BAB II KAJIAN PUSTAKA. Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Repositori STIE Ekuitas

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II LANDASAN TEORI

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak dapat diartikan sebagai iuran wajib yang dipungut oleh Negara dari wajib pajak

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

A. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2002:1)

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II. Tinjauan Pustaka. Menurut Rochmat Soemitro yang di kutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeuaran umum. Definisi pengertian pajak menurut Mangkoesoebroto (Timbul Hamonangan, 2012:9) pajak adalah suatu pungutan berupa hak progresif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya. Selain pengertian pajak diatas yang diungkapkan oleh para ahli diatas, salah satu definisi pajak yang paling banyak djadikan acuan adalah yang dikemukakan oleh P. J. A. Adriani (Timbul Hamonangan, 2012:11), pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan - peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung ditunjuk yang gunanya adalah untuk membiayai 1

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Dari beberapa definisi pajak diatas dapat ditarik pengertian pajak yaitu, pajak adalah iuran wajib kepada rakyat untuk pemerintah yang bersifat memaksa dan diatur dalam undang-undang dimana fungsinya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah. 2.1.2 Fungsi Pajak Menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak, yaitu 1) Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2) Fungsi mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. contohnya : a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif. c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia. 2

2.1.3 Pengelompokkan pajak Sesuai dengan dasar pengelompokannya, menurut Mardiasmo (2011:5) pajak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, seperti: 1) Menurut golongannya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan. b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2) Menurut sifatnnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memberhatikan keadaan Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). 3

3) Menurut lembaga pemungutnya a) Pajak Pusat (Pajak Negara), yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada ditangan pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan. b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah dan digunakan untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Pajak Daerah terdiri atas: 1) Pajak Propinsi, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Tingkat I ( Propinsi ), misalnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 2) Pajak Kabupaten / Kota yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Tingkat II ( Kabupaten / Kota ), misalnya Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan. 2.1.4 Sistem pemungutan pajak Menurut Mardiasmo (2011:7) terdapat tiga sistem pemungutan pajak yaitu; 1) Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: 4

(a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. (b) Wajib Pajak bersifat pasif. (c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2) Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: (a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. (b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. (c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang menurut Wajib Pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. 5

2.1.5 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak yaitu orang pribadi, badan, Bentuk Usaha Tetap (BUT) atas penghasilan uamh diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. 2.1.6 Subjek dan Objek Pajak Penghasilan 1) Subjek pajak Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yaitu Pasal 2 Ayat 1 yang menjadi Subjek Pajak adalah: a) Orang Pribadi b) Badan c) Subjek Pajak Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak. d) Bentuk Usaha Tetap Pasal 2 Ayat 3 UU PPh No 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan menjelaskan bahwa Subjek Pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek Pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek luar pajak negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. 6

Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pibadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif. Sehubungan dengan kepemilikn Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib Pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain: 1) Wajib pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penhsilan di Indonesia. 2) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan; dan 3) Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam satu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak Luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final. 7

Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak penghasilan pasal 2 ayat 3 menjelaskan bahwa: 1) Subjek Pajak Dalam Negeri adalah: a) Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang brada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. b) Badan yang didirikan atau yang bertempat kedudukan di Indonesia. c) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2) Subjek Pajak Luar Negeri adalah: a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan b) Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pasal 3 menjelaskan yang tidak termasuk subjek pajak adalah: 1) Kantor Perwakilan Negara Asing 2) Pejabat-pejabat perwakilan dipolmatik dan konsulat atau pejabat-pejabat Negara asing. 8

3) Organisasi-organisasi Internasional 4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional 2) Objek Pajak Penghasilan Objek Pajak PPh adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayan wajib pajak yang berangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun menurut Waluyo (2011:10). a) Objek Pajak yang dikenakan PPh Final Berdasarkan ketentuan UU No. 36 tahun 2008 tentang PPh Pasal 4 ayat 2 terhadap objek pajak penghasilan yang dikenakan PPh final adalah. 1) Bunga Deposito dan tabungan-tabungan lainnya. 2) Penghasilan berupa hadiah undian. 3) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek. 4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan. 5) Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 9

b) Tidak Termasuk Objek Pajak PPh Berdasarkan ketentuan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 3 yang dikecualikan dari objek pajak adalah. 1) Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amal zakat yang dibentuk tau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan kegamaan yang sifatnya wajib bagi pmeluk agama yang diakui di Indonesia. 2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk kopersai atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 3) Warisan. 4) Harta Termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. 5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau yang diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib 10

Pajak, Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus. 6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,asuansi kecelakan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa. 7) Dividen atau laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN, BUMD, dari penyertaan modal pada Badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: a) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan. b) Bagi Perseroan Terbatas, BUMN, BUMD, yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor. 8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang diayar oleh pemberi kerja maupun pegawai. 9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. 11

10) Bagian laba yang diterima atau yang diperoleh dari anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham. 11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. 12) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 13) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut. 14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuanya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 12

3) Jenis-Jenis Pajak Penghasilan Berdasarkan UU no.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adapun beberapa jenis pajak penghasilan yang dikenakan terhadap wajib pajak sebagai berikut: 1) Pajak penghasilan pasal 21 Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi (Waluyo, 2011:201). Pajak penghasilan PPh 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh pemotong pajak yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan dan penyelenggara kegiatan. Pajak penghasilan pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. 2) Pajak penghasilan pasal 22 Pajak penghasilan (PPh) pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembagalembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang 13

impor atau kegiatan usaha lain (Waluyo, 2011:273). Pemungut pajak penghasilan pasal 22 menurut UU No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut. a) Bank devisa dan Direktorat jendral bead an cukai, atas impor barang. b) Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA), atas pembayaran atas pembelian barang pada lembaga-lembaga pemerintahan. c) Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP). d) Pejabat penerbit surat pemerintah membayar yang diberi delegasi oleh kuasa pengguna anggaran. e) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif yang ditunjuk oleh Kantor Pelayanan pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri. f) Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas. 3) Pajak penghasilan pasal 23 Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak penghasilan 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan 14

pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya (Waluyo, 2011:283). Pemotong pajak penghasilan pasal 23 adalah sebagai berikut. a) Badan pemerintah b) Subjek pajak badan dalam negeri c) Penyelenggara kegiatan d) Bentuk usaha tetap e) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya f) Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu yang ditunjuk oleh Kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 23. 4) Pajak penghasilan pasal 24 Pajak penghasilan pasal 24 merupakan pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri (Waluyo, 2011:291). Pengkreditan pajak luar negeri tersebut dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia. Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 24 UU pajak penghasilan yang diikuti dengan keputusan menteri keuangan nomor 164/KMK.03/2002 tentang kredit pajak 15

luar negeri yang mulai berlaku pada tanggal ditetapkan 19 April 2002. 5) Pajak penghasilan pasal 25 Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayarkan sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan.angsuran pajak penghasilan pasal 25 tersebut dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam SPT tahunan pajak penghasilan (Waluyo, 2011:305). 6) Pajak penghasilan 26 Pajak penghasilan pasal 26 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atau dipotong atas penghasilan bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia (Waluyo, 2011:327). 2.1.7 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25 Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayarkan sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan.angsuran pajak penghasilan pasal 25 tersebut dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam SPT tahunan pajak penghasilan (Waluyo, 2011:305). 16

2.1.8 Unsur-unsur Pajak Penghasilan Pasal 25 1) Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 25 Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang tertutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang lalu dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan/atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21, 22, 23, dan Pasal 24, kemudian dibagi menjadi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam tahun pajak. 2) Penyetoran dan Pelaporan PPh pasal 25 Ketentuan perundang-undangan perpajakan mengatur penyetoran dan pelaporan PPh pasal 25 seperti berikut ini. a) Pajak penghasilan pasal 25 dibayar atau disetorkan selambatlambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan takwim berikutnya. b) Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir dalam bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ketiga. 3) Perhitungan PPh pasal 25 dalam Hal-hal Tertentu Direktorat Jendral Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan apabila (Mardiasmo, 2011:247) : 17

a) Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian. b) Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur. c) SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. d) Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. e) Wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebuh besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan. f) Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak. 2.1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 adalah Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang bersifat final. a) Subjek PP No. 46 tahun 2013 Subjek dari Peraturan Pemerintah No. 46 ini adalah penghasilan wajib pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran bruto dibawah 4,8 milyar pertahun. b) Objek dari PP No. 46 tahun 2013 Objek dari Peraturan Pemerintah No. 46 adalah wajib pajak orang pribadi dan badan tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi dari 4,8 milyar dalam satu tahun pajak. 18