BAB I PENDAHULUAN. menghayatinya menjadi bermartabat. Nilai tidak selalu sama bagi masyarakat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena seorang penulis itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan suatu hal itu disukai, diinginkankan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Nilai tidak selalu sama bagi masyarakat, karena dalam suatu masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok yang berbeda secara sosio-ekonomis, politik, agama, etnis, budaya, di mana masing-masing kelompok sering memiliki sistem nilai yang berbeda-beda. Konflik dapat mucul antara pribadi, atau antar kelompok karena sistem nilai yang tidak sama berbenturan satu sama lain. Oleh karena itu, jika terjadi konflik, dialog merupakan salah satu solusi terbaik sebab dalam dialog terjadi usaha untuk saling mengerti, memahami dan menghargai sistem nilai kelompok lain, sehingga dapat memutuskan apakah orang harus menghormati dan bersikap toleran terhadapnya, atau menerimanya atau mengintegrasikan dalam sistem nilainya sendiri. Dalam pandangan Kalven (Adisusilo, 2012: 59) nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. Nilai itu bila ditanggapi positif akan membantu manusia hidup lebih baik. Sedangkan bila dorongan itu tidak ditanggapi positif, maka orang akan merasa kurang bernilai dan bahkan kurang bahagia sebagai manusia. 1

2 Sehubungan dengan nilai dan peranannya, nilai bersumber dan terkait dangan unsur religius atau agama, sebagai sistem keyakinan yang mendasar, sakral, dan menyeluruh mengenai hakikat kehidupan yang pusatnya ialah keyakinan terhadap Tuhan. Mengetahui dan memahami yang transenden, atau Tuhan menjadi obsesi manusia sejak zaman kuno hingga pada era kontemporer saat ini. Obsesi itu tidak hanya lahir dari para tokoh pemegang otoritas, seperti dalam sebuah agama. Akan tetapi, seluruh manusia yang punya kegelisahan untuk mengetahui siapa yang meciptakan dirinya, dan terhadap segala kejadian yang luput dari rencana dan analisa pikiran. Kegelisahan atas segala realitas yang tampak dan tak tampak telah mendorong manusia untuk berpikir secara serius dan mendalam tentang penciptanya atau yang menjadi dasar dan hakikat segala sesuatu yang ada. Hal itu tidak lepas dari karakter manusia, karakter sering dikatakan dengan kepribadian, sehingga dapat membentuk setiap pribadi menjadi insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama. Insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama ini, terutama dinilai dari perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada pemahamannya. Dengan demikian, nilai-nilai dari agama yang universal dapat dijadikan dasar dalam pendidikan karakter justru penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal dari agamanya bisa menjadi motivasi yang kuat bagi dalam membangun karakter (Azzet, 2011: 16). Nilai religius juga terdapat dalam sebuah karya sastra. Selain itu, dari nilai religius sangat kental mempengaruhi sebuah karya sastra, yang mana latar budaya pengarang secara disadari atau tidak, akan masuk ke dalam karya sastra tersebut.

3 Dengan demikian, nilai religius tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Nilai religius memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai sebuah makna. Nilai religius yang mempengaruhi karya sastra dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya sastra tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang. Salah satu jenis karya sastra yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai religius adalah roman. Roman sebagai salah satu hasil dari karya sastra memang sangat menarik untuk diteliti dan diketahui lebih dalam lagi mengenai karya tersebut. Roman berasal dari kata roman yang artinya adalah cerita dalam bahasa Romawi. Roman dalam kaitannya dengan karya sastra berarti cerita yang ditulis dalam bentuk prosa, menceritakan tentang kehidupan manusia secara lahir maupun batin. Roman memiliki keunikan tersendiri dengan karya sastra yang lain. Namun, dewasa ini roman dan novel sering tidak dihiraukan perbedaannya. Bahkan pembaca sering tidak menghiraukan perbedaan antara roman dan novel yang ada. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya kemajuan dan kreatifitas sastrawan dalam menghasilkan karya-karyanya. Sastra merupakan salah satu karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra telah menempati dimensi ruang dan waktu dalam peradaban manusia. Kehadiran sastra tidak dapat ditolak, bahkan kehadirannya telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang mempunyai nilai, hasil imajinasi dan emosi sehingga dapat diterima sebagai realitas sosial budaya. Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan atau pemberian

4 pelepasan ke dunia imajinasi. Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu yang kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayati. Dalam setiap karya sastra terselip nilai-nilai yang mampu dicapai oleh pembaca, yang kemudian dijadikan cerminan kehidupan bagi pembaca. Hal ini juga merupakan suatu peroses bagaimana seorang pembaca mampu memahami dan memaknai sebuah karya sastra. Salah satu dari nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra pada roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja adalah nilai religius. Nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Secara sederhana nilai religius merupakan pilar karakter yang paling penting dalam kehidupan manusia. Apabila seseorang bisa mencintai Tuhannya, kehidupan akan penuh dengan kebaikan. Apalagi, cinta terhadap Tuhan adalah seluruh alam semesta dan isinya. Nilai religius tersebut dalam karya sastra diharap mampu membentuk setiap pribadi menjadi insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama, dengan sikap dan perilaku yang dicerminkan melalui tokoh-tokoh imajiner dalam karya sastra. Menurut Mutmainah (2013), karya sastra biasanya menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan fakta sosial dan kultural, karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin seseorang. Permasalahan manusia, kemanusiaan dan perhatiannya terhadap dunia realitas

5 yang berlangsung sepanjang zaman. Sebuah cipta sastra yang bersumber pada kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Namun, cipta sastra tidak hanya mengungkapkan realitas objektif saja ataupun imitasi dari kehidupan, akan tetapi merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan itu sendiri. Di samping keindahan, sastra selalu dinilai sebagai pengemban nilai yang didramatisasikan oleh penulisnya. Pendapat Sumarjo, menarik untuk dicermati Betapapun menariknya sebuah karya kalau ia berisi pengalaman yang menyesatkan hidup manusia, ia tidak pantas disebut sebagai karya sastra. Jadi, karya sastra dianggap berisi ajaran yang membawa manusia kepada nilai yang baik dan tidak menyesatkan. Akan tetapi, nilai tidaklah selalu universal karena dia juga mengikuti budaya masyarakatnya (Mutmainah, 2013). Sastra adalah sebuah produk budaya, kreasi pengarang yang hidup dan terkait dengan tata kehidupan masyarakatnya. Sastra berada dalam tarik-menarik antara kebebasan kreasi pengarang dan hubungan sosial yang di dalamnya hidup etika, norma, aturan, kepentingan ideologis, bahkan juga doktrin agama. Sastra menjadi produk individual yang pada saat ia berada di tengah masyarakat, seketika itu pula ia dipandang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Penelitian pada bidang sastra dalam hal ini adalah roman, yang biasa dilakukan oleh ahli sastra atau kritikus sastra mencakup keindahan bahasa atau kata-kata, struktur kata, tema roman, dan sebagainya. Namun, dalam skripsi ini penulis mengkaji pesan-pesan yang terkandung di dalam roman, karena roman memiliki muatan pesan yang sarat akan nilai yang bisa digunakan untuk mentransformasikan nilai, terutama nilai-nilai religius.untuk mengoptimalkan

6 penanaman dari nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra, penulis menguraikan teks-teks dari roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja. Penelitian yang mengkaji tetang nilai religius yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Agus Firmansyah dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Islami dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shihrazy. Penelitian tersebut mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter Islam dan relevansinya terhadap pendidikan nasional. Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yakni sama-sama mengkaji nilai religius, dan dalam penelitian tersebut lebih spesifik yakni mengkaji tentang pendidikan karakter Islam, sedangkan penulis mengkaji lebih dalam lagi tentang nilai-nilai religius. Selain itu perbedaanpun terletak pada subjek penelitiannya. Peneliti tertarik untuk mengambil judul Kajian Nilai Religius Dalam Roman Atheis Karya Achdiat K. Mihardja yang di dalamnya terdapat nilai-nilai religius. Keunggulan roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja banyak mengandung pesan-pesan moral dan nilai religius yang setidaknya bisa dijadikan panutan oleh para pembaca roman tersebut. Selain itu, juga terletak pada jalan cerita yang menarik dan sulit ditebak sehingga pembaca akan merasa tertarik untuk membaca halaman demi halaman. Roman ini menggunakan bahasa yang cukup komunikatif sehingga mudah dipahami maknanya. Roman tersebut juga menjelaskan penyerahan diri, tunduk dan taat kepada sang pencipta yang dialami tokoh utama dan kepribadian tokoh utama yang awal mulanya kehidupannya penuh kemuliaan. Perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan karena menderita beban pikiran dirasuki pemikiran marxis yang

7 bertentangan dengan keyakinan tradisionalnya. Kemudian perasaan berdosa dan takut baik terhadap Tuhan maupun kedua orang tua. Sebelum meninggal sempat mengakui kebesaran Tuhan, sebagai tobat dan penyesalan atas segala dosa yang telah diperbuatnya. Roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja ini termasuk roman sastra klasik, yang merupakan roman inspirasi dari kisah seorang yang dahulunya percaya kepada Sang Maha Esa kemudian imannya goyah oleh karena hadirnya orang ketiga yang membuatnya meyakini bahwa Tuhan itu tiada dan hanyalah merupakan daya khayal manusia, oleh karena itu maka roman ini pun menjadi menarik untuk diteliti. Di sisi lain peneliti mengambil roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja dari kisah-kisah dilema moral dan tentunya sarat akan nilai-nilai religius, sehingga penulis merasa tepat menjadikan roman ini sebagai subjek penelitian. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memfokuskan pada masalah-masalah yang khusus. Hal ini dilakukan karena mengingat luasnya cakupan masalah yang akan diteliti. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan dapat dibedakan menjadi: persoalan hubungan manusia terhadap diri sendiri, persoalan hubungan manusia terhadap manusia lain, dan persoalan hubungan manusia terhadap Tuhannya. Berdasar hal tersebut maka penelitian ini nantinya akan membahas dan berfokus mengenai nilai religius tokoh utama pada roman atheis. Nilai religius

8 merupakan perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan, dan dapat menimbulkan kebahagiaan dalam diri seseorang. Kebahagiaan ini timbul lantaran perasaan bahwa seolah-olah dirinya memasuki dunia baru yang penuh kemuliaan. Dapat dikatakan bahwa penelitian dengan kajian nilai religius ini terfokus pada tiga sub masalah yaitu hubungan tokoh utama terhadap Tuhan, hubungan tokoh utama terhadap orang lain, dan hubungan tokoh utama terhadap diri sendiri. Dari ketiga sub permasalahan ini, kemudian diperinci lagi dengan memberikan indikator mengenai hal yang akan di teliti. Hubungan terhadap Tuhan mencakup sikap tawakal, rasa takut terhadap Tuhan, dan rasa syukur terhadap Tuhan. Hubungan tokoh utama terhadap orang lain yaitu mencakup sikap amanah, sikap istiqomah, dan sikap mujahadat. Sedangkan hubungan terhadap diri dalam hal ini mencakup sikap sabar, sikap jujur, sikap rendah hati, serta sikap menepati janji. Untuk mengetahui bagaimana nilai religius pada tokoh utama yang terkandung dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja, maka penelitian ini akan mengkaji nilai religius dengan cara mengetahui dialog tokoh utama dan juga dialog tokoh lain, serta tingkah laku tokoh utama dan perasaan tokoh utama. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang dan fokus masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun masalahnya adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana hubungan tokoh utama terhadap Tuhan yang Mahakuasa dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja?

9 2) Bagaimana hubungan tokoh utama terhadap sesama manusia dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja? 3) Bagaimana hubungan tokoh utama terhadap diri sendiri dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja? 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran serta wawasan yang luas mengenai nilai religius tokoh utama dalam roman Atheis seperti yang dituliskan oleh pengarang. Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan hubungan tokoh utama terhadap Tuhan yang Mahakuasa dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja. 2) Mendeskripsikan hubungan hubungan tokoh utama terhadap sesama manusia dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja. 3) Mendeskripsikan hubungan hubungan tokoh utama terhadap diri sendiri dalam roman Atheis karya Achdiat K. Mihardja. 1.5 Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

10 1) Manfaat Praktis a. Bagi pembaca roman, dapat mempermudah dalam menangkap pesanpesan atau nilai-nilai religius yang terkandung di dalamnya. b. Bagi pengajar, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai studi interdispliner antara studi sastra dengan studi-studi lain. c. Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh pemerhati keilmuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang roman dan juga menggunakan kajian yang berbeda. 2) Manfaat Teoretis a. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dalam suatu lembaga pendidikan di Indonesia. b. Menambah kreatifitas dalam dunia penulisan Indonesia, demi meningkatkan kualitas dalam pembuatannya. 1.6 Definisi Operasional Ada beberapa konsep pokok yang digunakan dalam penelitian ini dan perlu diberikan penjelasan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi makna dalam menggunakan konsep dan istilah dalam penelitian. Konsep dan istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kajian adalah kata yang ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang (Widada & Prayogi, 2010:120).

11 2) Religius adalah suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama dan berperilaku sesuai ketetapan Tuhan. 3) Roman adalah kisahan yang menceritakan tokoh sejak dari ayunan sampai ke kubur dan melukiskan seluruh kehidupan pelaku, mendalami sifat watak, dan melukiskan sekitar tempat hidup pelaku (Nurgiyantoro, 2007:15). 4) Hubungan manusia terhadap Tuhan adalah suatu perilaku yang ditujukkan dengan sikap percaya dan berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama dan tidak melanggar terhadap norma-norma yang berlaku. Hubungan manusia terhadap Tuhan mencakup sikap tawakkal, rasa takut, dan rasa syukur terhadap Tuhan. 5) Hubungan manusia terhadap diri sendiri merupakan suatu perilaku yang ditunjukkan dengan mengedepankan rasa ikhlas dan penuh rasa sabar terhadap segala sesuatu yang terjadi. Hubungan terhadap manusia lain mencakup sikap amanah, istiqomah, dan mujahadat. 6) Hubungan manusia terhadap orang lain adalah suatu perilaku yang ditunjukkan kepada orang lain melalui sikap penuh hormat, rukun dan penuh rasa tanggungjawab. Hubungan terhadap diri sendiri mencakup sikap sabar, jujur, rendah hati, dan menepati janji. 7) Atheis merupakan sikap tidak percaya akan keberadaan dan kebenaran mengenai agama dan juga keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta.