BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas kajian pustaka, dalam kajian pustaka ini dibahas kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis pengembangan, secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut. 2.1 Definisi Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S. Hamijaya). Media juga dapat diartikan sebagai channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir tidak ada (McLuahan). AECT (Association of Education and Communication Technology) menyatakan media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan jenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sementara itu, Gagne dan Briggs secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. 6
2.1.1 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut (Susilana,2007) fungsi media pembelajaran dapat di tekankan beberapa hal berikut ini : 1. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 2. Sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang di harapkan. 3. Penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar. 4. Media sebagai alat hiburan,dengan demikian tidak di pekenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. 5. Untuk mempercepat proses belajar,dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat. 6. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar. 7. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir,oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme. (Sudjana,2008) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. 7
Media bermanfaat sebagai perantara guru dalam memberikan infromasi kepada peserta didik. Dengan adanya media pembelajaran, informasi yang sulit disampaikan secara lisan oleh guru dapat dituangkan atau digambarkan dengan menggunakan media. Sehingga dapat mempermudah guru dalam memberikan informasi dan mempermudah siswa dalam menerima dan memahami pembelajaran. 2.1.2 Jenis Media Pembelajaran Dalam Arsyad (2011) pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sumber belajar memiliki jenis yang bermacam-macam. Pembagian jenis dan karakteristik media pembelajaran, sebagai berikut. a. Media pembelajaran, dilihat dari sisi aspek bentuk fisik, dengan membagi jenis dan karakteristiknya, sebagai berikut: 1) Media elektronik, seperti televisi, film, radio, slide, video, VCD, DVD, LCD, Komputer, Internet, dll. 2) Media non-elektronik, seperti buku, handout, modul, diktat, media grafis, dan alat peraga. b. Ada pula yang melihat dari aspek panca indera dengan membagi menjadi tiga yaitu : 1) Media audio (dengar) 2) Media visual (melihat, termasuk media grafis) 3) Media audio-visual (dengar-melihat) c. Ada yang melihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan, yaitu: 1) Alat perangkat keras (hardware) sebagai sarana yang menampilkan pesan 2) Perangkat lunak (software), sebagai pesan atau informasi Menurut bentuk informasi yang digunakan, kita dapat memisahkan dan mengklarifikasi media penyaji dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Kemudian dapat kita teliti media ini untuk membedakan proses yang dipakai untuk menyajikan pesan, bagaimana suara dan atau gambar itu kita terima, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi. Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajiannya, kita mendapat suatu format klasifikasi yang meliputi tujuh kelompok media penyaji, yaitu (a) kelompok kesatu ; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua ; media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga ; media audio, (d) kelompok keempat ; media audio 8
visual diam, (e) kelompok kelima ; media gambar hidup/film, (f) kelompok keenam ; media televisi, dan (g) kelompok ketujuh ; multimedia. 2.1.3 Pengembangan Media Pembelajaran Pengembangan media pembelajaran dilakukan dengan dua tindakan, yaitu: 1) Rancangan Pengembangan Media Pembelajaran Dina Indriana (2011) mengemukakan bahwa dalam membuat media pembelajaran ada empat syarat, yaitu rasional yakni sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan penggunanya, ilmiah yakni sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, ekonomis yakni sesuai dengan kemampuan pembiayaan sehingga lebih hemat dan efisien, praktis yakni dapat digunakan dalam kondisi praktis di sekolah.. (Sardiman,2014) mengatakan urutan dalam mengembangkan program media dapat diutarakan sebagai berikut: a) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, b) merumuskan tujuan intruksional (instructional objective) dengan operasional dan khas, c) merumuskan butir - butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan, d) mengembangkan alat pengukur keberhasilan, e) menulis naskah media, dan f) mengadakan tes dan revisi. Kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut (Riyana,2008), sebagai berikut: pertama media harus sesuai dengan tujuan, kedua media harus sesuai dengan materi yang akan di ajarkan, ketiga dapat disesuaikan dengan karakter siswa, dan yang keempat media harus di sesuaikan dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan waktu yang tersedia. 2) Aspek Kelayakan Media Menurut Romi Satria Wahono (2006) terdapat 3 aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran yaitu: Pertama yaitu aspek rekayasa perangkat lunak : a) Efektif dan efisiensi dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran, b) Reliable (handal), c) Maintainable (dapat dipelihara / dikelola dengan mudah), d) Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya), e) Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan, 9
f) Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstal/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada), g) Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi, h) Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas,terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program), i) Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain) Kedua yaitu aspek desain pembelajaran: a) Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis), b) Relevansi tujuan pembelajaran dengan KD/Kurikulum, c) Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran, d) Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, e) Interaktivitas, f) Pemberian motivasi belajar, g) Kontekstualitas dan aktualitas, h) Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar, i) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, j) Kedalaman materi, k) Kemudahan untuk dipahami, l) Sistematis, m) Kejelasan uraian, n) Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran, o) Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi, p) Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi. Ketiga yaitu aspek komunikasi visual yaitu meliputi : a) Komunikatif b) Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan c) Sederhana dan memikat d) Audio (narasi, sound effect, backsound, musik) e) Visual (layout design, typography, warna) f) Media bergerak (animasi, movie) g) Layout (ikon) 10
2.1.4 Posisi Produk yang Dikembangkan Sebagai Media Pembelajaran Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp&Dayton). Saat ini bahan ajar cetak masih menjadi bahan ajar yang sangat baku untuk dipergunakan secara luas di sekolah-sekolah. Sebagai bagian dari media pembelajaran, bahan ajar cetak mempunyai kontribusi yang tidak sedikit dalam proses pembelajaran. Hampir sebagian besar proses pembelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan menggunakan bahan ajar cetak sebagai buku utama dalam paket bahan ajar di sekolah-sekolah karena sampai saat ini bahan ajar cetak masih merupakan media yang paling mudah diperoleh dan lebih standar dibanding program komputer (Bates) Dari sudut pembelajaran, bahan cetak lebih unggul dibanding bahan ajar jenis lain. Hal ini karena bahan ajar cetak merupakan media yang sangat canggih dalam hal mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu belajar tentang fakta dan mampu mengerti prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis. Adapun kelebihan media bahan cetak yaitu : 1. Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak. 2. Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing. 3. Dapat dipelajari kapan dan dimana saja karena mudah dibawa. 4. Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna. 5. Perbaikan/revisi mudah dilakukan. Di samping memiliki beberapa kelebihan, bahan ajar cetak pun tak luput dari kelemahan dan kekurangan. Kekurangannya antara lain adalah tidak mampu mempresentasikan gerakan, penyajian materi dalam bahan ajar cetak bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk membuat bahan ajar cetak yang bagus dan dibutuhkan kemampuan membaca yang kuat dari pembacanya (Setiawan, 2007) 2.2 Cara Pengembangan Produk Berdasarkan Teori Pengembangan Media Menurut (Setiawan, 2007) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas. 11
Langkah-langkah pengembangan media pembelajaran : 1. Menganalisis karakteristik siswa 2. Menetapkan tujuan pembelajaran 3. Pemilihan media dan sumber belajar 4. Pemilihan strategi pembelajaran 5. Pengembangan 6. Evaluasi dan revisi Proses pembuatan media ini berdasarkan tahapan model pengembangan ADDIE. Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini dilakukan secara sistemik dan sistematik. Berikut ini tahap model pengembangan ADDIE (Pribadi, 2009) : a. Tahap Analysis Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja atau performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen. Hasil analisi ini yang nantinya digunakan untuk pengembangan media berupa komik edukasi. b. Tahap Desain Pada tahap ini diperlukan adanya klarifikasi media untuk program pembelajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. c. Tahap Development Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. d. Tahap Implementation Pada tahap implementasi yang merupakan langkah realisasi desain dan pengembangan adalah melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan desain atau spesifikasi program pembelajaran. e. Tahap Evaluation Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. 12
2.3 Cara Penggunaan Media dalam Pembelajaran Media komik edukasi digunakan sebagai media pendamping dalam pembelajaran matematika materi perbandingan. Cara pembelajaran dengan bantuan buku komik edukasi adalah sebagai berikut : 1) Penyajian informasi 2) Pembelajaran menggunakan media komik 3) Pembahasan soal dalam cerita 4) Latihan soal 5) Penilaian 2.4 Kajian Hasil Penelitian Relevan Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ary Nur Wahyuningsih (2012) yang juga menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dengan sumber belajar media komik bergambar sistem saraf manusia untuk pembelajaran yang menggunakan strategi PQ4R di SMAN 1 Bojong valid, efektif dan praktis. Selain itu, media pembelajaran komik bergambar dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik dilihat dari gain score termasuk kriteria sedang, meningkatkan keaktifan peserta didik, meningkatkan minat peserta didik, dan mendapat respon positif dari siswa dan guru. Penelitian pengembangan komik edukasi tentang materi perbandingan merupakan media pembelajaran komik bergambar namun tidak menggunakan strategi PQ4R. 2.5 Kerangka Pikir Sesuai tuntutan pendidikan abad ke-21 manajemen pendidikan dituntut untuk modern dan profesional. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Sekarang ini banyak media pembelajaran berbantuan komputer dalam pelajaran, salah satunya untuk pembelajaran matematika. Menurut Rusman (2012: 160) media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan untuk keperluan pembelajaran, dan juga sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran. Mata pelajaran matematika diajarkan pada semua jenjang pendidikan dari taman kanak kanak sampai jenjang perguruan tinggi. Matematika perlu diajarkan karena pelajaran ini melatih siswa untuk berfikir secara logis, analitis, istematis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama. Namun pada kenyataannya sampai saat ini mata pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang dirasa sulit oleh siswa. Fakta dari kurangnya inovasi pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan membuat materi pelajaran tidak tersampaikan dengan baik. Penggunaan media akan mempermudah siswa memahami 13
pembelajaran matematika, karena pembelajaran menggunakan media dapat didesain menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan sehingga siswa tidak cepat bosan, dan dapat memotivasi serta merangsang siswa untuk semngat dalam belajar, hal ini mendudkung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan analisis permasalahan yang sudah dilakukan, penulis melakukan pengembangan media pembelajaran berupa komik edukasi. Penelitian ini bertujuan unuk menghasilkan media pembelajaran matematika berbasis komik edukasi pada materi perbandingan untuk siswa kelas V SD. Penelitian ini menggunakan model desain pembelajaran ADDIE (analysis, desain, development, implementation and evaluation). Permasalahan Penggunaan media yang kurang menarik dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa rendah Hasil Observasi Validasi desain untuk mendapat media yang valid Pembuatan produk komik edukasi Perlu pengembangan media pembelajaran yang menarik minat belajar siswa yaitu komik edukasi Uji coba produk Produk komik edukasi yang valid Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 14
2.6 Hipotesis Pengembangan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis komik edukasi untuk SD/MI kelas V materi perbandingan. 2. Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis komik edukasi untuk SD/MI kelas V materi perbandingan valid. 3. Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis komik edukasi untuk SD/MI kelas V materi perbandingan efektif. 15