HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I Tanaman Leguminose Tingsi tanaman. Pada pemotongan awal, yang merupakan pemotongan penyeragaman pertumbuhan kembali tanaman, t ingbi tinaman diukur iehari sebelum pernotongan. Umur tanaman pada saat pengukuran sekitar satu tahun. Hasil yang di peroleh memper 1 i hat kan t anaman yang pertumbuhannya agak cepat di bandingkan dengan lainnya adal ah D. rensoni i. Hal ini terlihat dari tinggi tanaman adalah 243,Z cm disusul berturut-turut oleh jenis F. congesta yaitu 199,8 cm dan kombinasi dari kedua jenis leguminose yaitu 163,O cm. Untuk pengumpulan data selan jutnya di lakukan pemotongan set i ap i nt erval 6 mi nggu. Set el ah pemotongan pert ama dengan interval 6 minggu, rat a-rat a t inggi tanaman bervariasi t iap-t iap pemotongan dari jenis yang berbeda. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 3 menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyat a ant ara j eni s 1 eguminose pada pemotongan pertama. Kombinasi kedua jenis leguminose nyat a pertumbuhannya lebi h bai k daripada F. congesta, sedangkan dengan D. rensonii t idak berbeda nyata. Pada pemotongan kedua dan ketiga, terdapat perbedaan yang sangat nyat a ant ara sat u j eni s 1 egumi nose dengan 1 ai nnya;
D. rensonii masih lebih baik'dan lebih tinggi daripada F. congesta dan kombinasi kedua kenis leguminose, juga antara F. congesta dengan kombinasi kedua jenis leguminose Pengaruh j arak t anam hanya t erl i hat pada pemotongan kedua dan ketiga. Produksi pada jarak tanam 240 cm, nyata lebih tinggi,, daripada jarqk tanam 1.20,cm, tapi tidak.,., berbeda dengan jarak tanam 180 cm. Semakin rapat jarak t anam, maka makin terhambat pertumbuhan tanaman. Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap t inggi tanaman dari set iap periode pemot ongan. Per1 akuan Jarak tanam leguminose (cm) Pemot ongan I I I I11 ----------------- cm... Jenis leguminose Flemingia 132,0a 136,7~ 153,0a Desmod i urn 144,0b 174,7' 188,8~ Fle + Des 144,~~ 156., 7b 161,4a Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (P<0.05) UBD. Ti dak terdapat pengaruh nyata interaksi kedua perla- kuan t erhadap t i nggi t anaman. Meski pun demi k i an nampaknya
jenis D. rensonii dengan jarak tanam 240 cm mempunyai t anaman yang t inggi, t erutama pada pemotongan ket iga. Kemudi an di susul dari kombinasi kedua jeni s 1 eguminose dengan jarak tanam yang sama. Jenis F. congesta menempat i urutan terakhir juga pada jarak tanam 240 cm. Jumlah tangkai yanq dipotong. Sidik ragam pada Tabel 4 Lampi ran 4 memperl i hatkan adanya pengaruh interaksi antara jarak tanam dengan jenis leguminose pada pemotongan pert ama dan ket i ga, sedangkan pada pemotongan kedua pengaruh yang nyata hanya jenis leguminose dan jarak t anam. Pada pemotongan pert ama 0. rensoni i dengan jarak tanam 240 cm, jumlah tangkai yang dipotong nyata lebih banyak daripada F. congesta, 0. rensoni i dan kombinasi kedua jenis leguminose pada jarak tanam 120.cm, juga dengan campuran kedua jenis leguminose pada jarak tanam 180 cm. Jumlah tangkai yang dipotong terendah adalah dari jenis F. congesta pada jarak tanam 120 cm. Pada pemotongan ket iga, jumlah t angkai t anaman yang dipotong t erbanyak adalah dari campuran kedua jeni s leguminosq, pada jarak tanam 180 cm, dan berbeda nyata dengan jenis F. congesta pada jarak tanam 120 cm, juga berbeda nyata dengan D. rensonii pada jarak tanam 240 cm 120 cm (Tabel 4). Terlihat dari tiga kali pemotongan ternyata 0. rensonii dengan jarak tanam 240 cm memperl i- hatkan jumlah tangkai yang dipotong terbanyak.
Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose t erhadap juml ah t angkai ' t anaman yang di potong dar i set i ap per i ode pemotongan. Jarak tanam Jenis Pemot ongan leguminose leguminose (cm) I I I 111 120 Flemingia Desmodi um Fle.t Des,180 Flemingia ~esmod i'um Fle + Des 240 Flemingia Desmod i um Fle + Des Huruf yang berbeda pada kolom yang sama (PC0.05) UBD. berbeda nyata Produksi bahan kerins hiiauan lenuminose. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 4 tidak memperlihatkan adanya pengaruh interaksi ant ara jarak t anam dengan jenis 1 eguminose. Pengaruh yang nyata hanya terlihat antara jenis leguminose untuk semua pemotongan (Tabel 5). Pada pemotongan pertama, produksi hijauan kering campuran kedua jenis leguminose nyata lebih t inggi daripada D. rensonii dan F. congesta, sedangkan antara F. congesta dan 0. rensonii tidak berbeda. Pada pemotongan ket i ga D. rensoni i dan campuran kedua jeni s leguminose produksi hi jauannya sangat nyat a lebih tinggi daripada F. congesta, sedangkan pada pemotongan kedua D. rensonii produksi hi jauannya sangat nyata lebih tinggi daripada F. congesta dan campuran kedua jenis
leguminose, juga campuran kedua jenis laguminose sangat nyata lebih tinggi produksi 'hijauannya daripada F. congest a. Secara kumulat i f terl i hat bahwa jenis D. rensoni i produksi hijauannya lebih tinggi dari pada yang lainnya. label 5. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi bahan kering,hijauan dari set iap periode pemotongan. Per 1 akuan Jarak tanam leguminose (cm) Pemot ongan I I I 111 --------- kg ha-l ---------- Jenis leguminose Flemingia 550, 6a 672, 2a Desmod i um 572,3: 1346,oc Fle + Des 718,l 1005,0~ Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0.05) UBD. Pada Tabel Lampi ran 4 juga tidak terlihat adanya pengaruh jarak tanam yang nyata untuk semua pemotongan, namun masih terlihat jarak tanam 240 cm produksi hi~auannya lebih baik dari jarak tanam 120 dan 180 cm pada pemotongan kedua dan ket i ga, sedangkan pada pemotongan pertama jarak tanam 180 cm lebih baik.
Interaksi dari kedua perlakuan tersebut juga t idak memperlihatkan pengaruh nyata pada semua pemotongan. Tanaman Jagung Tinsgi tanaman. Sidik ragam Tabel Lampiran 6 menun j ukkan bahwa t ernyat a t i nggi t anaman j agung yang ' di t anam dengan j eni s t anaman 1 eguki nose yang berbeda, tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Yang sangat nyata hanya pengauh jarak tanam leguminose. Jarak tanam leguminose 240 cm (tiga larikan tanaman jagung) memberikan tinggi tanaman jagung lebi tinggi dari pada jarak tanam 120 cm (satu larikan tanaman jagung) dan 180 cm (dua larikan tanaman jagung), sedangkan antara jarak tanam leguminose 180 cm dan jarak tanam leguminose 120 cm tidak berbeda (Tabel 6). Sebaliknya bila dibanding- kan dengan tanaman jagung yang tanpa legurninose, tinggi tanaman jagung lebih tinggi pada populasi tanaman yang lebih rendah (satu larikan tanaman jagung) dari pada populasi populasi tanaman yang lebih (dua dan tiga larikan). Tinggi tanaman jagung empat dan tujuh minggu setelah t anam pertumbuhannya sangat berbeda antara yang ditanam dengan 1 egumi nose dan t anpa 1 egumi nose, dimana rat a-rat a tinggi tanaman jagung tanpa leguminose lebih tinggi dari-
pada j agung yang di t anam dengan 1 egumi nose. Unt uk t anaman jagung yang ditanam dengan legurninose pada jarak tanam 240 cm tinggi tanaman jagung lebih t inggi daripada jagung yang ditanam antara larikan leguminose 120 cm, di mana pada umur yang sama pertumbuhan jagung sangat tertekan terutama yang tumbuh pada jarak tanam leguminose yang rapat. Hal ini terjadi oleh karena adanya naungan,dari,, t anaman 1 egumi nose t erhadap t anaman j agung. Sedangkan jagung yang ditanam pada jarak tanam legurninose 240 cm masi berpel uang besar unt uk mendapat kan sinar matahari lebih banyak. Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap tinggi tanaman jagung yang ditanam dengan leguminose dan t anpa 1 egumi nose. Jarak tanm Umur Dengan leguminose Tanpa leguminose jagung Rat aan 1 egumi nose (cm) Fl e Des FD - 120 4 minggu 32,71 24,86 25,20 90,25 7 minggu 88,66 99,73 99,30 171,31 Saat panen 168,02 169,23 165,21 167,4ga 174,OO 180 4 minggu 33,90 30,33 28,80 74,58 7 minggu 107,70 108,33 113,63 160,06 Saat panen 178,46 171,25 172,34 174,01a 162,50 240 4 minggu 52,66 57,20 53,26 75,22 7 minggu 181,40 173,53 167,76 160,46 Saat panen 185,39 180,90 187,89 184,73b 162,80 Huruf yang t idak sama pada kolom - yang sama berbeda nyata (P<0,05) UBD.
Produksi bahan kerinn hiiauan iagung. Sidik ragam pada Tabel Lampi ran 6 memperl i hat kan adanya pengaruh yang sangat nyat a per 1 akuan j arak t anam 1 eguminose t erhadap produksi bahan kering hi jauan jagung, dimana produksi bahan kering hijauan jagung pada jarak tanam 240 cm sangat nyata lebih tinggi dari pada jarak tanam leguminose 120 dan 180 cm, juga jarak tanam leguminose 180 cm sangat 'nyata febih a t inggi daripada jarak tanam le$uminose 120 cm. Untuk perlakuan jenis tanaman leguminose tidak memper- 1 i hat kan pengaruh yang n.yata, juga t i dak terl i hat adanya pengaruh interaksi dari kedua perlakuan terhadap produksi hijauan kering jagung (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi bahan kering hijauan jagung yang ditanaman dengan leguminose dan tanpa leguminose. Jarak tanam Dengan leguminose Tanpa leguminose Rat aan 1 egumi nose (cm) ~1 e Des FD ------------- ton ha-l --------------- 240 2,42 2.34 2,04 2,26' 2,28 Rat aan 1,84 1,73 1,68 Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<O,O5) UBD.
Produksi bi j i pi~i lan kering jagung. Sidi k ragam pada. Tabel Lampi ran 6 menunjukkan bahwa perlakuan jenis leguminose berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jagung pi pi lan. Produksi jagung pi pi lan sangat nyata lebi h t inggi apabi la ditanam di antara lari kan D. rensonii pada pol a t anam t umpangsar i, sedangkan ant ara F. congesta dan campuran kedua jenis 1 eguminose t i dak pemperl ihat kan pebedaan (Tabel 8). Tabel 8. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi pi pi lan kering jagung yang ditanam dengan tanaman leguminose dan tanpa leguminose. - Jarak tanam Dengan leguminose Tanpa leguminose Rat aan 1 egumi nose (cm) Fle Des FD -------------- ton ha'f 120 0,89 1,72 0,82 1,14~ 4,08 180 2,96 2,92 2,42 2, 76b 4,34 240 4,57 4,89 4,59 4,Wc 5,42 Rat aan 2,81a 3,17b 2,61a Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama dalam. tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0,05) UBD.. 1 h24 Tabel 1 ampi ran 6 j uga memper 1 i hat kan adanya pengaruh., jarak tanam yang sangat nyata terhadap produksi jagung pipilan, dimana tanaman jagung yang terdiri dari tiga larikan (jarak tanam leguminose 240 cm) sangat nyata memberikan produksi jagung pipilan yang paling tinggi dari pada yang terdiri dari dua larikan (jarak tanam leguminose 180 cm), disusul dengan jarak tanam legurninose 180 cm
sangat nyata lebih tinggi dari 'tanaman jagung yang terdi dari satu lari kan ( jarak tanam leguminose 120 cm). Sedang- kan i nterkasi kedua per1 akuan t idak memperl i hat kan adanya pengaruh nyat a t erhadap produksi jagung pi pi lan pada pola t anam tumpangsari. Nisbah Kom~etisi. Nisbah Kompet i si (NK) dari produksi ' bi j i pi pi 1 an ker ii'g t anakan jagung daiam 'tumpangsari 'bada 4' jenis dan kepadatan populasi tanaman leguminose yang berbeda disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9.>ternyata bahwa Ni sbah Kompet isi terberat pada populasi tanaman leguminose yang tinggi (jarak tanam 120 cm). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi tanaman leguminose semakin tinggi pula tekanan kompetisi, kemudian terus berkurang dengan semakin berkurangnya populasi leguminose serta meningkatnya populasi tanaman jagung. Tabel 9. Nisbah Kompetisi biji pipilan kering jagung yang ditanam dengan leguminose pakan. Jarak tanam leguminose (cm)/ Jenis jumlah larikan tanaman jagung 1 egumi nose Rat aan 120/(satu 180/(dua 240/t i ga lari kan) larikan) larikan) <, Flemingia 0,25 0,69 0193 0.62 Desmod i urn 0,39 0,66 0,74 0,59 Fle + Des 0,19 0,55 0,96 0,56
Tekanan kompetisi yang paling berat apabila tanaman jagung ditumpangsarikan pada campuran kedua jenis legumi- nose dengan popul asi t anaman 1 egumi nose yang pal i ng tinggi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya jenis 1 egumi nose yang di t umpangsari kan sangat menekan pertumbu- han t anaman jagung. Rat a-rata Nisbah Kompet i si dari semua per1 akuan di bawah sat u, berart i t anaman j agung terte- 4'.P kan pert umbuhannya. Tekanan kompet i si yang pal i ng rendah yai t u 0.62 apabi 1 a t anaman j agung di t umpangsar i kan dengan leguminose jenis F. congesata. Hasil Percobaan I1 Degradasi bahan kering dan bahan organik Pesradasi bahan kering leguminose. Kemampuan degra- dasi bahan kering dari ket iga leguminose dengan wakt u inkubasi dari 0 sampai 48 jam yaitu antara 45,5 sampai 78,50 % (Tabel 10). Rata-rata degradasi bahan kering. dengan waktu inkubasi 48 jam adalah 78,50 % diperoleh dari species F. congesta kemudian species D. rensonii (55,30 %) serta campuran kedua species (6,5,0 %I. Sidik ragam pada Tabel Lampi ran 7 memperl i hat kan pengaruh j eni s leguminose yang sangat nyat a t erhadap degradasi bahan keri ng. F. congesta mampu didegradasi bahan keringnya sangat nyata lebih tinggi dari pada D. rensonii dan campuran kedua
jenis legurninose tersebut. ~uga campuran kedua jenis leguminose sangat nyat a lebih tinggi dari pada D. rensonii. Perbedaan yang nyata pula diperl ihatkan antara waktu inkubasi ; waktu inkubasi 48 jam mempunyai degradasi bahan keringnya nyata lebih tinggi dari pada waktu inkubasi 0 dan 12 jam, sedangkan dengan waktu inkubasi 24 jam t idak, berbeda. Waktu, inkubasi 24 jam juga nyata lqbih, t inggi dari pada waktu inkubasi 0 dan 12 jam. Degradasi bahan kering kedua jenis leguminose masih memperl i hat kan kenai kan hi ngga masa i nkubasi mencapai 48 jam. Persentase degradasi tertinggi dicapai dari 0 ke 12 j am pert ama adal ah 14,96% dari j eni s leguminose F. congesta kemudian campuran kedua jenis leguminose (10,77%) dan terendah adalah D. rensonii (8,88 %). Tabel 10. Pengaruh waktu inkubasi terhadap degradasi bahan kering hijauan dari jenis leguminose yang berbeda. Jenis leguminose Waktu inkubasi (jam) 0 12 24 48 Rat aan Flemingia 58,55 73,51 77,OZ 78,50 71,8gc Desmod i um 45,46 54,34 59,26 62,14 55, 3oa Fle + Des 51,42 62,19 68,65 77,76 65, Oob Rat aan 51,81a 65,35b 68,31bC 72,8oC Huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0,05) UBD.
50 Oesradasi bahan o a a n 1 egumi nose. Rat a-rat a degradasi bahan organik ketiga jenis leguminose dari 0 sampai 48 jam yaitu 89,1 sampai 95,7 X (Tabel 11). Tidak t er 1 i hat adanya pengaruh j eni s 1 egumi nose, j arak t anam dan waktu inkubasi terhadap degradasi bahan organik. Pengaruh yang nyata hanya t erl ihat pada int eraksi ket i ga perlakuan tersebut, yaitu F. congesta pada jarak tanam.i' 4,) 180 cm dan waktu inkubasi 48 jam degradasi bahan organi knya nyat a 1 ebi h t inggi daripada campuran kedua jenis leguminose pada jarak tanam yang sama dengan waktu inkubasi 0 jam. Tabel 11. Pengaruh waktu inkubasi terhadap degradasi bahan organik dari jenis leguminose yang berbeda. Waktu inkubasi (jam) Jeni s leguminose 0 12 24 48 Flemingia Oesmodi urn Fle + Des Oegradasi bahan organik dari F. congesta kelihatannya sejalan dengan tingginya degradasi bahan kering. Mengingat bahwa bahan organik yang terdegradasi adalah merupakan bahagian dari bahan kering, sehingga kemungkinan besar
berkaitan dengan tingginya degra'dasi bahan organik dari F. congesta. Persentase degradasi yang pal ing t inggi yai tu 95,7% pada saat inkubasi 48 jam dari F. congesta. Hal ini juga sejalan dengan tingginya degradasi bahan kering dari jenis leguminose tersebut. Degradari bahan organi k dari set iap interval waktu inkubasi juaa mengal ami henai kan, yang, berart i bahwa,,, semakin lama jenis makanan tinggal dalam rumen, persentase degradasinya semakin meningkat, namun akan mengalami titik no1 pada waktu tertentu. Interval inkubasi dari 24 jam hingga 48 jam kenaikannya semakin kecil dari ketiga perlakuan jenis leguminose leguminose. Laiu Degradasi Bahan Organik lesuminose. Laju degra- dasi bahan organi k terl i hat pada Tabel 12. Laju degradasi (c) D. rensonii masih lebih rendah daripada jenis lainnya, juga potensi degradasi (a + b) lebih rendah dari pada F. congesta, demi kian pula degradasi sebenar- nya yang paling rendah daripada lainnya. Laju degradasi paling tinggi adal ah campuran dari kedua jeni s legumi - nose, meski pun kelarutan awalnya serta potensi degra- dasinya yang paling rendah.
Tabel 12. Laju degradasi bahan organik hijauan dari jenis 1 eguminose yang berbeda. Jenis leguminose a b (a + b) c Flemingia 58,49 29,38 87,87 0,0759 Oesmod i um 45,49 19,14 64,63 0,0566 Fle + Oes 51,26 27,18 78,44 0,0815, a, fraksi bahan keri.ng yang 1,arut b = fraksi bahan kering yang terdegradasi (a+b) = potensi bahan kering terdegradasi c = laju degradasi bahan kering Produksi Gas Lesuminose. Produksi gas adalah merupakan hasi 1 dari proses fermentasi yang ter jadi dalam rumen dan dapat rnenggambarkan banyaknya bahan organik yang dicerna. Pada Tabel Lampiran 10 dan 11 terlihat adanya pengaruh jeni s leguminose yang nyat a t erhadap produksi gas, bai k secara f 1 ukt uasi maupun kumul at i f pada wakt u inkubasi yang berbeda. Jenis 0.rensonii memproduksi gas nyata lebih tinggi dari pada jenis lainnya. Juga campuran kedua jeni s leguminose produksi gasnya nyata lebi h t inggi dari pada F. congesta. Secara fluktuasi, jarak tanam tidak berpengaruh t erhadap' produksi gas, yang berpengaruh nyata adalah int eraks'? antara perlakuan jeni s tanaman dengan waktu inkubasi. Jenis D. rensonii dengan waktu inkubasi 24 jam sangat nyata rnemproduksi gas lebih tinggi dari pada
kombinasi lainnya, kecuali dengan campuran kedua jenis leguminose pada saat inkubasi yang sama. Kurva fluktuasi laju produksi gas dari masing-masing jenis leguminose pada waktu inkubasi yang berbeda terlihat pada Gambar 2. Pada gambar tesebut ternyata puncak fermentasi dengan produksi gas tertinggi pada saat inkubasi mencapai 24 jam, sel an jutnya menurun, pada saat." 48,, 72 dan 96 jam. Pada saat inkubasi 24 jam, D. rensonii memberi kan produksi gas tert inggi kemudian disusul campuran kedua jenis leguminose dan terakhi r adalah F. congesta, kompo- sisi ini bertahan sampai waktu inkubasi 96 jam, meskipun pada saat ini tidak terlihat lagi adanya perbedaan yang nyat a. Gambar 2. Laju produksi gas secara fluktuasi dari hijauan leguminose.
Produksi' gas secara kumulatif pada Tabel Lampiran 11 memperl i hat kan adanya pengaruh wakt u inkubasi yang nyata. Total produksi gas waktu inkubasi 98 jam nyata lebih tinggi dari waktu inkubasi 24 dan 48 jam, sedangkan waktu inkubasi 72 jam tidak berbeda dengan waktu inkubasi 98 jam. Juga terl ihat adanya pengaruh interaksi antara jenis 1 eguminose dengan waktu inkubasi, yai tu campuran kedua jenis 'leguminose pada waktu inkubasi 96 jam nyata lebih t inggi dari semua kombinasi perlakuan lainnya, kecual i dengan campuran kedua jenis leguminose pada waktu inkubasi 48 dan 72 jam juga dengan D. rensonii pada waktu inkubasi 24 jam. Masa inkubasi (Jam) Gambar 3. Produksi gas secara kumulatif dari jenis leguminose yang berbeda.
Kurva produksi gas dari jenis leguminose yang berbeda, secara kumulat i f terl i hat pada Gambar 3. Semakin 1 ama suatu bahan t erinkubasi dal am rumen semakin t inggi tot a1 produksi gasnya, akan tetapi semakin lama di inkubasi laju produksi gasnya semakin menurun. Pada gambar tersebut terlihat laju produksi gas tertinggi pada saat 24 dan 48 jam kemudia dari 48 ke 72 jam dan seterusnya sudah mulai II'.' *' menurun. Produksi N-NH3. Rata-rata produksi N-NH3 terl ihat pada Tabel 13. Hasi 1 sidik ragam pada Tabel Lampiran 9 tidak memperlihatkan adanya pengaruh jenis leguminose maupun jarak tanam terhadap produksi N-NH3. Pengaruh yang nyat a hanya t erl i hat pada waktu inkubasi, saat waktu inkubasi 96 jam nyata lebih tinggi dari waktu inkubasi 24 dan 48 jam, sedangkan dengan waktu inkubasi 72 jam tidak berbeda. Juga t idak terl i hat adanya perbedaan antara waktu inkubasi 24 dengan 48 jam. Kurva laju produksi N-NH3 untuk jenis leguminose dengan waktu inkubasi yang berbeda terlihat pada Gambar 4. Pada saat 24 jam sama untuk semua jenis leguminose " mengalami kenaikan, namun Dada saat 48 jam terjadi penurunan untuk D. rensonii dan campuran kedua jenis legumi- nose, sedangkan F. congesta masi h terus meningkat. Saat mencapai 72 jam D. rensonii dan campuran- kedua jenis leguminose memperlihatkan lonjakan yang tinggi melebihi
F. congesta. Saat mencapai 96 jdm kel ihatannya D. rensonii dan campuran kedua species tidak lagi memperlihatkan kenaikan berarti bahkan pada kurva terlihat mendatar dibandingkan dengan F. congesta yang terus meningkat. Kesimpulan dari ketiga jenis leguminose t ersebut ternyata F. congesta masih memperl i hatkan kenai kan produksi gas yang konsisten hingga.menc.,apai waktu., 96 jam." masa inkubasi. Tabel 13. Pengaruh waktu inkubasi terhadap produksi N-NH3 hijauan dari jenis leguminose yang berbeda. Waktu inkubasi (jam) Jeni s Jarak 1 egumi nose t anam 24 48 72 96 Flemingia 120 44,8 57,4 47,6 50,4 180 39,2 43,4 50.4 50,4 240 43,4 40,6 49,O 92,4 Oesmodi um 120 54,s 32.2 61,6 54,6 180 42,O 37,9 99,4 59,4 240 42,O 54.6 39,2 89,6 Fle + Des 120 47,6 49,O 70,O 60,2 180 39,2 35,O 60,2 61,6 240 47,6 42,O 37,8 50,4 Rat aan 44, 4oa 42, 9ga 53, 54b 55, 66b "Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) UBD. Produksi NH3 dari jenis F. congesta lebih rendah dari jenis D. rensonii, tapi produksinya masih konsisten hingga mencapai waktu 96 jam masa inkubasi. Ini kemung-
kinan disebabkan oleh kandungarl proteinnya lebih tinggi dari pada jenis D. rensonii, seperti yang dilaporkan oleh Wholft et al. (1976) bahwa tingginya N-NH3 yang dihasilkan oleh suatu jenis pakan sangat tergantung dari sumber protein yang di kandungnya, sert a mudah t idaknya sumber protein tersebut terdegradasi. Masa inkubasi (Jam) Gambar 4. Laju produksi N-NH3 dari hijauan leguminose