BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya pertolongan yang aman untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil sebagai program prioritas pemerintah (Kaplan & Saddock, 2007). Departemen Kesehatan (DepKes) menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. Untuk mewujudkan hal ini, Depkes menggalakkan program Making Pregnancy Saver (MPS) dengan program antara lain Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Persalinan merupakan pengalaman yang baru pertama kali di alami, rasa cemas juga timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang tidak aman untuk dirinya dan bayinya (Bobak, Jensen & Lowdermilk, 2004). Persalinan adalah proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak di kelola dengan tepat dapat terjadi abnormal. Persalinan merupakan pengalaman yang sangat mendalam, yang membawa suatu arti yang bermakna bagi perempuan (Dyah, 2012). Proses seringkali mengakibatkan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi ibu hamil yang salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang diungkapkan Sarafino, 2006 bahwa kecemasan merupakan perasaan yang paling umum 1
2 dialami oleh ibu hamil menjelang. Kecemasan yang sering terjadi adalah apabila ibu hamil menjelang yang mengancam jiwanya sebagian besar berfokus pada hubungan antara kecemasan, dalam proses kelahiran atau masa perawatan dan penyembuhan (Stuart dan Sundeen, 2008). Kecemasan yang di rasakan oleh wanita bersalin akan berdampak pada janin yang di kandungnya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Menurut Stanley dan Oberta Lestariningsih, 2005 ibu hamil yang sering kali merasa khawatir bahkan stres memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi prematur. Ibu hamil yang mengalami kecemasan atau stres maka detak jantung akan meningkat, dan dia akan melahirkan bayi prematur atau lebih kecil dari bayi normal lainnya bahkan mengalami keguguran (Arief, 2008). Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan suatu rasa yang tidak terekspresikan karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi, cemas sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu dalam menghadapi yang meliputi faktor pengetahuan. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku di dasari oleh pengetahuan di mana seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak di ketahui tentang dan bagaimana prosesnya (Notoadjmojo, 2003). Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan ibu hamil menjelang diantaranya adalah usia, pengetahuan tentang, paritas dan pemeriksaan kehamilan (Mannuaba, 2006). Risiko kehamilan yang tinggi akan terjadi apabila seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Depkes.RI, 2007). Menurut Susiaty 2008, bahwa usia ibu < 20 tahun dan 35 akan memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas menjelang, karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi dan seorang ibu yang
3 berusia lebih lanjut akan menanggung risiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir. National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang berusia < 20 tahun mengalami gangguan kecemasan menjelang (Pikirdong, 2008). Penelitian yang berkaitan dengan kejadian lama, 65% disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Oldetal (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses. Paritas dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi mandset ibu mengenai proses yang menakutkan (Astuti, 2008). Pengetahuan tentang dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang, karena pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan memandang proses sebagai sesuatu yang menakutkan. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Langkah-langkah yang di ambil untuk mengatasi kecemasan yaitu: mengumpulkan data, menganalisis fakta, dan membuat keputusan yang di dukung tanpa mengetahui fakta yang akan berputar-putar dalam kebingungan di mana kebingungan adalah penyebab kecemasan yang timbul sebagai ketidaktahuan (Wilss, 2008). Beberapa determinan terjadinya kecemasan dalam yaitu: cemas sebagai akibat nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan Antenatalcare (ANC), kurangnya
4 pengetahuan tentang proses, dukungan dari lingkungan sosial (Aryasatiani, 2005). Berdasarkan data yang saya ambil dengan hasil wawancara di ruang RSI Sultan Agung Semarang pada tgl 27 oktober 2012 rata-rata ibu mengalami kecemasan saat proses. Dari 10 ibu, 8 ibu mengatakan cemas karena ibu baru pertama kali melahirkan, tidak teratur dalam memeriksakan kehamilannya, 2 ibu mengatakan tenang saat menjelang karena rutin dalam memeriksakan kehamilannya dan sudah siap untuk bersalin. Gejala cemas yang di rasakan denyut nadi meningkat, jantung berdebar, cemas jika di tinggal suami, mudah tersinggung. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah peneliti yaitu persiapan pada ibu bersalin serta di rasakan adanya manfaat yang di peroleh dengan mempelajari kecemasan dalam rangka mewujudkan pelayanan antenatal care yang berkualitas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul gambaran tingkat kecemasan pada ibu saat proses C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada ibu saat proses 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan karakteristik ibu bersalin dalam menghadapi b. Untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan pada ibu saat proses
5 D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang tingkat kecemasan pada ibu bersalin 2. Bagi institusi kesehatan Hasil penelitian ini di harapkan sebagai bahan tambahan dalam proses belajar, menambah wawasan bagi instansi pendidikan 3. Bagi peneliti lain Di harapkan dapat memberikan informasi atau bahan masukan mengenaai cara penyelesaian masalah kecemasan yang di alami pada ibu saat proses sehingga di harapkan ibu bersalin tidak mengalami kecemasan. E. Bagi Keilmuan Bidang keilmuan yang terkait dengan peneliti adalah ilmu keperawatan dengan kajian di bidang ilmu Keperawatan Maternitas khusus pada keperawatan ibu hamil dalam proses.
6 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama Metode 1. Gambaran pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang Rahayu (2007) Deskriptif Variabel Penelitian Sikap ibu tentang persiapan menjelang Hasil Sebagian besar ibu belum mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mempersiapkan kehamilan menjelang 2. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan ibu primigaravida trimester III dalam menghadapi rasa nyeri di Puskesmas Dinoyo Malang Nadhiroh (2004) Eksperimental Pemberian pendidikan kesehatan, Tingkat kecemasan ibu primigravida, Nyeri Tidak ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi rasa nyeri 3. Gambaran tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi di BPS Siti Lutmiyati Lamongan Hidayatika (2012) Deskriptif Tingkat kecemasan, Sebagian besar ibu mengalami kecemasan dalam menghadapi 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang proses dengan tingkat kecemasan primigravida dalam menghadapi proses di wilayah kota yogyakarta Devia (2012) Korelasional Persalinan, pengetahuan, kecemasan pada remaja primigravida Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang proses dengan tingkat kecemasan remaja primigravida dalam menghadapi proses 5. Hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu post partum dengan kecemasan pada masa di klinik bidan sahara dan klinik masniati padang sidimpuan Damayanti (2009) Korelasi Karakteristik, pengetahuan kecemasan Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kecemasan pada masa
7