BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. perdagangan internasional. Awalnya, Kebijakan perdagangan sengaja dibuat

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

PEMASARAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

perdagangan, industri, pertania

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

RESUME DUKUNGAN JERMAN TERHADAP RENCANA REFORMASI CAP (COMMON AGRICULTURAL POLICY) UNI EROPA. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - PERANCIS PERIODE : JANUARI - JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - PERANCIS PERIODE : JANUARI - MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

Market Brief. Beras di Jerman

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ii Ekonomi Internasional

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Dinamika Perdagangan Internasional Perdagangan internasional mulai berkembang setelah berakhirnya Perang Dunia II yang selanjutnya mendorong terbentuknya rezim perdagangan internasional. Awalnya, Kebijakan perdagangan sengaja dibuat oleh pemerintah guna memperbaiki perekonomian untuk para pelaku ekonomi, sehingga terkadang terjadi konflik politik (Spero dan Jeffrey, 2013). Seperti apa yang terjadi di Amerika ketika kebijakan perdagangan menjadi sebuah konflik dalam kongres eksekutif negara. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh hak yang diberikan kepada kongres untuk pengadaan pajak dalam melakukan regulasi perdagangan dengan negara asing. Namun pada saat yang sama, presiden juga memiliki hak untuk menentukan kebijakan luar negeri, termasuk kerjasama bilateral pada bidang perdagangan (Spero dan Jeffrey, 2003) Permasalahan ini secara tidak langsung mendorong terciptanya sistem perdagangan internasional. Namun, adanya disintegrasi perdagangan dunia tahun 1930 serta diberlakukannya perlindungan oleh negara-negara yang memasang tarif tinggi terhadap barang yang masuk telah memberi dorongan serta keuntungan untuk produsen dalam negeri dengan sulitnya produk luar untuk masuk. Banyak negara yang menyadari masalah ini 37

38 sehingga mempersulit terciptanya perdgangan bebas. Oleh sebab itu, melalui Piagam Havana pada paska perang, dirumuskanlah manajemen ekonomi internasional yang menghasilkan International Trade Organization (ITO) pada tahun 1947. ITO bertujuan untuk mengawasi sistem perdagangan yang ada seperti pajak, saham, pembatasan kuantitatif, subsidi, perdagangan antar negara, serta perjanjian komoditi internasional. Dirasa belum mampu mengatasi masalah yang ada, dibentuklah General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) yang dibawahi oleh ITO. GATT dibentuk guna mncapai terbentuknya perdagangan bebas yang memberikan kesempatan kepada tiap negara dalam melakukan spesialisasi sesuai kemampuan negara. Selain itu, negara juga tidak boleh membatasi impor dan ekspor kecuali dalam bidang agrikultur (Spero dan Jeffrey, 2003). Amerika Serikat sebagai negara ekonomi yang besar dalam memegang andil dalam sembilan pertemuan negosiasi perdagangan seperti Piagam Havana dalam usaha mewujudkan terbentuknya perdagangan bebas. Amerika terus melakukan implementasi GAAT dengan melakukan kerjasama multilateral dengan Eropa dan Jepang (Spero dan Jeffrey, 2003). Keberadaan GATT seolah ditantang dengan terbentuknya Uni Eropa dalam sebuah perjanjian dengan menerapkan kerjasama ekspor dan impor barang bebas pajak antara negara Eropa. Eropa jugga menerapkan Common Agricultural Policy (CAP) yang mendorong perubahan struktur dalam perdagangan dunia. Setelah itu, muncul beberapa rezim perdagangan baru diberbagai belahan dunia seperti NAFTA di Amerika Utara, MEA di ASEAN

39 pada awal tahun 2000an dan terbentuknya organisasi perdagangan dunia dengan nama World Trade Oraganization (WTO) yang diawasi langsung oleh PBB (Spero dan Jeffrey, 2003). A. Perkembangan Ekspor Indonesia Ekspor memegang peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. USD Gambar 4.1 Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2010-2015 Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa ekspor Indonesia pada tahun 2010 hanya sebesar USD 118.963 juta lalu meningkat pada posisi tertinggi tahun 2011 sebesar USD 1572,84 juta. Ekspor Indonesia terus

40 mengalami penurunan setelah tahun 2011 hingga titik terendah pada tahun 2015 sebesar USD 135.076 juta. B. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Semakin meningkatnya pendapatan suatu negara maka kecenderungan memproduksi barang dan jasa akan semakin meningkat sehingga mendorong peningkatan jumlah ekspor negara tersebut. Gambar 4.2 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2011-2015 Berdasarkan data PDB di atas, pada tahun 2011 PDB Indonesia sebesar 801 miliar USD di mana angka tersebut terus mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 850 miliar USD hingga puncaknya pada tahun 2015 sebesar 988 miliar USD.

41 C. Perkembangan Produk Domestik Bruto Mitra Dagang Indonesia Semakin besar PDB suatu negara tentunya menggambarkan besarnya aktivitas ekonomi di negara tersebut. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kemampuan negara tujuan mitra dagang Indonesia dalam melakukan pembelian barang dan jasa dari Indonesia. Gambar 4.3 Produk Domestik Bruto Mitra Dagang Indonesia Dari data PDB negara mitra dagang Indonesia tahun 2015 di atas, Amerika menjadi negara mitra dagang dengan PDB terbesar, yakni sebesar USD 16.597 miliar dan di posisi kedua ditempati oleh China sebesar USD 8.908 miliar lalu India sebesar USD 2.301 miliar. Brunei dan Laos menjadi negara dengan PDB terendah pada tahun 2015, yakni hanya sebesar USD 13 miliar dan USD 10 miliar. Miliar USD

42 D. Jarak Indonesia dengan Mitra Dagang Jarak akan menentukan keputusan dalam perdagangan melalui biaya transportasi terhadap barang dan jasa. Apabila jarak negara asal dengan negara tujuan dagang semakin jauh tentunya akan terjadi peningkatan biaya transportasi yang lebih lagi, begitu juga sebaliknya. Sumber: www.distancefromto.net Gambar 4.4 Jarak Indonesia dengan Mitra Dagang KM Amerika adalah negara mitra dagang Indonesia dengan jarak terjauh, yakni sejauh 15.070 km. Belgia dan Spanyol menjadi negara dengan jarak terjauh setelah Amerika yaitu sejauh 11.016 dan 10,174 km. Singapura adalah negara mitra dagang Indonesia dengan jarak terdekat, yakni sejauh 378km saja.

43 E. Perkembangan Nilai Tukar Mitra Dagang Indonesia Singkatnya, nilai tukar riil suatu negara akan berpengaruh pada kondisi perekonomian makro suatu negara, khususnya dengan ekspor netto atau neraca perdagangan. Pengaruh ini dapat dirumuskan menjadi suatu hubungan antara nilai tukar riil dengan ekspor netto atau neraca perdagangan (Mankiw, 2003) Gambar 4.5 Nilai Tukar Mitra Dagang Indonesia Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa Vietnam adalah negara dengan nilai tukar terlemah terhadap USD di antara mitra dagang Indonesia, di mana USD 1 sama dengan 30.357 Dong Vietnam, Malaysia berada pada posisi kedua dengan USD 1 sama dengan 18733 Ringgit. Italia menjadi negara dengan mata uang terkuat terhadap USD, USD 1 sama dengan 0,806 Lira. Jerman menduduki posisi kedua dengan mata uang terkuat terhadap Dolar sebesar 0,857 Euro per Dolarnya.

44 F. Perkembangan Inflasi Mitra Dagang Indonesia Inflasi dapat memberikan pengaruh yang negatif ataupun positif terhadap ekspor. Pengaruh negatif dari inflasi yaitu ketika terjadi inflasi, maka harga komoditi akan meningkat. Peningkatan harga komoditi disebabkan produksi untuk menghasilkan komoditi menghabiskan banyak biaya. Harga komoditi yang mahal akan membuat komoditi tersebut tidak bersaing di pasar global. % Gambar 4.6 Perkembangan Inflasi Mitra Dagang Indonesia Pada grafik di atas, Mesir adalah negara mitra dagang Indonesia dengan tingkat inflasi tertinggi sebesar 10,36% dan diikuti Myanmar sebesar 10,80%. Vietnam, Irak, Belanda, Belgia hanya 1% saja. Sedangkan Spanyol, Thailand, Singapura justru mengalami deflasi sebesar -1%.

45 G. Populasi Mitra Dagang Indonesia Tingginya jumlah penduduk di suatu negara tentunya akan mempengaruhi kebutuhan dari negara itu. Semakin tinggi jumlah populasi suatu negara akan meningkatkan jumlah konsumsi yang dibutuhkan negara tersebut, sehingga hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan barang atau jasa dari negara pengekspor menuju negara pengimpor. Gambar 4.7 Jumlah Populasi Mitra Dagang Indonesia Pada tahun 2015, China dan India masih tetap menduduki puncak kepadatan penduduk, yakni sebesar 1.371.220.000 dan 1.309.054.980 jiwa. Kondisi tersebut sangat jauh apabila dibandingkan dengan negara mitra dagang Indonesia yang lainnya seperti Brunei dan Selandia Baru dengan total penduduk 417.542 dan 4.595.700 jiwa.