PELUANG BISNIS : BUDIDAYA CACING ANGGI SIGIT KURNIAWAN 10.11.3680 S1TI - 2B Kampus Terpadu : Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Telp: (0274) 884201-207 Fax: (0274) 884208 Kodepos: 55283 E-Mail: amikom@amikom.ac.id
PENJELASAN SINGKAT Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapat respon yang besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkan karena besarnya permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksi cacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil yang besar dengan penanganan yang baik. Binatang ini mengandung gizi tinggi antara lain : Protein 64-76, lemak 7-10 %, energi 900-1400 kal serta mineral,air dan asam amino paling lengkap. Untuk memenuhinya cacing dapat dibudidayakan dengan membuat kotak dari kayu,plastik,atau kaca. sebagai media hidup bagi cacing adalah campuran kompos dengan beberapa bahan organik (limbah pertanian,limbah pasar). Masukkan bahan tersebut sampai 15 cm kemudian air secukupnya agar medianya gembur dan basah. Aduk merata hingga terjadi fermentasi. Setelah 4 minggu masukkan kotoran hewan dengan perbandingan 70% media hidup dan 30% kotoran hewan.kapur ditambahkan 1 % supaya PH netral.kemudian masukkan cacing tanah ke dalamnya seberat media hidup yang telah disediakan. Supaya tidak kekeringan permukaan media dilapisi plastik, karung atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.makanan yang dibutuhkan cacing adalah kotoran hewan,baik sapi, kambing ataupun ayam dalam bentuk bubuk atau bubur seberat cacing yang dimasukkan ke dalam kotak pemeliharaan. Hama yang diwaspadai : semut,kumbang,burung,kelabang,lipan, ayam,itik,tikus,katak,tupai,angsa,lintah, dan kutu. Setelah 2,5-3 bulan cacing sudah mulai bisa dipanen ditandai banyaknya kascing (kotoran cacing) dan kokon (kumpulan telur cacing). Sebagian cacing dewasa sebaiknya digunakan menjadi bibit. Untuk penjelasan lebih lanjut lihat artikel di halaman berikutnya.
SEJARAH SINGKAT Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. Jenis cacing tanah yang diternak antara lain : Lumbricus Rubellus Eisenia Feotida/Cacaing Harimau Cacing Perionix/Cacing Biru Cacing Afrika Namun yang paling banyak dilakukan oleh peternak cacing adalah menernakan cacing jenis Lumbricus Rubellus, karena perkembangannya paling cepat. Jinis ini termasuk yang paling mudah perawatannya dan tidak gampamg stress jika kebanyakan air, panas maupun cahaya. Persiapan Kandang Cacing tanah bias hidup pada suhu udara 19 derajat celcius dan bias diternakan di semua daerah dengan kelembaban dengan optimal untuk pertumbuhan dan perkemabangbiakan cacing tanah antara 15-30%. Hal pertama yang harus dilakukan dalam ternak cacing adalah pembuatan kandang dari bahan bamboo, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Kandang cacing ukuran 150 x 40 x 50 cm yang didalamnya dibuat rak-rak bertingkat, berupa rak kayu atau rak plastic sebagai media ternak cacing. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka), Model rak yang digunakan antara lain : rak dari bak plastic, kotak bertumpuk, rak pancing bertingkat atau rak pancing berjajar (rak pancing adalah rak yang berbahan terpal yang disusun bertingkat atau berjajar). Pemilihan Indukan Cacing Pilih indukan cacing untuk bibit berumur ±2-3 bulan dengan ciri indukan yang sehat antara lain cacing dewasa yang sudah memiliki gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan, tidak bau dan kelihatan segar. Masukkan bibit kedalam media tumbuh cacing berupa kotoran ternak sapi yang sudah diendapkan ±2 minggu. Kotoran sapi sangat bagus untuk pertumbuhan berat badan dan perkembangbiakan cacing Lumbricus Rubellus. Masukan 1 kg cacing pada satu bak dari bahan kotak kayu atau wadah yang terbuat dari plastic maupun terpal dicampur 1 kg serbuk gergaji yang telah direndam dalam air untuk menghilangkan getah dan bau bibit cacing serta 3 kg kotoran sapi yang sudah diendapkan atau sudah menghitam.
Pakan diberikan setiap hari berupa ampas tahu atau ampas aren, kotoran sapi yang masih dalam kondisi segar atau masih berwarna hijau, kompos dari sampah pasar dan sampah organic rumah tangga. Perbandingan antara pakan, dan media (kotoran sapi diendapkan ) 1:3. Dalam jangka waktu dua minggu cacing tersebut akan bertelur. Selanjutnya 7-10 hari masingmasing cacing menghasilkan 1 buah kotoran, kotoran berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon mengandung 2-20 telur tetapi yang dapat hidup rata-rata sekitar 4 ekor. Telur yang matang akan terlihat kekuningan, dan sebaiknya dipisahkan antara cacing induk dengan telurnya. Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat penerangan karena cacing sangat sensitive terhadap cahaya, sehingga cacing akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing dengan medianya. Selain itu untuk proses yang lebih ekonomis dengan cara membalikan media lalu angkat indukan cacing dan dipindahkan ke media baru untuk diternakan lagi. Untuk telur cacing yang tertinggal di media diberi pakan lagi hingga telur menetas. Setelah 1 bulan telur tersebut akan menetas menjdai anak cacing, kemudian setelah 2 minggu pisahkan anak cacing tersebut ke media baru. Media bekas anak cacing tersebut bisa dibuat menjadi pupuk kascing. Jadi selama ± 3 bulan akan dihasilkan 4 kg cacing siap jual dari 1 kg indukan. Lakukan penggantian media dalam jangka waktu 2 minggu selama masa pemeliharaan karena hal tersebut sangat penting untuk meningkatkan produktivitasnya. Masa produktivitas indukan cacing paling lama 40 hari dengan fase bertelur 2 sampai 3 kali, terhitung setelah dewasa (siap bertelur), atau usia sekitar 2 bulan. Hama Penyakit Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah, Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu, dan lain-lain. Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak, yang diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara di sekitar media diberi air cukup atau dilumuri oli dan minyak di bagian kaki-kaki rak dan pada media cacing. Panen Tampung cacing yang sudah berumur 3 bulan dikotak/wadah kayu/plastic yang berisi media (seperti campuran media pemeliharaan tetapi kapasitasnya lebih sedikit). Cacing terlebih dahulu didiamkan di penampuangan selama minimal 2 hari, kemudian cacing hidup di-pack sesuai standar dan siap untuk dikirimkan. Packaging yang digunakan berupa kotak/wadah yang terbuat dari kayu atau plastic yang diberi sekat dan lubang atau keranjang berlubang yang terbuat dari plastic sehingga cacing dapat tahan selama 5 hari.
DAFTAR PUSTAKA Business Online or Ofline, Franchise, Computer, Handphone : Peluangusahauntukanda.blogspot.com Lumbricus sp : Pt-sar.com Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas Editor: Kemal Prihatman Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829, Fax. 021 390 9829 Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id PT. LUMSIFA INDONESIA MANDIRI