BAB I PENDAHULUAN. satu program pembangunan dunia yang di kenal dengan Milenium Depelopment

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB V PEMBAHASAN. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diduga.

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi perkembangan dunia industri di Indonesia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Milenium Depelopment Goals (MDGs) telah membawa dampak positif terhadap sektor kesehatan dunia yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran isu kesehatan global, meningkatnya alokasi anggaran kesehatan, serta menyatunya arah pembangunan kesehatan. Tahun 2015 telah berlalu, maka berakhirlah salah satu program pembangunan dunia yang di kenal dengan Milenium Depelopment Goals (MDGs). Sebagai penggantinya maka diluncurkan suatu sistim pembangunan baru yang bernama Sustainable Depelopment Goals (SDGs) yang memiliki 17 Goals dan 169 target (Litbang Depkes RI, 2016). Sustainable Depelopment Goals (SDGs) diantaranya adalah goals ke 3 (tiga) yang berbunyi menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dengan 13 target yang ingin dicapai, salah satu targetnya adalah pada 2020, mengurangi setengah jumlah global kematian dan cidera akibat kecelakaan (karena tindakan tidak aman) yang terjadi di dunia kerja, khususnya ditempat-tempat yang sangat beresiko terjadi cidera bahkan kematian akibat tindakan tidak aman, misalnya di tempat-tempat berlalu lintas, industri, serta diberbagai pertambangan yang ada di negara berkembang khususnya Negara Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui (renewable) maupun yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable). Jenis kekayaan alam yang tidak dapat 1

2 diperbaharui contohnya adalah sumber daya alam berupa tambang. Banyak jenis bahan tambang yang ada di Indonesia, antara lain emas. Tidak semua daerah mempunyai potensi tambang emas. Salah satu daerah yang mempunyai potensi tambang emas adalah daerah Kabupaten Mandailing Natal (Pane, 2013). Tambang tradisional dalam skala kecil ini dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja dan seringkali menghasilkan dampak kesehatan dan resiko keselamatan yang serius bagi pekerja dan masyarakat di sekitarnya. Pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, proses penambangan emas hanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana, seperti cangkul, linggis, ganco, palu dan beberapa alat sederhana lainnya serta pemakaian APD yang tidak lengkap disamping faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman lainnya. Sehingga sangat beresiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja tambang emas tersebut. Tenaga kerja yang merupakan komponen terpenting dalam pelaksanan proyek merupakan aset yang menentukan bagi pengusaha yang harus dijaga kesehatan dan keselamatannya. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai sumber hukum dari segala sumber hukum. Sumber hukum peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berlandaskan pada pasal 27 ayat 2 UUD tahun 1945 yang dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ditinjau dari segi administrasi ternyata para penambang emas tersebut tidak memiliki izin dari pemerintah setempat. Padahal dalam ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2001, tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang

3 Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Pokok Pertambangan telah ditentukan tentang izin usaha Pertambangan Daerah ditentukan bahwa setiap kegiatan pertambangan daerah dapat dilaksanakan setelah mendapat izin usaha pertambangan. Disamping itu, UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 86 menyatakan bahwa pengusaha wajib melindungi pekerja dan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 14 mengenai kewajiban pengurus untuk melindungi pekerja dan potensi bahaya ditempat kerja. Diantaranya dengan memperhatikan potensi bahaya yang diakibatkan oleh tindakan tidak aman oleh pekerjanya sendiri. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan (Suma mur, 2013). Suatu kecelakaan tidak dapat terjadi dikarenakan oleh suatu penyebab, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya faktor yang berhubungan dengan tinadakan tidak aman yang saling berhubungan atau kombinasi dari berbagai faktor pendahulu. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya/ tindakan tidak aman di tempat kerja. Terlebihlagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan yang diakibatkan tindakan tidak aman pada pekerja dan sakit di tempat kerja (ILO, 2013). Beberapa penelitian serupa di Indonesia menemukan bahwa angka kecelakaan kerja akibat Tindakan Tidak Aman menjadi mayoritas di antara penyebab kecelakan kerja lainnya. Seperti hasil penelitian Victoria Afrianty

4 Bessie (2006) dalam Saragih (2014), yang melakukan penelitian pada dua divisi berbeda. Pada sebuah perusahaan menemukan 78,3% dari 129 responden pernah melakukan tindakan tidak Jenis tindakan tidak aman yang paling sering dilakukan adalah pekerja dengan postur janggal, yakni sebesar 19,4% dari 101 responden dan 22,8% dari 81 respnden. Berdasarkan hasil penelitian Dwi Irawati (2008), sebesar 82,4% dari 85 responden pernah melakukan tindaklan tidak 42 orang di antaranya berada pada range usia 19-23 tahun, 62 orang bekerja kurang dari 5 tahun, 50 orang memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya potensial, dan 60 di antaranya kurang mendapatkan pelatihan K3. Heinrich (1980) dalam Suma mur (2013), 88% tindakan tidak aman(unsafe act ) berkontribusi terhadap kecelakaan kerja, 10% disebabkan oleh unsafe conditions (kondisi tidak aman), dan 2% adalah anavoidable (hal yang tidak dapat di hindari). Dengan demikian, accident lebih banyak disebabkan oleh tindakan tidak aman manusia(man) yang meliputi faktor Umur, Pendidikan, Masa Kerja, Pengetahuan, pelatihan yang pernah di ikuti, serta faktor managemen berupa pemakaian APD. Secara geografis tambang emas tersebut berada di daerah perbukitan +5000 meter dari selatan permukiman penduduk desa hutabargot julu kecamatan hutabargot kabupaten mandailing natal. Diatas bukit, tambang tersebut berada di kedalaman lubang dengan kedalaman maksimalnya mencapai 1500 meter dengan diameter lubang 1-3 meter serta kedalaman lubang yang berbentuk zig-zag yang dihuni 10-17 pekerja. Disamping itu, pekerja dibagi dalam dua klompok,

5 kelompok Pertama bekerja didalam lubang mulai dari menggali tanah, memecahkan batu lalu memasukkannya kedalam karung, serta mengangkat batu dan membawanya keluar dari lubang hingga sampai kepermukaan lubang. Kelompok Kedua bekerja sebagai pengankut material tambang yang sudah sampai di permukaan lubang tambang, lalu mengantarkannya dengan cara dipundak dan jalan kaki dengan melewati jalanan berlumpur yang disertai tanjakan dan turunan bukit sejauh + 5000 meter hingga sampai ketempat penyimpanan di permukiman penduduk. Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan pada bulan Agustus (2016), dengan 2 tokoh desa dan 6 pekerja, dalam 6 (enam) bulan terakhir sudah terjadi 50 kasus kecelakaan ringan, berat, serta kematian akibat faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja, diantaranya cidera berat yang menyebabkan kecacatan permanen akibat terjatuh dan tertimpa beban karena ketidaktahuan pekerja akan tanda bahaya, skill yang kurang, masa kerja yang berlebihan pendidikan yang rendah serta usia yang semakin lanjut. Disamping itu 32 orang meninggal dunia, 15 orang diantaranya tertimbun tanah saat berada di dalam lobang pertambangan dan 17 orang lainnya terjatuh dan tertimpa beban karna ketidak tahuan pekerja akan tanda bahaya waktu mengangkat dan mengantar material tambang dari permukaan lubang (tempat penambangan) hingga sampai ketempat penyimpanan di permukiman penduduk. Berdasarkan pernyataan salah satu pekerja yang berusia 17 tahun, mengaku yang seharusnya masih duduk dibangku SMA terpaksa berhenti sekolah dan memilih bekerja sebagai penambang emas karena harus menggantikan ayahnya yang sudah

6 meninggal di usia 55 tahun karena tindakan tidak aman ayahnya disamping faktor usia yang menyebabkan kecelakaan kerja di pertambangan tersebut. Dengan demikian, sudah sepantasnyalah pemerintah lebih memperhatikan hal tersebut sebelum lebih banyak lagi yang mengalami cidera bahkan kematian akibat tindakan tidak aman oleh pekerja tersebut. Hal diatas melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk mengambil judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017. 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang disebutkan diatas, maka timbullah suatu masalah yang ingin penulis ketahui yaitu mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017. 1. 3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017.

7 1. 3. 2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan Umur dengan Tindakan tidak 2. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan Tindakan tidak 3. Untuk mengetahui hubungan Masa kerja dengan Tindakan tidak 4. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dengan Tindakan tidak 5. Untuk mengetahui hubungan Pelatihan dengan Tindakan tidak 6. Untuk mengetahui hubungan Pemakaian APD dengan Tindakan tidak 1. 4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian pekerja tambang emas agar lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja di dalam melakukan pekerjaannya. 2. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang kondisi keselamatan pekerja tambang emas. 3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tindakan tidak aman khususnya yang berkaitan dengan pertambangan emas.