BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

FIQH IBADAH; PENGERTIAN FIQH, IBADAH, DASAR, PRINSIP-PRINSIP DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM. Oleh: Nilna Fauza, M.HI.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dipaparkan; a) Latar belakang masalah, b) Identifikasi

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu adanya interaksi antara peserta didik dan guru. Keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang. dimasukkan dalam setiap kurikulum formal dan tingkat dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah (ا : ا)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan permasalahan peserta didik pada proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-nya dalam Al Quran surat Az

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 1892, hlm.1

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB IV ANALISIS HAID TIDAK TERATUR SEBAGAI AKIBAT DARI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP IBADAH DI DESA SEKURO KECAMATAN MLONGGO

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika.

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

Bab 8. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah dalam bahasa Arab, kata ibadah berarti pengabdian, dalam rangka mengagugkan Allah. Definisi lain diajukan oleh ulama

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

Bab 3 Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kompetensi Bertema Ibadah Membangun Akhlak Mulia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga pendidik/ tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah mengajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat begitu juga dengan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis penelitian mengenai konsep tujuan pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

PANDUAN UJIAN PRAKTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KURIKULUM TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar merupakan hasil yang ditunjukkan seorang siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar seorang siswa biasanya ditunjukkan dengan angka dan nilai sebagai laporan hasil belajar siswa kepada orang tuanya. Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa pengamalan ibadah seorang siswa tidak serta merta ditentukan oleh tinggi rendahnya prestasi belajar atau nilai mata pelajaran yang tercantum dalam raport. Tidak menutup kemungkinan bahwa siswa yang memiliki prestasi belajar baik juga memiliki kualitas pengamalan ibadah yang baik pula atau sebaliknya. Dilema ini juga tidak mengherankan sebab untuk Pendidikan Agama Islam lebih khusus mata pelajaran fikih adalah mata pelajaran amaliyah (praktek). Pada dasarnya keberhasilan pembelajaran Fikih tidak hanya pada level pengembangan kognitif siswa semata, melainkan tentang wawasan keagamaan yang didapat bisa menjiwai kepribadian siswa dan diwujudkan dengan mengamalkannya dalam bentuk ibadah di dalam kehidupan seharihari. 1

2 Fikih menurut bahasa bermakna tahu dan paham. Sedangkan menurut istilah ialah ilmu syari at. 1 Apabila dikatakan hukum syari at maksudnya adalah hukum-hukum fikih yang berpautan dengan masalah-masalah amaliyah, yang dikerjakan oleh para umat Islam sehari-hari, termasuk siswa-siswa madrasah khususnya. Oleh karena itu belajar ilmu fikih penting bagi para pelajar Islam. Selain mempelajari ilmu fikih, siswa diharapkan dapat mempraktikkan ilmu-ilmu fikih yang telah dipelajari dari bangku sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Maka sudah selayaknya apabila dalam mata pelajaran fikih terdapat praktik-praktik ibadah seperti wudhu, shalat, tayamum dan lain sebagainya. Para guru menggunakan praktik untuk proses evaluasi, hal ini dikarenakan indikator-indikator fikih lebih kepada pelaksanaannya tidak hanya dalam penguasaan teori. Nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain. 2 Dalam mata pelajaran fikih juga terdapat hal-hal yang harus dilaksanakan dan hal-hal yang harus ditinggalkan. Hal ini membantu manusia untuk hidup dengan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang 1 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm. 15. 2 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42.

3 terdapat di dalam fikih, baik hubungan antara mahluk dengan mahluk dan antara mahluk dengan tuhannya. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain. 3 Maka belajar tidak hanya menuntut dalam hal teori saja namun juga dalam hal pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam syariat Islam terdapat rukun Islam yang harus dikerjakan bagi setiap muslim. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua dari lima rukun Islam. Sebagai seorang hamba Allah, sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam. Ibadah shalat adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang merupakan komunikasi langsung antara hamba dengan Tuhannya. Tujuan shalat dapat mempengaruhi perbuatan serta membentuk pribadi pribadi muslim yang sempurna. Jika shalatnya dilaksanakan dengan penuh khusyu dan tuma ninah serta dihayati semata-mata untuk menyembah Allah SWT, maka insya Allah akan menumbuhkan perbuatan-perbuatan yang baik dan menjadikan manusia yang berbudi luhur. 3 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014), hlm. 197.

4 Menggunakan sebagian besar waktu untuk bermain bagi kebanyakan anak usia sekolah adalah hal yang wajar dan biasa. Apalagi di zaman sekarang, di mana terdapat berbagai macam jenis dan sarana bermain mulai dari yang tradisional sampai yang modern. Namun hal itu akan menjadi tidak baik manakala anak itu keasyikan dalam bermain sehingga menjadi lupa diri, lupa terhadap kewajibannya sebagai anak usia sekolah yaitu belajar, dan lupa terhadap kewajibannya melaksanakan ibadah shalat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Adz-Dzariyat: 56 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. 4 (Q.S. Adz-Dzariyat/ 51: 56). Sesungguhnya manusia itu dituntut untuk selalu mengabdi kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan ibadah sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi dan sebagai bukti penghambaan diri kepada-nya, di mana Islam telah mengatur ibadah melalui dua bentuk yaitu ibadah mahdhoh dan ghairu mahdhoh. Ibadah mahdhoh adalah bentuk pengabdian langsung seorang hamba kepada Allah SWT secara vertikal. Di antara ibadah mahdhoh yang terpenting meliputi shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah horisontal 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul Ali-Art, 2004), hlm. 524.

5 (sosial) yang berhubungan dengan sesama makhluk atau lingkungan. 5 Mengingat pentingnya shalat itu diajarkan, maka perlu ditanamkan pada siwa sejak dini agar menjadi kebiasaan. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Tugas seorang guru tidak hanya mengajarkna teori saja, namun juga dalam mempraktikkannya dan menjadi tauladan yang baik untuk anak didiknya. Pembelajaran fikih diantaranya mengajarkan tentang materi shalat, tentunya diharapkan hasil dari pembelajaran fikih siswa dapat memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pembelajaran mata pelajaran fikih dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi prestasi belajar siswa maka akan semakin baik pula pemahaman dan pengetahuan siswa tentang pengamalan ibadah dengan baik dan benar sesuai tuntunan agama Islam. Melalui pengetahuan dan pemahaman siswa itu diharapkan siswa mau mengaplikasikannya dalam ibadah sehari-hari. Dengan demikian prestasi belajar fikih siswa berpengaruh terhadap pengamalan ibadahnya. Idealnya adalah siswa yang memiliki nilai baik dalam mata pelajaran Fikih seharusnya juga aktif dalam pengamalan ibadahnya. hlm. 83. 5 Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Bima Sejati, 2000),

6 Jika prestasi belajar fikih siswa tinggi, maka hal tersebut akan menjadi kekuatan bagi siswa untuk melaksanakan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Prestasi belajar atau nilai yang tinggi dapat mempengaruhi minat dan semangat yang tinggi untuk mengerjakan shalat karena antara nilai yang tinggi dan semangat untuk melaksanakan shalat ada kaitan yang erat. Idealnya siswa yang mempunyai prestasi belajar mata pelajaran fiqih tinggi, ia akan berusaha untuk bisa melakukan sholat dengan baik dan benar misalnya dengan cara membaca melihat, mengamati maupun menirukan secara terus menerus sampai ia merasa bisa melakukan dengan baik dan benar. Jadi siswa yang mempunyai prestasi belajar mata pelajaran fiqih yang tinggi maka ia akan semakin mampu melaksanakan sholat fardhu dengan baik dan benar. Jadi asumsi penulis bahwa prestasi belajar fikih berperan dalam pelaksanaan shalat siswa. Siswa yang memiliki nilai tinggi, dalam melaksanakan shalat pun akan tekun dan tepat waktu. Maka dari itu kualitas belajar dapat diwujudkan sehingga hasil dan penerapannya dapat tercapai. Dengan demikin tujuan bidang studi fikih akan tercapai dengan maksimal. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Prestasi Belajar Fikih terhadap pelaksanaan Shalat Siswa Kelas V di SD Islam Al Madina Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prestasi belajar fikih siswa kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana pelaksanaan shalat siswa kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana pengaruh prestasi belajar fikih terhadap pelaksanaan shalat siswa kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran fikih. b. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah shalat siswa kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016. c. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar fikih terhadap pelaksanaan shalat siswa Kelas V di SD Islam Al Madina Semarang tahun pelajaran 2015/2016.

8 2. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. a. Secara teoritis Memberikan masukan dan informasi secara teoritik pengaruh prestasi belajar dan pelaksanaan ibadah shalat siswa. b. Secara praktis 1. Bagi guru Dapat membantu memberikan bimbingan belajar, terutama berkaitan dengan cara mengajar agar prestasi belajar fikih yang telah dicapai dapat lebih meningkat dan memuaskan serta dalam pengaplikasiannya dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari 2. Bagi siswa Diharapkan siswa dapat memanfaatkan layanan pembelajaran yang diberikan oleh guru, karena layanan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajar fikih dan pengamalan shalat siswa. 3. Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi guru dalam menentukan kebijakan, terutama

9 yang berkaitan dengan layanan bimbingan pembelajaran dari orang tua yang dapat meningkatkan prestasi belajar fikih siswa. 4. Bagi peneliti Menambah pengalaman dan pengeta-huan, karena diperoleh teori-teori baru yang diharapkan mendukung teori prestasi belajar dan pengamalan shalat siswa yang telah ada.