BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak dari stikma, perlakukan salah, diskriminasi dan pelayanan yang minimal membuat penyakit jiwa menjadi berkembang, kronis dan sulit sembuh. Penderita jadi tidak produktif sama sekali. Laporan WHO menunjukkan tentang DALY (Disability Ajusted Live Year), instrumen untuk mengukur beban kesehatan menunjukkan bahwa gangguan depresi berat menepati urutan ke 3 dan proyeksikan pada tahun 2020 nanti dipercaya menjadi nomor 1 (Keliat dkk, 2006). Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. (Keliat, 2002). Hasil pengamatan dan pencarian data oleh penulis dalam satu bulan tahun 2007, jumlah pasien yang dirawat diruang VI mencapai 75 0rang dengan lama perawatan rata-rata 28 hari dari jumlah tersebut 96% adalah diagnosa medis skizofrenia dan 4% (lansia) dari masalah keperawatan halusinasi pendengaran adalah 38%.
Praktek kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompentensi kliniks, advokasi pasien-keluarga tanggung jawab fisikal, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik. Center for mental health services secara resmi mengakui perawat kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisika, teori kepribadian dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berfikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan jiwa ( Stuart & Sundent, 1995). Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di indonesia, dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di indonesia adalah penderita skizofrenia. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, ganguan kognitif dan persepsi, gejala-gejala negatif seperti avolition (menurunnya minat), berkurangnya keinginan bicara dan miskinya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal (Stiadi, 2006). Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan adalah : waham, perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, bunuh diri, definisi perawatan, harga diri rendah. Dari tujuh masalah keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda pula. Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya antara masalah yang satu dan lainya. Demikian pula masalah waham ( Standar Keperawatan Jiwa, 2006 ). Halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Halusinasi terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Klien dengan halusinasi biasanya ditandai tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata yang cepat respon verbal yang lambat, diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan. Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ini mengambil judul askep keperawatan halusinasi di RSJ Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. Hal ini melihat fenomena-fenomena yang penulis paparkan di atas baik dari gejala yang sering muncul akibat dari masalah, itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien untuk itu askep yang penulis buat secara profesional pada pasien halusinasi, sangat diharapkan oleh pasien / keluarga. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan pohon masalah, menetapkan diagnosa keperawatan. b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan. e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. C. Metode Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Studi kasus Kami melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan Asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada Tn. I di ruang VI (Gatot Kaca) RSJD Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. 2. Observasi Mengobservasi gejala gejala perilaku yang dialami klien dengan halusinasi dengar dan observasi keberhasilan standard asuhan keperawatan yang diberikan. 3. Wawancara Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap klien keluarga serta perawat ruangan 4. Studi perpustakaan Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan halusinasi termasuk bahan bahan perkuliahan agar makalah ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
D. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan meliputi Latar belakang, Batasan masalah, Tujuan, Metode, Sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori meliputi Defenisi halusinasi dan klasifikasi halusinasi, Rentang respon, Tahap Halusinasi, Faktor faktor yang dapat menyebabkan, Halusinasi, Manifestasi Klinik, Pengkajian, Pohon Masalah, Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi, Evaluasi. Bab III Tinjauan Kasus meliputi Pengkajian, Analisa data, Pohon masalah, Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi, Evaluasi. Bab IV Pembahasan Bab V Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN