003-2008 Konsumsi Per Kapita Pertumbuhan Tahun (Kg/Tahun) (%) 2007 1,35 2008 1,43 5,32 2009 1,40-1,68 Sumber : Dirjen Hortikultura 2008 Sebagai bumbu masakan, konsumsi cabai merah mengalami perubahan yang cenderung meningkat. Konsumsi tertinggi per kapita tercapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,43 kg per kapita per tahun, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 1,35 kg per kapita per tahun sehingga mengakibatkan penurunan dari tahun 2008-2009, yaitu sebesar 1,68 persen. Konsumsi yang tinggi ini mengindikasikan permintaan akan cabai merah juga cukup tinggi. Tanaman cabai merah dijumpai di seluruh Indonesia, dengan daerah produksi utama adalah di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Bila pada tahun 1997 produksi cabai merah di Indonesia sebanyak 801.545 ton, maka pada tahun 2003 produksi tersebut meningkat 75 persen. Produksi cabai merah ini terus meningkat seperti terlihat pada Tabel 4 dimana untuk tahun 2010 produksi telah mencapai 1.328.864 ton. Akan tetapi angka tertinggi yang pernah dicapai adalah pada tahun 2009

sebesar 1.378.727 ton. Meskipun demikian belum merupakan produksi maksimal yang bisa dicapai. Tabel 4. Perkembangan Produksi Cabai Merah di Indonesia Tahun 1997 2010 Tahun Cabai Tahun Cabai (Ton) (Ton) 1997 801.545 2004 1.100.514 1998 848.388 2005 1.058.023 1999 1.007.726 2006 1.185.057 2000 727.747 2007 1.128.792 2001 580.464 2008 1.153.060 2002 635.089 2009 1.378.727 2003 1.066.722 2010 1.328.864 Sumber : BPS 2011 Dari bebapa provinsi di Indonesia, provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang menghasilkan cabai merah terbesar disusul Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berikut ini Tabel 4 data luas panen, produksi, dan produktivitas cabai merah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kelangkaan cabai yang menyebabkan harga cabai tinggi di dalam negeri pada akhir tahun 2010 disebabkan oleh produksi cabai yang berkurang. Produksi cabai yang terpusat di Jawa, banyak mengalami kegagalan sehingga produksi dan pasokan cabai berkurang, baik di pasar lokal maupun pasar nasional. Terjadinya variasi atau fluktuasi produksi ini mengindikasikan bahwa usahatani cabai merha di Indonesia menghadapi risiko produksi. Tabel 5. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tahun 2009 2010 Provinsi Tahun 2009 Tahun 2010 Luas panen Produksi Produktivitas Luas panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) Jawa Barat 23212 315569 13,6 26087 245597 9,41 Jawa Tengah 40729 220929 5,42 36917 194971 5,28 Jawa Timur 59308 243562 4,11 57706 213674 3,7 Sumber: BPS 2009

Data Tabel 5 menunjukkan bahwa, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi cabai merah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai perduktivitas tertinggi baik pada tahun 2009 ataupun 2010. Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang menarik untuk diteliti, karena saat ini menjadi kebutuhan utama setelah beras. Hal ini terlihat dari nilai konsumsi cabai merah yang dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan tingginya nilai produksi cabai merah. Pada saat ini banyak wilayah di Provinsi Jawa Barat yang telah melakukan budidaya cabai merah, diantaranya adalah di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bogor. 1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra sayuran di Provinsi Jawa Barat, salah satunya adalah cabai merah. Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Sukabumi dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim basah (humid tropical climate), sehingga cocok untuk pembudidayaan cabai merah. Dari data produksi pada Tabel 6 menunjukkan bahwa, Kabupaten Sukabumi memiliki urutan keempat setelah Kabupaten Cianjur. Hal ini mengindikasikan bahwa cabai merah merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Sukabumi. Selain itu, walaupun Kabupaten Sukabumi memiliki urutan keempat, namun pada Tabel 6 menunjukkan bahwa Kabupaten Sukabumi memiliki perubahan produksi per tahun yang positif. Perubahan terbesar yang bernilai positif ini mengindikasikan bahwa produksi cabai merah di Kabupaten Sukabumi terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan serta penurunan yang relatif kecil. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan produksi cabai merah di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut. Tabel 6. Produksi Cabai Merah di Empat Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 2010 Kabupaten Produksi (Tahun/Ton) 2009 2010 Bogor 3571 2950 Sukabumi 7084 8816 Cianjur 23581 17988 Bandung 24174 20495 Garut 76803 56540 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2005, 2006, 2007

Salah satu daerah sentra sayuran di Kabupaten Sukabumi adalah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi. Desa Perbawati merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sukabumi yang memiliki luas lahan tanaman cabai terluas dan memiliki komoditas unggulan berupa cabai merah. Data Produksi cabai merah di Kecamatan Sukabumi Tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi Cabai Merah di Kecamatan Sukabumi Tahun 2008-2010 Tahun Produksi (Kwintal) 2008 4660 2009 3950 2010 4720 Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi 2011 Pada Tabel 7 menunjukkan produksi cabai merah di Kecamatan Sukabumi yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 terjadi musim hujan yang berkepanjangan serta adanya bencana alam, sehingga terjadi gagal panen cabai merah di seluruh wilayah Indonesia. Data produksi cabai merah di Desa Perbawati dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Produktivitas Cabai Merah di Desa Perbawati (Kwintal/Tahun) Tahun 2009-2012 Tahun Produktivitas (Kwintal/Tahun) 2009 20,90 2010 116,12 2011 185,80 2012 46,45 Sumber: Rata-rata Data Primer Olahan 2009-2012 Tabel 8 menunjukkan produktivitas cabai merah di Desa Perbawati tahun 2009-2012 yang mengalami fluktuasi. Data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden selama empat musim terakhir. Dari empat musim tersebut, menunjukkan bahwa produktivitas terendah terjadi pada tahun 2009 dan tertinggi pada tahun 2011. Fluktuasi produksi ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi petani di Desa Perbawati. Risiko ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal dari petani. Berikut ini pada

Tabel 9 dan Tabel 10 data mengenai luas lahan sayuran dan komoditas unggulan di enam desa di Kecamatan Sukabumi. Tabel 9. Luas Potensi Usahatani di Kecamatan Sukabumi Tahun 2012 Komoditi Luas Potensi Komoditi (Ha) Karawang Parungseah Perbawati Sudajayagirang Sukajaya Warnasari Jumlah Lahan Kering: Sayuran 25 3 100 45 5 5 183 Palawija 52 6 10 20 30 5 123 Buahbuahan - 1 10 15 - - 26 Bunga 1-1 15 2-19 Teh (rakyat) - - 5 35 - - 40 Kopi - - - 10 - - 10 Bambu 213.12 4.25 10 30.84 3.3 11.3 272.81 Jumlah 291.12 14.25 136 170.84 40.3 21.3 673.81 Sumber: BP3K Kecamatan Sukabumi 2012 Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa Desa Perbawati merupakan Desa yang memiliki komoditas unggulan sayuran di Kecamatan Sukabumi. Hal ini terlihat dari luas lahan kering untuk komoditas sayuran terbesar yaitu 100 hektar. Salah satu sayuran unggulan di Desa Perbawati adalah cabai merah. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 8. Oleh karena itu, Desa Perbaawati merupakan salah satu sentra pemasok cabai merah terbesar di Kabupaten Sukabumi dan nasional. Tabel 8. Potensi Usahatani Berdasarkan Komodias Unggulan di enam Desa Kecamatan Sukabumi Tahun 2012 Desa Komoditas Unggulan Sayuran Tanaman Hias Buah-buahan Karawang - Sedap Malam - Parungseah - - - Perbawati Tomat,Cabai Suji & Sedap Malam Pisang Ambon Sudajayagirang - Garbera, Krisan Pisang Ambon Sukaaya - Krisan & sedap malam - Warnasari - - - Sumber: BP3K Kecamatan Sukabumi 2012 Dalam menjalankan usahataninya, petani cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi menghadapi masalah-masalah yang komplek, baik masalah yang sifatnya internal maupun eksternal. Pada umumnya masalah internal yang dihadapi para petani cabai merah di Desa Perbawati,

Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi adalah masalah yang dapat dikontrol oleh petani, seperti masalah sempitnya penguasaan lahan, rendahnya penguasaan teknologi, serta lemahnya permodalan. Sedangkan masalah eksternal adalah masalah masalah yang berada di luar kontrol petani yang mencakup masalah perubahan iklim atau cuaca, serangan hama penyakit, dan harga input. Dari kondisi tersebut, pengembangan bisnis komoditi cabai merah memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Sebagaimana teori penawaran, besarnya penawaran suatu komoditi ditentukan oleh jumlah yang diproduksi. Selain aspek produksi, tingkat penawaran suatu komoditi juga dipengaruhi oleh tingkat harga (Nicholson 1991). Seperti terlihat pada Gambar 1, harga cabai merah menunjukkan peningkatan terus menerus sejak minggu ketiga Oktober 2010 dan mencapai puncaknya pada bulan juli 2010. Pada Januari 2010 harga cabai merah sebesar Rp 25.000,00 per kilogram dan harga terendah terjadi pada bulan Maret 2010 yaitu sebesar Rp 20.000,00 per kilogram. Sementara harga cabai merah tertinggi mencapai Rp 45.000,00 per kilogram, yaitu pada Juli 2010. Namun, mulai awal tahun 2011 harga cabai merah mulai berangsur naik, yaitu sebesar Rp 40.000,00 per kilogram. Peningkatan harga mulai Januari 2010 hingga Januari 2011 mencapai 95 persen. Kenaikan harga cabai merah ini disebabkan kurangnya pasokan akibat cuaca buruk, dimana sepanjang tahun 2010 terjadi musim hujan yang berkepanjangan, sehingga cabai merah rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi penawaran suatu komoditi adalah seperti harga dan ketersediaan faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obatobatan, dan tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca.

Sumber: Kementerian Bidang Perekonomian 2011 Gambar 1. Harga Eceran Cabai Merah Januari 2010 - Januari 2011 Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi cabai merah. Sebagaimana teori penawaran, tingkat penawaran suatu komoditas akan dipengaruhi oleh jumlah komoditas yang diproduksi (Nicholson 1991). Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi dan perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa tingkat risiko produksi dan sumber risiko cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi? 2. Bagaimana perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan pokok di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis tingkat risiko produksi dan sumber risiko cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi.

2. Menganalisis perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi petani cabai merah di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usaha cabai merah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis cabai merah. 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai risiko agribisnis.