BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

DESAIN & OPERASI MOTOR SWITCH RELUCTANCE 4 KUTUB ROTOR 6 KUTUB STATOR LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : MOSES EDUARD LUBIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III RANCANGAN DESAIN DAN IMPLEMENTASI POMPA AIR MOTOR BLDC DENGAN SUPLAI DARI PANEL SURYA

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

PERANCANGAN BRUSHLESS DC MOTOR 3 FASA SEDERHANADENGAN 4 KUTUB ROTOR

Desain Buck Chopper Sebagai Catu. Power LED Dengan Kendali Arus

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SWITCHED RELUCTANCE MOTOR 3 FASA SEDERHANA DENGAN 4 KUTUB ROTOR

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC MELALUI DETEKSI PUTARAN ROTOR DENGAN MIKROKONTROLLER dspic30f4012

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

MAXIMUM POWER POINT TRACKER DENGAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE TRANSCONDUCTANCE CONTROL BERBASIS. dspic30f4012

DESAIN DAN IMPLEMENTASI INVERTER SATU FASA SEBAGAI SARANA ANTARMUKA SISTEM PHOTOVOLTAIC DENGAN JARINGAN LISTRIK BERBASIS dspic30f4012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat

Skema Pengendali Motor BLDC Tanpa Sensor Posisi Rotor dengan Metode Deteksi Back EMF Berbasis Mikrokontroler Arduino

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

INVERTER SATU FASA GELOMBANG PENUH SEBAGAI PENGGERAK POMPA AIR DENGAN KENDALI DIGITAL

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SWITCHED RELUCTANCE MOTOR

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

VOLT / HERTZ CONTROL

PEMANFAATAN INVERTER SATU FASA SEBAGAI PENGINJEKSI DAYA BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA8535

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE KENDALI ARUS BERBASIS dspic30f4012

INVERTER MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDA. BERBASIS dspic 30F4012

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

INVERTER TIPE VOLT/HERTZ TIGA FASA DENGAN INJEKSI HARMONISA ORDE KE TIGA

SISTEM POMPA AIR BERTENAGA SURYA TUGAS AKHIR

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB III PERANCANGAN ALAT

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

MODIFIKASI INVERTER TIPE DIODE CLAMP DAN H-BRIDGE UNTUK MEMBENTUK LIMA LEVEL INVERTER LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh : THOMAS ADI WILIANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

PARALEL INVERTER 1 FASA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KELUARAN

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

INVERTER DUA FASA SEBAGAI PENGENDALI. MOTOR HYSTERISIS BERBASIS dspic33fj16gs502 TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN MOTOR PENGGERAK MOBIL LISTRIK DESIGN AND BUILD CONTROLLER MOTOR DRIVER ELECTRIC CAR

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

KENDALI VARIABEL VOLTAGE VARIABEL FREKUENSI PADA MOTOR INDUKSI SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROL ATMEGA8535 LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : MATHIAS WINDY

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

PEMANFAATAN MIKROKONTROL ATMEGA 8535 SEBAGAI PENGENDALI INVERTER SATU FASA JEMBATAN PENUH TERPROGRAM ¼ λ

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM

Desain dan Implementasi Inverter Tujuh Level Berbasis. Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal dengan PIC18F4550

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Kendali Motor Induksi Tiga Fasa Tipe Volt/Hertz. Dengan Modulasi Vektor Ruang Berbasis Mikrokontrol. Atmega32

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

PWM (PULSE WIDTH MODULATION)

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

MOTOR SINKRON 3 FASA SEDERHANA DENGAN 2 KUTUB ROTOR BERBASIS DIGITAL

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

Input ADC Output ADC IN

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

SISTEM PENGENDALI LEVEL DAN VOLUME AIR PADA PROSES PENGISIAN BAK PENAMPUNG AIR MENGGUNAKAN AT89S51 DENGAN PENAMPIL SEGMENT 7 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dari konverter dc-dc adalah untuk sistem battery charger. Pada aplikasi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

Crane Hoist (Tampak Atas)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

Inverter Satu Fase dengan Pola Penyaklaran SPWM

PEMANFAATAN MIKROKONTROLER AT89S52 UNTUK MENGENDALIKAN MULTILEVEL INVERTER TUJUH LEVEL

Artikel Reguler. Volume 1 Nomor 1, April 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Rancang Bangun Alat Penggulung Dinamo Menggunakan Mikrokontroler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

STUDI KOMPARASI INVERTER SATU FASA DENGAN STRATEGI UNIPOLAR DAN BIPOLAR TUGAS AKHIR. Oleh : AJI REZA ADHITYA NUGRAHA

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sistem kendali yang efektif, efisien dan tepat. Sesuai dengan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

KENDALI TEGANGAN DAN FREKUENSI BERJANGKAH UNTUK IC HEF4752 SEBAGAI PENGATUR TEGANGAN DAN FREKUENSI TIGA FASA 30 VOLT

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Pendahuluan Pada Bab IV ini penulis akan menjelaskan tentang hasil pengujian dan analisa dari pembuatan Pompa Air motor BLDC yang dikerjakan pada Tugas Akhir ini. Pada Bab IV ini juga dibahas tentang hasil simulasi dari Pompa Air motor BLDC dengan menggunakan software Power Simulator atau PSIM. Simulasi ini dilakukan saat perancangan alat atau sebelum melakukan pembuatan alat berguna untuk mengetahui hasil yang diperlukan sebagai gambaran dari hasil nyata dari pembuatan alat tersebut. Implementasi alatnya dengan menggunakan inverter 3 fasa untuk mengendalikan pompa air motor BLDC tersebut dengan menggunakan suatu sistem kontrol digital berupa mikrokontroler dspic30f2020. Berikutnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai simulasi dari implementasi penggunaan inverter 3 fasa untuk mengendalikan pompa air motor BLDC dengan menggunakan software Power Simulator tersebut. 4.2. Simulasi Pompa Air Motor BLDC dengan PSIM Pada saat perancangan alat penulis membutuhkan gambaran dari hasil akhir dari pembuatan alat berupa pompa air motor BLDC tersebut. Oleh karena itu penulis menggunakan software Power Simulator untuk melakukan simulasi yang diperlukan untuk melihat gambaran dari hasil akhir tersebut. Berikut 39

dijelaskan rangkaian sistem dari pompa air motor BLDC yang disimulasikan dengan PSIM pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Simulasi rangkaian pompa air motor BLDC Berdasarkan pada Gambar 4.1 di atas dijelaskan mengenai rangkaian pompa air motor BLDC beserta rangkaian kendalinya yang disimulasikan pada software PSIM tersebut. Rangkaian yang disimulasikan terdiri dari rangkaian inverter 3 fasa, Mikrokontroler yang berupa C Block, beserta motor BLDC yang merupakan alat yang akan dikendalikan oleh inverter 3 fasa tersebut yang diberikan suplai tegangan (Vdc) sebesar 60 Volt. Pada rangkaian yang disimulasikan tersebut, mikrokontroler yang digunakan pada simulasi tersebut menggunakan C Block. Pemrograman pada 40

dalam C Block ini menggunakan bahasa pemrograman berupa bahasa C sama halnya dengan bahasa yang digunakan untuk pemrograman mikrokontroler. Pemrograman yang diisikan dalam C Block ini berguna untuk membentuk enam sinyal PWM yang berfungsi untuk mengendalikan 6 saklar mosfet yang terdapat pada inverter 3 fasa tersebut. Berikut dijelaskan mengenai program yang diisikan pada C Block tersebut. //Deklarasi static double H1,H2,H3,S1,S2,S3,S4,S5,S6; //Masukan H1=in[0]; H2=in[1]; H3=in[2]; //Keluaran out[0]=s1; out[1]=s2; out[2]=s3; out[3]=s4; out[4]=s5; out[5]=s6; 41

//Eksekusi Pemrograman { S1=H1; S3=H2; S5=H3; S2=-1*H1; S4=-1*H2; S6=-1*H3; } Pemrograman pada C Block tersebut berfungsi untuk menghasilkan sinyal PWM (S1, S2, S3, S4, S5, S6) yang diperlukan untuk mengendalikan saklar mosfet tersebut. Pada tiap satu lengan fasa pada inverter tiga fasa dimana saklar S1 dengan S2 berdampingan atau S3 dengan S4 atau S5 dengan S6, saklar S1 dan S2 tersebut bekerja secara komplementer atau bergantian on off antara S1 dan S2 sehingga saklar saklar yang berdampingan pada satu lengan fasa tidak akan pernah hidup dalam waktu yang bersamaan. Pemrograman pada C Block mendapatkan sinyal masukan dari pembacaan tiga hall effect sensor ( H1, H2, H3) yang terdapat pada dalam motor BLDC. Di mana tiga sinyal hall effect tersebut masing masing tergeser 120 derajat seperti pada Gambar 4.2. 42

(a) (b) (c) Gambar 4.2 Sinyal 3 hall effect sensor (a) H1, (b) H2, (c) H3 Sinyal hasil pembacaan tiga hall effect sensor diolah di dalam C Block tersebut untuk menghasilkan sinyal keluaran yang berupa enam sinyal PWM yang berguna untuk mengendalikan 6 saklar mosfet pada dalam inverter 3 fasa tersebut seperti yang dijelaskan pada Gambar 4.3. 43

(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4.3 Enam sinyal PWM keluaran dari C Block (a) PWM 1, (b) PWM 2, (c) PWM 3, (d) PWM 4, (e) PWM 5, (f) PWM 6 (f) Enam Sinyal PWM keluaran dari C Block tersebut berfungsi untuk mengendalikan 6 saklar mosfet dalam inverter 3 fasa yang akan menghasilkan 3 arah arus (Ia, Ib, Ic) yang berfungsi untuk mengendalikan motor BLDC tersebut secara langsung. 3 arus yang akan menjadi arus masukan dari motor BLDC akan dijelaskan pada Gambar 4.4. 44

(a) (b) (c) Gambar 4.4 Arus masukan bagi motor BLDC (a) Ia (b) Ib (c) Ic Pada Gambar 4.4 ini menunjukkan arus masukan bagi motor BLDC yang merupakan hasil akhir dari rangkaian pengendalian motor BLDC tersebut. 3 arus masukan bagi motor BLDC itu berguna supaya motor BLDC dapat berputar. Hal ini menunjukkan bahwa motor BLDC yang dikendalikan oleh inverter 3 fasa tersebut dapat berfungsi dengan baik. 4.3. Hasil Pengujian Laboratorium Pompa air motor BLDC dirancang dan dibuat dan akhirnya diuji coba untuk melihat hasil nyata dari implementasi alat tersebut. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranata. Pengujian ini dilakukan dalam 2 kondisi, yaitu pada saat belitan 45

stator pada motor BLDC dipasang secara seri dan pada saat belitan stator pada motor BLDC dipasang secara paralel. Implementasi alat berupa Pompa air motor BLDC ini menggunakan rangkaian pengendali berupa inverter 3 fasa, rangkaian driver, dan rangkaian mikrokontroller dspic30f2020, dan rangkaian catu daya. Berikut dijelaskan parameter komponen yang digunakan untuk implementasi alat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Parameter komponen Nama Komponen Parameter Rating Jumlah Keterangan IRFP 250 tegangan 200 V 6 buah Saklar mosfet dspic30f2020 Jumlah pin Pin ADC 28 8 1 buah Sistem minimum 74HC7541 Kapasitansi input 3,5 pf 1 buah Buffer TLP 250 tegangan 12 V 6 buah Driver UGN3503 tegangan 4,5-6 V 3 buah Hall effect sensor LM7805 LM7812 tegangan temperatur tegangan temperatur 7-20 V 0-12,5 0 C 14,5-27 V 0-12,5 0 C 1 buah 5 buah Regulator tegangan pada catu daya 46

Rangkaian driver TLP 250 Rangkaian mikrokontroler dspic30f2020 Rangkaian catu daya Pompa air motor BLDC Gambar 4.5 Gambar keseluruhan dari implementasi alat 4.3.1. Hasil Pengujian Pompa Air Motor Saat Belitan Stator Dipasang Seri Pada tahap ini pengujian dibagi menjadi dua tahapan yaitu: pengujian tanpa PWM dan pengujian dengan PWM, yang membedakannya adalah saat pengujian dengan PWM penulis menggunakan potensiometer untuk mengubah kecepatan motor BLDC secara analog (ADC). A. Hasil Pengujian Saat Tanpa PWM Dalam tahap pengujian ini diawali dengan melihat arus dari sumber tegangan saat mengalir menjadi arus masukan bagi rangkaian. 47

Gambar 4.6 Gelombang arus dari sumber tegangan (skala 10x, 2.5 ms/div, 1A/div) Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa arus yang mengalir dari sumber sebesar 1A, selanjutnya dapat dilihat output dari PORT E (RE0 RE 5) pada mikrokontroler dspic30f2020 tersebut. Gambar 4.7 Keluaran mikrokontroler (RE0,RE1,RE2,RE3) 48

Gambar 4.8 Keluaran mikrokontroler (RE0,RE4, RE5) Pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa keluaran dari mikrokontroler ini menjadi masukan bagi rangkaian driver untuk mengendalikan inverter 3 fasa. Berikut adalah gambar tegangan dan arusnya per fasa masing masing. 49

(a) (b) (c) Gambar 4.9 Gelombang tegangan dan arus per fasa (skala 10x, 2.5ms/div, CH1 50V/div, CH2 1A/div) (a) Van, Ia (b) Vbn, Ib (c) Vcn, Ic 50

Gambar 4.10 Gelombang tegangan Van, Vbn, Vcn (skala 10x, 5ms/div, 50 V/div) Pada Gambar 4.10 ditunjukkan bahwa tegangan per fasanya tergeser 120 derajat antara satu dengan yang lainnya. Berikut dapat dilihat tegangan antar fasa A-B, B- C, C-A pada gambar di bawah ini. Gambar 4.11 Gelombang tegangan antar fasa (skala 5ms/div, 50 V/div) Pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa tegangan antar fasanya sekitar 65 sampai 70 V dan masing masing tegangannya tergeser 120 derajat. Tegangannya cukup tinggi. Hal ini karena rangkaian belitan pada stator motor disusun secara seri dan mengakibatkan tegangan lebih tinggi dan arus menjadi lebih rendah. 51

B. Hasil Pengujian Dengan PWM Pada tahap pengujian ini diawali dengan melihat arus masukan dari sumber tegangan dan melihat output dari mikrokontroler terlebih dahulu. Gambar 4.12 Gelombang arus dari sumber tegangan dengan PWM (skala 10x, 2.5 ms/div, 1A/div) Gambar 4.13 Keluaran mikrokontroler dengan PWM (RE0, RE1,RE2,RE3) Gambar 4.14 Keluaran mikrokontroler dengan PWM (RE0,RE4, RE5) 52

Pada Gambar 4.13 dan 4.14 dapat dilihat sinyal keluaran dari mikrokontroler dengan menggunakan PWM dengan duty cycle tertentu. Berikutnya dapat dilihat juga tegangan dan arusnya per fasa masing masing. (a) (b) Gambar 4.15 Gelombang tegangan dan arus per fasa dengan PWM (skala 5 ms/div, CH1 50V/div, CH2 1A/div) (a) Van,Ia (b) Vbn, Ib Gambar 4.16 Gelombang tegangan dan arus per fasa dengan PWM (skala 5 ms/div, CH1 50V/div, CH2 1A/div) Vcn, Ic 53

Gambar 4.17 Gelombang tegangan Van, Vbn, Vcn dengan PWM (skala 5ms/div, 50 V/div) Pada Gambar 4.17 dapat dilihat gelombang tegangan Van, Vbn, dan Vcn dengan PWM. Berikut dapat dilihat tegangan antar fasa A-B,B-C,C-A dengan PWM. Gambar 4.18 Gelombang tegangan antar fasa dengan PWM (skala 5ms/div, 50 V/div) Dengan gelombang tegangan antar fasa seperti pada Gambar 4.18 akan menghasilkan kecepatan motor sebesar 1613 pada pompa air motor BLDC tersebut. 54

Gambar 4.19 Kecepatan pompa air motor BLDC saat belitan stator seri 4.3.2. Hasil Pengujian Pompa Air Motor Saat Belitan Stator Dipasang Paralel Pada tahap pengujian ini sama dengan tahap pengujian saat belitan stator dipasang seri. Sebelum melakukan tahap pengujian ini, belitan stator yang dipasang secara seri sebelumnya diubah dengan dipasang secara paralel. A. Hasil Pengujian Saat Tanpa PWM Tahap pengujian ini diawali dengan melihat arus masukan dari sumber tegangan dan sinyal output dari mikrokontroler. Dapat dilihat pada Gambar 4.20 bahwa arus yang mengalir dari sumber tegangan sekitar 5 A. 55

Gambar 4.20 Gelombang arus dari sumber tegangan saat belitan paralel (skala 1x, 5 ms/div, 5A/div) (a) (b) Gambar 4.21 Keluaran mikrokontroler saat belitan paralel (a) RE0, RE1,RE2,RE3 (b) RE0,RE4, RE5 56

Sinyal keluaran dari mikrokontroler itu menjadi sinyal masukan bagi driver untuk mengendalikan inverter 3 fasa. Setelah itu tahapan berikutnya adalah dengan melihat tegangan fasa dan arusnya masing masing. (a) (b) (c) Gambar 4.22 Gelombang tegangan dan arus per fasa saat belitan paralel (CH1 skala 10x, CH2 skala 1X, 5ms/div, CH1 20V/div, CH2 5A/div) (a) Van, Ia (b) Vbn, Ib (c) Vcn, Ic 57

Gambar 4.23 Gelombang tegangan Van, Vbn, Vcn saat belitan paralel (skala 10x, 5ms/div, 20 V/div) Dari Gambar 4.23 dapat dilihat bahwa tegangan per fasanya tergeser 120 derajat. dapat dilihat juga gelombang tegangan antar fasa A-B,B-C,C-A pada Gambar 4.24 di bawah ini. Gambar 4.24 Gelombang tegangan antar fasa saat belitan paralel (skala 5ms/div, 20 V/div) B. Hasil Pengujian Dengan PWM Pada tahap pengujian ini juga diawali dengan melihat arus masukan dari sumber tegangan dan sinyal output dari mikrokontroler terlebih dahulu. 58

Gambar 4.25 Gelombang arus dari sumber tegangan dengan PWM saat belitan paralel (skala 1x, 5 ms/div, 5A/div) (a) (b) Gambar 4.26 Keluaran mikrokontroler dengan PWM saat belitan paralel (a) RE0, RE1,RE2,RE3 (b) RE0,RE4, RE5 Gambar 4.26 menunjukkan sinyal keluaran dari mikrokontroler dspic30f2020 saat belitan stator dipasang paralel. Berikut pada Gambar 4.27 dan 4.28 ditunjukkan tegangan per fasa dan arusnya masing masing. 59

(a) (b) Gambar 4.27 Gelombang tegangan dan arus per fasa dengan PWM saat belitan paralel (CH1 skala 10x, CH2 skala 1X, 5ms/div, CH1 10V/div, CH2 5A/div) (a) Van, Ia (b) Vbn, Ib Gambar 4.28 Gelombang tegangan dan arus per fasa dengan PWM saat belitan paralel (CH1 skala 10x, CH2 skala 1X, 5ms/div, CH1 10V/div, CH2 5A/div) Vcn, Ic 60

Gambar 4.29 Gelombang tegangan Van, Vbn, Vcn dengan PWM saat belitan paralel (skala 10x, 5ms/div, 10 V/div) Pada Gambar 4.29 di atas ditunjukkan tegangan Van,Vbn,Vcn dalam 1 layar saat belitan stator dipasang paralel. Berikut pada Gambar 4.30 ditunjukkan gambar tegangan antar fasa A-B,B-C,C-A saat belitan stator dipasang paralel. Gambar 4.30 Gelombang tegangan antar fasa dengan PWM saat belitan paralel (skala 10x, 5ms/div, 20 V/div) Gambar 4.30 di atas menunjukkan bahwa tegangan antar fasanya adalah 20 V dan masing masing tegangannya tergeser 120 derajat. Tegangannya termasuk tegangan yang rendah. Hal ini karena rangkaian belitan pada stator motor disusun secara paralel dan mengakibatkan tegangan lebih rendah dan arus menjadi lebih tinggi. Gelombang tegangan antar fasa tersebut menghasilkan kecepatan motor 61

sebesar 1735 rpm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.31 beserta ditunjukkan juga nilai arus dan tegangan antar fasanya. (a) (b) Gambar 4.31 (a) Kecepatan pompa air motor BLDC saat belitan stator paralel (b) Nilai arus dan tegangan antar fasa 62

Dari Gambar 4.31 di atas ditunjukkan bahwa kecepatan motor dalam pompa air motor BLDC saat belitan pada stator motor BLDC dipasang secara paralel cukup tinggi sekitar 1735 rpm. 4.4. Pembahasan Dari tahapan hasil pengujian yang dilakukan dapat dilihat bahwa inverter 3 fasa dan rangkaian kontrol yang mendukungnya untuk mengendalikan pompa air motor BLDC sudah bekerja dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari arus masukan dari sumber tegangan. Dan juga rangkaian kontrol berupa mikrokontroler dspic30f2020 sudah bekerja dengan baik, hal itu dapat dilihat dari hasil PWM keluaran mikrokontroler tersebut. Dari hasil pengujian tersebut juga diketahui bahwa saat belitan stator pada motor BLDC dihubung secara seri hasil yang diperoleh berupa tegangan menjadi lebih tinggi 60 sampai 70 Volt sekitar sedangkan arus masukan menjadi lebih rendah sekitar 1 A, sebaliknya saat belitan stator pada motor BLDC dihubung secara paralel hasil yang diperoleh berupa tegangan menjadi lebih rendah sekitar 20 Volt dan arus masukan menjadi lebih tinggi sekitar 5 A. Berdasarkan dari nilai efisiensi yang didapatkan setelah pembuatan alat tersebut. Efisiensi pompa air naik lebih dari 70%. Hal ini dapat dilihat dari saat sebelumnya untuk menjalankan pompa air itu memerlukan daya sebesar 350 W, namun setelah pompa air dimodifikasi baik saat belitan stator dihubung seri maupun paralel, pompa air tersebut kini hanya membutuhkan daya sekitar 70 sampai 80 watt dengan jumlah debit air yang sama. 63