Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) SMP Negeri 3 Wanayasa, Banjarnegara Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Focus Group Discusion (FGD) dengan Media Kartu. Subyek Penelitian ini berjumlah 31 siswa dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan cara : observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS Terpadu pada Materi Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial. Saran yang diberikan yaitu pelaksanaan penelitian baru sampai siklus II, peneliti selanjutnya dapat menambah siklus untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Hasil Belajar; Kartu; Model Focus Group Discusion (FGD); Motivasi Belajar PENDAHULUAN Saat ini bagi Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Wanayasa Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 31 siswa dengan perincian laki-laki 19 orang dan perempuan 12 orang. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil kondisi awal pada Materi Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial, KD 6.1. Mendeskripsikan Pranata Sosial dalam Kehidupan Masyarakat, menunjukkan motivasi dan hasil belajar yang rendah. Dari 31 siswa, diketahui 19 siswa (61,29%) yang berhasil mencapai KKM 75. Sisanya 12 siswa (38,87%) belum berhasil mencapai KKM 75. Artinya 38,87% siswa kelas VIII A mengalami masalah atau kesulitan dalam pembelajaran. Keadaan seperti ini bisa mempengaruhi proses pembelajaran IPS Terpadu pada Materi Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial, ke arah yang tidak menguntungkan pembelajaran. Keadaan ini menuntut guru untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Maka harus dicari solusinya agar motivasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik secara individu maupun klasikal. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada Materi Memahami Pranata dan Penyimpangan Sosial adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu. Masalah yang harus segera dicarikan solusinya adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian pada masalah tersebut karena kedua masalah saling terkait satu sama lain. Motivasi belajar akan berbanding lurus dengan hasil belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi, sulit untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa permasalahan yang dialami adalah pada rendahnya motivasi dan hasil belajar. 1
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yaitu menggunakan jenis penelitian tindakan kelas ( Classroom Actioan Research ). Pelaksanaan penelitiannya dilakukan secara siklus berulang di mana banyaknya siklus pada penelitian tindakan kelas (PTK) tergantung pada permasalahan yang perlu dipecahkan. Pelaksanaannya terdiri dari empat komponen, yaitu: a) Planning atau membuat perencanaan, b) Acting atau melaksanakan tindakan, c) Observing atau melakukan pengamatan, d) Reflecting atau mengadakan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Subyek Penelitian ini berjumlah 31 siswa dengan perincian laki-laki 19 orang dan perempuan 12 orang. SMP Negeri 3 Wanayasa merupakan tempat di mana peneliti mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini analisis data menggunakan : a. Analisis Data Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar dengan analisis statistik deskriptif untuk membandingkan rata-rata hasil tes dengan indikator kinerja, maka digunakan teknik analisis kecenderungan nilai tengah (Central tendency) yaitu mencari nilai rata-rata. Nilai rata-rata = Jumlah nilai seluruh siswa Jumlah siswa b. Analisis Data Pengamatan Analisis data pengamatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menghitung skor yang diperoleh siswa dengan lembar pengamatan. 2) Menghitung kemampuan motivasi belajar siswa dengan rumus : Kemampuan Motivasi belajar siswa = jumlah aspek yang muncul dari 10 aspek pengamatan. Jumlah aspek pengamatan motivasi belajar siswa sebanyak 10 butir pernyataan, hal ini diasumsikan jika siswa mendapatkan skor 10 20, maka motivasi belajar siswa siswa kategori rendah. Jika skor 21 30, maka kemampuan motivasi belajar siswa siswa kategori sedang. Jika skor 31 40, maka kemampuan motivasi belajar siswa siswa kategori tinggi. c. Analisis Dokumentasi Dokumentasi untuk kemampuan awal menggunakan data nilai ulangan harian pokok bahasan Bentuk bentuk Hubungan Sosial, serta Faktor Pendorong dan Penghambatnya. Tes hasil belajar dengan analisis statistik deskriptif untuk membandingkan rata-rata hasil tes dengan indikator kinerja. Untuk itu digunakan teknis analisis kecenderungan nilai tengah, yaitu mencari nilai rata-rata (mean) atau jumlah nilai seluruh siswa dibagi jumlah siswa. Ketuntasan belajar individu menggunakan kriteria ketuntasan minimal sebesar 75, ketuntasan klasikal 85%. Untuk menghitung ketuntasan klasikal dengan rumus jumlah siswa tuntas dibagi jumlah siswa dikali seratus prosen. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan Tiap dan Antar Pembahasan Siklus I Pada saat Pra siklus, peneliti mendapatkan kenyataan bahwa anak anak tidak menunjukkan motivasi seperti yang diharapkan. Sehingga pembelajaran cenderung monoton. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengamatan oleh kolaborator. Kenyataan ini berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa. Pada siklus I ini, guru melakukan tindakan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dengan memperhatikan situasi dan kondisi siswa dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang 2 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
sudah ditentukan. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan untuk mengamati selama proses pembelajaran berlangsung dibantu oleh teman sejawat atau kolaborator. Dari data motivasi belajar siswa menunjukkan peningkatan motivasi dari 24,66% pada Pra Siklus (kategori sedang) meningkat menjadi 29,06% pada Siklus I. Pada kategori sedang meningkat lagi menjadi 33,47% dengan kategori tinggi. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Focus Group Discusion (FGD) menunjukkan peningkatan dari motivasi belajar dari Pra Siklus ke Siklus I, Table 1. Deskripsi Hasil Perhitungan aspek Hasil Belajar Siswa secara Klasikal dalam Proses Pembelajaran Pra Siklus dan Siklus I No Uraian Pra Siklus Siklus I 1 Rerata 76,33 79,16 2 Nilai tertinggi 87,69 89,23 3 Nilai terendah 66,15 72,31 4 Rentang nilai 21,54 16,92 5 Modus 78,46 80,00 Dari tabel dan gambar di atas juga dapat dilihat bahwa nilai rerata nilai ulangan harian pada Pra Siklus sebesar 76,33, pada Siklus I sebesar 79,16. Berarti setelah tindakan mengalami kenaikan nilai rerata dibandingkan sebelum tindakan. Untuk nilai tertinggi pada Pra Siklus 87,69, pada Siklus I 89,23. Table 2. Deskripsi Presentasi Ketuntasan Belajar secara Klasikal Kategori Ketuntasan Skor Pra Siklus Siklus I Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % Tuntas 75 19 29 25 80,65 Tidak tuntas 74 12 38,87 6 19,35 Ketuntasan belajar pada Pra Siklus sebesar 61,29%, pada Siklus I naik menjadi 80,65%, Ini berarti secara keseluruhan pembelajaran dengan nilai rerata, nilai tertinggi, nilai terendah dan ketuntasan pembelajaran dengan menerapkan metode Focus Group Discusion (FGD) dapat meningkatkan hasil belajar. Pembahasan Siklus II Dari data motivasi belajar siswa menunjukkan peningkatan motivasi dari 24,66% pada Pra Siklus dengan kategori sedang meningkat menjadi 29,06%. Pada Siklus I dengan kategori masih sedang dan meningkat lagi menjadi 33,47% dengan kategori tinggi. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Focus Group Discusion (FGD) menunjukkan peningkatan dari motivasi belajar dari Siklus I ke Siklus II. Dari data hasil beljar juga dapat dilihat bahwa nilai rerata nilai ulangan harian pada Siklus I sebesar 79,16 pada Siklus II sebesar 81,84. Berarti setelah tindakan mengalami kenaikan nilai rerata dibandingkan sebelum tindakan. Untuk nilai tertinggi pada Siklus I 89,23, dan pada Siklus II nilai tertinggi naik menjadi sebesar 92,31. Sedangkan untuk nilai terendah pada Pra Siklus sebesar 66,15, pada Siklus I sebesar 72,31, pada Siklus II meningkat menjadi 73,85. Ketuntasan belajar pada Siklus I naik menjadi 80,65%, pada Siklus II naik menjadi 93,35%. Ini berarti secara keseluruhan pembelajaran dengan nilai rerata, nilai tertinggi, nilai terendah dan 3
ketuntasan pembelajaran dengan menerapkan metode Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu dapat meningkatkan hasil belajar. Pembahasan Antarsiklus Gambaran hasil belajar dan proses pembelajaran pada Standar Kompetansi 6, yaitu Memahami Pranata dan penyimpangan sosial dengan menerapkan model Focus Group Discusion (FGD) sebagai berikut : Pada keadaan Pra Siklus, proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Pembelajaran pada Siklus I mulai dilaksanakan dengan menerapkan model Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu. Demikian pula pada Siklus II. Pada Siklus I pembentukan kelompok dibuat berdasarkan hasil ulangan harian Pra Siklus, pembentukan kelompok pada Siklus II dibuat berdasarkan hasil ulangan harian Siklus I. Pembagian kelompok yang demikian agar penyebaran siswa yang mempunyai kemampuan akademik menjadi lebih merata. Siswa yang berkemampuan akademik tinggi dan berkemampuan akademik rendah tidak mengelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang pandai akan bisa menjadi tutor sebaya, Mereka akan berenang dan tenggelam bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran, baik secara individu kelompok. Anita Lie dalam Rumiyati ( 2011:78), menyatakan bahwa : Peneliti dan guru memberikan motivasi agar siswa aktif berdiskusi karena hasil pemikiran beberapa siswa lebih baik daripada pemikiran satu siswa saja. Dibandingkan dengan Pra Siklus, pembelajaran pada Siklus I terjadi kenaikan baik dalam motivasi maupun hasil belajar. Ternyata pada Siklus II terjadi kenaikan pula dalam proses maupun hasil belajar dibanding pada Siklus I. Hasil penelitian pada Pra Siklus sampai dengan Siklus II dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3. Deskripsi Hasil Perhitungan Tiap Aspek Motivasi Belajar Secara Klasikal dalam Proses Pembelajaran Pra Siklus s/d Siklus II No Aspek yang Dinilai Pertemuan 1 Kehadiran dalam pembelajaran 66,94 73,39 83,06 2 Kedisiplinan dalam pembelajaran kelompok 62,90 71,77 82,26 3 Minat mengikuti proses pembelajaran 61,29 71,77 80,65 4 Semangat dalam belajar 6613 68,55 79,84 5 Keinginan untuk berprestasi 63,71 70,97 79,84 6 Komitmen dalam belajar 56,45 67,74 79,84 7 Semangat dalam diskusi kelompok 69,35 70,16 81,45 8 Tekun dalam memecahkan masalah 60,48 71,77 79,03 9 Ulet dalam menghadapi kesulitan 60,48 69,35 80,65 10 Dapat mempertahankan pendapatnya 66,94 72,58 79,84 Jumlah / Rerata 63,47 70,81 80,65 Gambaran perbandingan hasil motivasi belajar siswa antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II disajikan dalam bentuk tabel untuk menentukan besaran dan persentase peningkatannya, serta menafsirkan data dan menyimpulkannya. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa proses pembelajaran Materi Memahami pranata dan penyimpangan sosial, KD : 6.2. s.d 6.3. bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Wanayasa semester genap tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran FGD dengan media kartu menunjukkan peningkatan dari Pra Siklus ke Siklus I, dan ke Siklus II. 4 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Dibandingkan dengan Pra Siklus, pembelajaran pada Siklus I terjadi kenaikan baik dalam motivasi maupun hasil belajar. Ternyata pada Siklus II terjadi kenaikan proses maupun hasil belajar dibanding pada Siklus I dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4. Deskripsi Hasil Belajar Pra Siklus s/d Siklus II No Uraian 1 Rerata 76,33 79,16 81,84 2 Nilai tertinggi 87,69 89,23 92,31 3 Nilai terendah 66,15 72,31 73,85 4 Rentang nilai 21,54 16,92 18,46 5 Modus 78,46 80,00 81,54 Tabel 5. Deskripsi Persentase ketuntasan Belajar Pra Siklus s/d dan Siklus II Kategori Ketuntasan Skor Jml Siswa % Jml Siswa % Jml Siswa % Tuntas 75 19 29 25 80,65 29 93,35 Tidak tuntas 74 12 38,87 6 19,35 2 6,45 Bila dibuat grafik seperti berikut ini : Deskripsi Nilai Ulangan Hari Pra Siklus s/d Siklus II Rerata Tertinggi Terendah Rentang Modus Tuntas Tidak Tuntas 87.69 89.23 92.31 76.33 78.46 79.16 80 81.84 81.54 72.31 73.85 66.15 21.5419 12 29 16.9215 18.46 6 2 Dari tabel dan gambar di atas juga dapat dilihat bahwa nilai rerata nilai ulangan harian pada Pra Siklus sebesar 76,33, pada Siklus I sebesar 79,16 pada Siklus II sebesar 81,84. Berarti setelah tindakan mengalami kenaikan nilai rerata dibandingkan sebelum tindakan. Untuk nilai tertinggi pada Pra Siklus 87,69, pada Siklus I 89,23, dan pada Siklus II nilai tertinggi naik menjadi sebesar 92,31. Sedangkan untuk nilai terendah pada Pra Siklus sebesar 66,15, pada Siklus I sebesar 72,31, pada Siklus II meningkat menjadi 73,85. Ketuntasan belajar pada Pra Siklus sebesar 61,29%, pada Siklus I naik menjadi 80,65%, pada Siklus II naik menjadi 93,35%. Ini berarti secara keseluruhan pembelajaran dengan nilai rerata, nilai 5
tertinggi, nilai terendah dan ketuntasan pembelajaran dengan menerapkan metode Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu dapat meningkatkan hasil belajar. Tabel 6. Deskripsi Hasil Belajar Pra Siklus s.d Siklus II Ulangan Harian : Nilai Tertinggi = 87,69 Nilai Terendah = 66,15 Rerata = 76,33 Tuntas Belajar = 19 siswa Tidak Tuntas Belajar = 12 siswa Ulangan Harian : Nilai Tertinggi = 89,23 Nilai Terendah = 72,31 Rerata = 79,16 Tuntas Belajar = 25 siswa Tidak Tuntas Belajar = 6 siswa Ulangan Harian : Nilai Tertinggi = 92,31 Nilai Terendah = 73,85 Rerata = 81,84 Tuntas Belajar = 29 siswa Tidak Tuntas Belajar = 2 siswa Garis besar hasil tindakan Pra Siklus sebelum dilakukan tindakan sampai dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran Dari Pra Siklus sampai kondisi akhir (Siklus II), terjadi peningkatan motivasi belajar dari 24,66% dalam kategori sedang menjadi 33,47% dalam kategori tinggi, atau meningkat 8,81%. 2. Hasil belajar Dari Pra Siklus sampai kondisi akhir (Siklus II), terjadi peningkatan hasil belajar dari 61,29% menjadi 93,35% atau meningkat 32,06%. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu pada Materi Memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan menerapkan model pembelajaran Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar IPS Terpadu bagi siswa. Peningkatan motivasi belajar siswa secara klasikal rata-rata mencapai 33,47%. 2. Pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu pada Materi Memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan menerapkan model pembelajaran Focus Group Discusion (FGD) dengan media kartu terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan rata-rata skor dari 76,33 pada pra siklus menjadi 79,16 pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 81,84 atau naik secara keseluruhan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar 7,22%. Ketuntasan belajar juga naik yaitu dari 61,29% pada pra siklus menjadi 80,65% pada siklus I, dan meningkat menjadi 93,35% pada siklus II atau naik secara keseluruhan dari kondisi awal hingga siklus II sebesar 32,06%. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsismi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsismi. 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Bumi Aksara Blomm, A.Z, 2007, Model-Model Mengajar, Bandung, CV Diponegoro Sardiman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta Rineka Cipta. Subroto, S. 2002, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta PT Ardi Mahatya 7