HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu. percobaan agronomis kemudian dilanjutkan dengan percobaan

DAFTAR ISI 2 DAFTAR TABEL 3 1. Per ke mbangan Dat a Pel apor 4 2. Per ke mbangan Dat a Debi tur 5 3. Per ke mbangan Dat a Fasilitas 6 4.

makin meningkat, sehingga terjadi peningkatan sadar gizi. Kambing di Indonesia selain merupakan salah satu

Tingkah laku berahi dan intensitas tanda-tanda berahi. yang paling menonjol adalah betina berahi sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

q* PERENCANAAN TATARUANG PERTANIAN

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

KESIMPULAN DAN SARAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2014)

was conducted for rotating the supervising at The Health Servi ces Research and Development Centre. ta get an opt i ma1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

oa6, y*., A ( Centella asiatica L. Urban ) PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN N DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN ' PRODUKSI PEGAGAN Oleh ORIZA SIDIANE

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS BIO-URIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT Panicum maximum PADA PEMOTONGAN KE TIGA

ABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

ga produksi daging dan susu dirasakan sangat lambat pening- Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini bahwa po-

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

ANALBSIS FUNGSI PRODUICSI DAN BE[A"r'A PRODUKSI PERUSAHAAN PETERNAKAN SAP1 POTON(; Dl KECAMATADJ CHCURUG KABUPATEN SUKABUhll

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

POLA TANAM TUMPANGSARI JAGUNG DENGAN LEGUMINOSA SUATU ALTERNATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

(Syzygium pholyanthum W).

FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Sumber : Nurman S.P. (

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

Manual Prosedur PELAKSANAAN SEMESTER PENDEK (SP)

SEKSI MANAJEMEN DAN INFORMASI SUBDIN PERENCANAAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH JL. PIERRE TENDEAN NO. 24 SEMARANG

(1) Kebun Percobaan (KP) Muara, untuk pengadaan benih. (persilangan-persilangan) dan menanam tanaman makanan

PENGARUH PENEMPATAN PUPUK TERHADAP PERTUIVIBUHAN DAN PENGAMBILAN FOSFAT OLEH TANAMAN JAGUNG

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian

AESTRAKSI. Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l. Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang. Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK FISII" BERBAGAI JENlS TAHU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 11 Nomor 2 September 2014

IV. HASIL PENELITIAN

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI JAMBI (ANGKA SEMENTARA 2015)

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I Tanaman Leguminose Tingsi tanaman. Pada pemotongan awal, yang merupakan pemotongan penyeragaman pertumbuhan kembali tanaman, t ingbi tinaman diukur iehari sebelum pernotongan. Umur tanaman pada saat pengukuran sekitar satu tahun. Hasil yang di peroleh memper 1 i hat kan t anaman yang pertumbuhannya agak cepat di bandingkan dengan lainnya adal ah D. rensoni i. Hal ini terlihat dari tinggi tanaman adalah 243,Z cm disusul berturut-turut oleh jenis F. congesta yaitu 199,8 cm dan kombinasi dari kedua jenis leguminose yaitu 163,O cm. Untuk pengumpulan data selan jutnya di lakukan pemotongan set i ap i nt erval 6 mi nggu. Set el ah pemotongan pert ama dengan interval 6 minggu, rat a-rat a t inggi tanaman bervariasi t iap-t iap pemotongan dari jenis yang berbeda. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 3 menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyat a ant ara j eni s 1 eguminose pada pemotongan pertama. Kombinasi kedua jenis leguminose nyat a pertumbuhannya lebi h bai k daripada F. congesta, sedangkan dengan D. rensonii t idak berbeda nyata. Pada pemotongan kedua dan ketiga, terdapat perbedaan yang sangat nyat a ant ara sat u j eni s 1 egumi nose dengan 1 ai nnya;

D. rensonii masih lebih baik'dan lebih tinggi daripada F. congesta dan kombinasi kedua kenis leguminose, juga antara F. congesta dengan kombinasi kedua jenis leguminose Pengaruh j arak t anam hanya t erl i hat pada pemotongan kedua dan ketiga. Produksi pada jarak tanam 240 cm, nyata lebih tinggi,, daripada jarqk tanam 1.20,cm, tapi tidak.,., berbeda dengan jarak tanam 180 cm. Semakin rapat jarak t anam, maka makin terhambat pertumbuhan tanaman. Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap t inggi tanaman dari set iap periode pemot ongan. Per1 akuan Jarak tanam leguminose (cm) Pemot ongan I I I I11 ----------------- cm... Jenis leguminose Flemingia 132,0a 136,7~ 153,0a Desmod i urn 144,0b 174,7' 188,8~ Fle + Des 144,~~ 156., 7b 161,4a Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (P<0.05) UBD. Ti dak terdapat pengaruh nyata interaksi kedua perla- kuan t erhadap t i nggi t anaman. Meski pun demi k i an nampaknya

jenis D. rensonii dengan jarak tanam 240 cm mempunyai t anaman yang t inggi, t erutama pada pemotongan ket iga. Kemudi an di susul dari kombinasi kedua jeni s 1 eguminose dengan jarak tanam yang sama. Jenis F. congesta menempat i urutan terakhir juga pada jarak tanam 240 cm. Jumlah tangkai yanq dipotong. Sidik ragam pada Tabel 4 Lampi ran 4 memperl i hatkan adanya pengaruh interaksi antara jarak tanam dengan jenis leguminose pada pemotongan pert ama dan ket i ga, sedangkan pada pemotongan kedua pengaruh yang nyata hanya jenis leguminose dan jarak t anam. Pada pemotongan pert ama 0. rensoni i dengan jarak tanam 240 cm, jumlah tangkai yang dipotong nyata lebih banyak daripada F. congesta, 0. rensoni i dan kombinasi kedua jenis leguminose pada jarak tanam 120.cm, juga dengan campuran kedua jenis leguminose pada jarak tanam 180 cm. Jumlah tangkai yang dipotong terendah adalah dari jenis F. congesta pada jarak tanam 120 cm. Pada pemotongan ket iga, jumlah t angkai t anaman yang dipotong t erbanyak adalah dari campuran kedua jeni s leguminosq, pada jarak tanam 180 cm, dan berbeda nyata dengan jenis F. congesta pada jarak tanam 120 cm, juga berbeda nyata dengan D. rensonii pada jarak tanam 240 cm 120 cm (Tabel 4). Terlihat dari tiga kali pemotongan ternyata 0. rensonii dengan jarak tanam 240 cm memperl i- hatkan jumlah tangkai yang dipotong terbanyak.

Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose t erhadap juml ah t angkai ' t anaman yang di potong dar i set i ap per i ode pemotongan. Jarak tanam Jenis Pemot ongan leguminose leguminose (cm) I I I 111 120 Flemingia Desmodi um Fle.t Des,180 Flemingia ~esmod i'um Fle + Des 240 Flemingia Desmod i um Fle + Des Huruf yang berbeda pada kolom yang sama (PC0.05) UBD. berbeda nyata Produksi bahan kerins hiiauan lenuminose. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 4 tidak memperlihatkan adanya pengaruh interaksi ant ara jarak t anam dengan jenis 1 eguminose. Pengaruh yang nyata hanya terlihat antara jenis leguminose untuk semua pemotongan (Tabel 5). Pada pemotongan pertama, produksi hijauan kering campuran kedua jenis leguminose nyata lebih t inggi daripada D. rensonii dan F. congesta, sedangkan antara F. congesta dan 0. rensonii tidak berbeda. Pada pemotongan ket i ga D. rensoni i dan campuran kedua jeni s leguminose produksi hi jauannya sangat nyat a lebih tinggi daripada F. congesta, sedangkan pada pemotongan kedua D. rensonii produksi hi jauannya sangat nyata lebih tinggi daripada F. congesta dan campuran kedua jenis

leguminose, juga campuran kedua jenis laguminose sangat nyata lebih tinggi produksi 'hijauannya daripada F. congest a. Secara kumulat i f terl i hat bahwa jenis D. rensoni i produksi hijauannya lebih tinggi dari pada yang lainnya. label 5. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi bahan kering,hijauan dari set iap periode pemotongan. Per 1 akuan Jarak tanam leguminose (cm) Pemot ongan I I I 111 --------- kg ha-l ---------- Jenis leguminose Flemingia 550, 6a 672, 2a Desmod i um 572,3: 1346,oc Fle + Des 718,l 1005,0~ Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0.05) UBD. Pada Tabel Lampi ran 4 juga tidak terlihat adanya pengaruh jarak tanam yang nyata untuk semua pemotongan, namun masih terlihat jarak tanam 240 cm produksi hi~auannya lebih baik dari jarak tanam 120 dan 180 cm pada pemotongan kedua dan ket i ga, sedangkan pada pemotongan pertama jarak tanam 180 cm lebih baik.

Interaksi dari kedua perlakuan tersebut juga t idak memperlihatkan pengaruh nyata pada semua pemotongan. Tanaman Jagung Tinsgi tanaman. Sidik ragam Tabel Lampiran 6 menun j ukkan bahwa t ernyat a t i nggi t anaman j agung yang ' di t anam dengan j eni s t anaman 1 eguki nose yang berbeda, tidak berbeda nyata antara satu dengan lainnya. Yang sangat nyata hanya pengauh jarak tanam leguminose. Jarak tanam leguminose 240 cm (tiga larikan tanaman jagung) memberikan tinggi tanaman jagung lebi tinggi dari pada jarak tanam 120 cm (satu larikan tanaman jagung) dan 180 cm (dua larikan tanaman jagung), sedangkan antara jarak tanam leguminose 180 cm dan jarak tanam leguminose 120 cm tidak berbeda (Tabel 6). Sebaliknya bila dibanding- kan dengan tanaman jagung yang tanpa legurninose, tinggi tanaman jagung lebih tinggi pada populasi tanaman yang lebih rendah (satu larikan tanaman jagung) dari pada populasi populasi tanaman yang lebih (dua dan tiga larikan). Tinggi tanaman jagung empat dan tujuh minggu setelah t anam pertumbuhannya sangat berbeda antara yang ditanam dengan 1 egumi nose dan t anpa 1 egumi nose, dimana rat a-rat a tinggi tanaman jagung tanpa leguminose lebih tinggi dari-

pada j agung yang di t anam dengan 1 egumi nose. Unt uk t anaman jagung yang ditanam dengan legurninose pada jarak tanam 240 cm tinggi tanaman jagung lebih t inggi daripada jagung yang ditanam antara larikan leguminose 120 cm, di mana pada umur yang sama pertumbuhan jagung sangat tertekan terutama yang tumbuh pada jarak tanam leguminose yang rapat. Hal ini terjadi oleh karena adanya naungan,dari,, t anaman 1 egumi nose t erhadap t anaman j agung. Sedangkan jagung yang ditanam pada jarak tanam legurninose 240 cm masi berpel uang besar unt uk mendapat kan sinar matahari lebih banyak. Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap tinggi tanaman jagung yang ditanam dengan leguminose dan t anpa 1 egumi nose. Jarak tanm Umur Dengan leguminose Tanpa leguminose jagung Rat aan 1 egumi nose (cm) Fl e Des FD - 120 4 minggu 32,71 24,86 25,20 90,25 7 minggu 88,66 99,73 99,30 171,31 Saat panen 168,02 169,23 165,21 167,4ga 174,OO 180 4 minggu 33,90 30,33 28,80 74,58 7 minggu 107,70 108,33 113,63 160,06 Saat panen 178,46 171,25 172,34 174,01a 162,50 240 4 minggu 52,66 57,20 53,26 75,22 7 minggu 181,40 173,53 167,76 160,46 Saat panen 185,39 180,90 187,89 184,73b 162,80 Huruf yang t idak sama pada kolom - yang sama berbeda nyata (P<0,05) UBD.

Produksi bahan kerinn hiiauan iagung. Sidik ragam pada Tabel Lampi ran 6 memperl i hat kan adanya pengaruh yang sangat nyat a per 1 akuan j arak t anam 1 eguminose t erhadap produksi bahan kering hi jauan jagung, dimana produksi bahan kering hijauan jagung pada jarak tanam 240 cm sangat nyata lebih tinggi dari pada jarak tanam leguminose 120 dan 180 cm, juga jarak tanam leguminose 180 cm sangat 'nyata febih a t inggi daripada jarak tanam le$uminose 120 cm. Untuk perlakuan jenis tanaman leguminose tidak memper- 1 i hat kan pengaruh yang n.yata, juga t i dak terl i hat adanya pengaruh interaksi dari kedua perlakuan terhadap produksi hijauan kering jagung (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi bahan kering hijauan jagung yang ditanaman dengan leguminose dan tanpa leguminose. Jarak tanam Dengan leguminose Tanpa leguminose Rat aan 1 egumi nose (cm) ~1 e Des FD ------------- ton ha-l --------------- 240 2,42 2.34 2,04 2,26' 2,28 Rat aan 1,84 1,73 1,68 Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<O,O5) UBD.

Produksi bi j i pi~i lan kering jagung. Sidi k ragam pada. Tabel Lampi ran 6 menunjukkan bahwa perlakuan jenis leguminose berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jagung pi pi lan. Produksi jagung pi pi lan sangat nyata lebi h t inggi apabi la ditanam di antara lari kan D. rensonii pada pol a t anam t umpangsar i, sedangkan ant ara F. congesta dan campuran kedua jenis 1 eguminose t i dak pemperl ihat kan pebedaan (Tabel 8). Tabel 8. Pengaruh jarak tanam dan jenis leguminose terhadap produksi pi pi lan kering jagung yang ditanam dengan tanaman leguminose dan tanpa leguminose. - Jarak tanam Dengan leguminose Tanpa leguminose Rat aan 1 egumi nose (cm) Fle Des FD -------------- ton ha'f 120 0,89 1,72 0,82 1,14~ 4,08 180 2,96 2,92 2,42 2, 76b 4,34 240 4,57 4,89 4,59 4,Wc 5,42 Rat aan 2,81a 3,17b 2,61a Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama dalam. tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0,05) UBD.. 1 h24 Tabel 1 ampi ran 6 j uga memper 1 i hat kan adanya pengaruh., jarak tanam yang sangat nyata terhadap produksi jagung pipilan, dimana tanaman jagung yang terdiri dari tiga larikan (jarak tanam leguminose 240 cm) sangat nyata memberikan produksi jagung pipilan yang paling tinggi dari pada yang terdiri dari dua larikan (jarak tanam leguminose 180 cm), disusul dengan jarak tanam legurninose 180 cm

sangat nyata lebih tinggi dari 'tanaman jagung yang terdi dari satu lari kan ( jarak tanam leguminose 120 cm). Sedang- kan i nterkasi kedua per1 akuan t idak memperl i hat kan adanya pengaruh nyat a t erhadap produksi jagung pi pi lan pada pola t anam tumpangsari. Nisbah Kom~etisi. Nisbah Kompet i si (NK) dari produksi ' bi j i pi pi 1 an ker ii'g t anakan jagung daiam 'tumpangsari 'bada 4' jenis dan kepadatan populasi tanaman leguminose yang berbeda disajikan pada Tabel 9. Dari Tabel 9.>ternyata bahwa Ni sbah Kompet isi terberat pada populasi tanaman leguminose yang tinggi (jarak tanam 120 cm). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi tanaman leguminose semakin tinggi pula tekanan kompetisi, kemudian terus berkurang dengan semakin berkurangnya populasi leguminose serta meningkatnya populasi tanaman jagung. Tabel 9. Nisbah Kompetisi biji pipilan kering jagung yang ditanam dengan leguminose pakan. Jarak tanam leguminose (cm)/ Jenis jumlah larikan tanaman jagung 1 egumi nose Rat aan 120/(satu 180/(dua 240/t i ga lari kan) larikan) larikan) <, Flemingia 0,25 0,69 0193 0.62 Desmod i urn 0,39 0,66 0,74 0,59 Fle + Des 0,19 0,55 0,96 0,56

Tekanan kompetisi yang paling berat apabila tanaman jagung ditumpangsarikan pada campuran kedua jenis legumi- nose dengan popul asi t anaman 1 egumi nose yang pal i ng tinggi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya jenis 1 egumi nose yang di t umpangsari kan sangat menekan pertumbu- han t anaman jagung. Rat a-rata Nisbah Kompet i si dari semua per1 akuan di bawah sat u, berart i t anaman j agung terte- 4'.P kan pert umbuhannya. Tekanan kompet i si yang pal i ng rendah yai t u 0.62 apabi 1 a t anaman j agung di t umpangsar i kan dengan leguminose jenis F. congesata. Hasil Percobaan I1 Degradasi bahan kering dan bahan organik Pesradasi bahan kering leguminose. Kemampuan degra- dasi bahan kering dari ket iga leguminose dengan wakt u inkubasi dari 0 sampai 48 jam yaitu antara 45,5 sampai 78,50 % (Tabel 10). Rata-rata degradasi bahan kering. dengan waktu inkubasi 48 jam adalah 78,50 % diperoleh dari species F. congesta kemudian species D. rensonii (55,30 %) serta campuran kedua species (6,5,0 %I. Sidik ragam pada Tabel Lampi ran 7 memperl i hat kan pengaruh j eni s leguminose yang sangat nyat a t erhadap degradasi bahan keri ng. F. congesta mampu didegradasi bahan keringnya sangat nyata lebih tinggi dari pada D. rensonii dan campuran kedua

jenis legurninose tersebut. ~uga campuran kedua jenis leguminose sangat nyat a lebih tinggi dari pada D. rensonii. Perbedaan yang nyata pula diperl ihatkan antara waktu inkubasi ; waktu inkubasi 48 jam mempunyai degradasi bahan keringnya nyata lebih tinggi dari pada waktu inkubasi 0 dan 12 jam, sedangkan dengan waktu inkubasi 24 jam t idak, berbeda. Waktu, inkubasi 24 jam juga nyata lqbih, t inggi dari pada waktu inkubasi 0 dan 12 jam. Degradasi bahan kering kedua jenis leguminose masih memperl i hat kan kenai kan hi ngga masa i nkubasi mencapai 48 jam. Persentase degradasi tertinggi dicapai dari 0 ke 12 j am pert ama adal ah 14,96% dari j eni s leguminose F. congesta kemudian campuran kedua jenis leguminose (10,77%) dan terendah adalah D. rensonii (8,88 %). Tabel 10. Pengaruh waktu inkubasi terhadap degradasi bahan kering hijauan dari jenis leguminose yang berbeda. Jenis leguminose Waktu inkubasi (jam) 0 12 24 48 Rat aan Flemingia 58,55 73,51 77,OZ 78,50 71,8gc Desmod i um 45,46 54,34 59,26 62,14 55, 3oa Fle + Des 51,42 62,19 68,65 77,76 65, Oob Rat aan 51,81a 65,35b 68,31bC 72,8oC Huruf yang tidak sama pada kolom dan baris yang sama dalam tiap kelompok pengamatan berbeda nyata (Pc0,05) UBD.

50 Oesradasi bahan o a a n 1 egumi nose. Rat a-rat a degradasi bahan organik ketiga jenis leguminose dari 0 sampai 48 jam yaitu 89,1 sampai 95,7 X (Tabel 11). Tidak t er 1 i hat adanya pengaruh j eni s 1 egumi nose, j arak t anam dan waktu inkubasi terhadap degradasi bahan organik. Pengaruh yang nyata hanya t erl ihat pada int eraksi ket i ga perlakuan tersebut, yaitu F. congesta pada jarak tanam.i' 4,) 180 cm dan waktu inkubasi 48 jam degradasi bahan organi knya nyat a 1 ebi h t inggi daripada campuran kedua jenis leguminose pada jarak tanam yang sama dengan waktu inkubasi 0 jam. Tabel 11. Pengaruh waktu inkubasi terhadap degradasi bahan organik dari jenis leguminose yang berbeda. Waktu inkubasi (jam) Jeni s leguminose 0 12 24 48 Flemingia Oesmodi urn Fle + Des Oegradasi bahan organik dari F. congesta kelihatannya sejalan dengan tingginya degradasi bahan kering. Mengingat bahwa bahan organik yang terdegradasi adalah merupakan bahagian dari bahan kering, sehingga kemungkinan besar

berkaitan dengan tingginya degra'dasi bahan organik dari F. congesta. Persentase degradasi yang pal ing t inggi yai tu 95,7% pada saat inkubasi 48 jam dari F. congesta. Hal ini juga sejalan dengan tingginya degradasi bahan kering dari jenis leguminose tersebut. Degradari bahan organi k dari set iap interval waktu inkubasi juaa mengal ami henai kan, yang, berart i bahwa,,, semakin lama jenis makanan tinggal dalam rumen, persentase degradasinya semakin meningkat, namun akan mengalami titik no1 pada waktu tertentu. Interval inkubasi dari 24 jam hingga 48 jam kenaikannya semakin kecil dari ketiga perlakuan jenis leguminose leguminose. Laiu Degradasi Bahan Organik lesuminose. Laju degra- dasi bahan organi k terl i hat pada Tabel 12. Laju degradasi (c) D. rensonii masih lebih rendah daripada jenis lainnya, juga potensi degradasi (a + b) lebih rendah dari pada F. congesta, demi kian pula degradasi sebenar- nya yang paling rendah daripada lainnya. Laju degradasi paling tinggi adal ah campuran dari kedua jeni s legumi - nose, meski pun kelarutan awalnya serta potensi degra- dasinya yang paling rendah.

Tabel 12. Laju degradasi bahan organik hijauan dari jenis 1 eguminose yang berbeda. Jenis leguminose a b (a + b) c Flemingia 58,49 29,38 87,87 0,0759 Oesmod i um 45,49 19,14 64,63 0,0566 Fle + Oes 51,26 27,18 78,44 0,0815, a, fraksi bahan keri.ng yang 1,arut b = fraksi bahan kering yang terdegradasi (a+b) = potensi bahan kering terdegradasi c = laju degradasi bahan kering Produksi Gas Lesuminose. Produksi gas adalah merupakan hasi 1 dari proses fermentasi yang ter jadi dalam rumen dan dapat rnenggambarkan banyaknya bahan organik yang dicerna. Pada Tabel Lampiran 10 dan 11 terlihat adanya pengaruh jeni s leguminose yang nyat a t erhadap produksi gas, bai k secara f 1 ukt uasi maupun kumul at i f pada wakt u inkubasi yang berbeda. Jenis 0.rensonii memproduksi gas nyata lebih tinggi dari pada jenis lainnya. Juga campuran kedua jeni s leguminose produksi gasnya nyata lebi h t inggi dari pada F. congesta. Secara fluktuasi, jarak tanam tidak berpengaruh t erhadap' produksi gas, yang berpengaruh nyata adalah int eraks'? antara perlakuan jeni s tanaman dengan waktu inkubasi. Jenis D. rensonii dengan waktu inkubasi 24 jam sangat nyata rnemproduksi gas lebih tinggi dari pada

kombinasi lainnya, kecuali dengan campuran kedua jenis leguminose pada saat inkubasi yang sama. Kurva fluktuasi laju produksi gas dari masing-masing jenis leguminose pada waktu inkubasi yang berbeda terlihat pada Gambar 2. Pada gambar tesebut ternyata puncak fermentasi dengan produksi gas tertinggi pada saat inkubasi mencapai 24 jam, sel an jutnya menurun, pada saat." 48,, 72 dan 96 jam. Pada saat inkubasi 24 jam, D. rensonii memberi kan produksi gas tert inggi kemudian disusul campuran kedua jenis leguminose dan terakhi r adalah F. congesta, kompo- sisi ini bertahan sampai waktu inkubasi 96 jam, meskipun pada saat ini tidak terlihat lagi adanya perbedaan yang nyat a. Gambar 2. Laju produksi gas secara fluktuasi dari hijauan leguminose.

Produksi' gas secara kumulatif pada Tabel Lampiran 11 memperl i hat kan adanya pengaruh wakt u inkubasi yang nyata. Total produksi gas waktu inkubasi 98 jam nyata lebih tinggi dari waktu inkubasi 24 dan 48 jam, sedangkan waktu inkubasi 72 jam tidak berbeda dengan waktu inkubasi 98 jam. Juga terl ihat adanya pengaruh interaksi antara jenis 1 eguminose dengan waktu inkubasi, yai tu campuran kedua jenis 'leguminose pada waktu inkubasi 96 jam nyata lebih t inggi dari semua kombinasi perlakuan lainnya, kecual i dengan campuran kedua jenis leguminose pada waktu inkubasi 48 dan 72 jam juga dengan D. rensonii pada waktu inkubasi 24 jam. Masa inkubasi (Jam) Gambar 3. Produksi gas secara kumulatif dari jenis leguminose yang berbeda.

Kurva produksi gas dari jenis leguminose yang berbeda, secara kumulat i f terl i hat pada Gambar 3. Semakin 1 ama suatu bahan t erinkubasi dal am rumen semakin t inggi tot a1 produksi gasnya, akan tetapi semakin lama di inkubasi laju produksi gasnya semakin menurun. Pada gambar tersebut terlihat laju produksi gas tertinggi pada saat 24 dan 48 jam kemudia dari 48 ke 72 jam dan seterusnya sudah mulai II'.' *' menurun. Produksi N-NH3. Rata-rata produksi N-NH3 terl ihat pada Tabel 13. Hasi 1 sidik ragam pada Tabel Lampiran 9 tidak memperlihatkan adanya pengaruh jenis leguminose maupun jarak tanam terhadap produksi N-NH3. Pengaruh yang nyat a hanya t erl i hat pada waktu inkubasi, saat waktu inkubasi 96 jam nyata lebih tinggi dari waktu inkubasi 24 dan 48 jam, sedangkan dengan waktu inkubasi 72 jam tidak berbeda. Juga t idak terl i hat adanya perbedaan antara waktu inkubasi 24 dengan 48 jam. Kurva laju produksi N-NH3 untuk jenis leguminose dengan waktu inkubasi yang berbeda terlihat pada Gambar 4. Pada saat 24 jam sama untuk semua jenis leguminose " mengalami kenaikan, namun Dada saat 48 jam terjadi penurunan untuk D. rensonii dan campuran kedua jenis legumi- nose, sedangkan F. congesta masi h terus meningkat. Saat mencapai 72 jam D. rensonii dan campuran- kedua jenis leguminose memperlihatkan lonjakan yang tinggi melebihi

F. congesta. Saat mencapai 96 jdm kel ihatannya D. rensonii dan campuran kedua species tidak lagi memperlihatkan kenaikan berarti bahkan pada kurva terlihat mendatar dibandingkan dengan F. congesta yang terus meningkat. Kesimpulan dari ketiga jenis leguminose t ersebut ternyata F. congesta masih memperl i hatkan kenai kan produksi gas yang konsisten hingga.menc.,apai waktu., 96 jam." masa inkubasi. Tabel 13. Pengaruh waktu inkubasi terhadap produksi N-NH3 hijauan dari jenis leguminose yang berbeda. Waktu inkubasi (jam) Jeni s Jarak 1 egumi nose t anam 24 48 72 96 Flemingia 120 44,8 57,4 47,6 50,4 180 39,2 43,4 50.4 50,4 240 43,4 40,6 49,O 92,4 Oesmodi um 120 54,s 32.2 61,6 54,6 180 42,O 37,9 99,4 59,4 240 42,O 54.6 39,2 89,6 Fle + Des 120 47,6 49,O 70,O 60,2 180 39,2 35,O 60,2 61,6 240 47,6 42,O 37,8 50,4 Rat aan 44, 4oa 42, 9ga 53, 54b 55, 66b "Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P<0,05) UBD. Produksi NH3 dari jenis F. congesta lebih rendah dari jenis D. rensonii, tapi produksinya masih konsisten hingga mencapai waktu 96 jam masa inkubasi. Ini kemung-

kinan disebabkan oleh kandungarl proteinnya lebih tinggi dari pada jenis D. rensonii, seperti yang dilaporkan oleh Wholft et al. (1976) bahwa tingginya N-NH3 yang dihasilkan oleh suatu jenis pakan sangat tergantung dari sumber protein yang di kandungnya, sert a mudah t idaknya sumber protein tersebut terdegradasi. Masa inkubasi (Jam) Gambar 4. Laju produksi N-NH3 dari hijauan leguminose