BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga berusia 6 bulan, seiring ASI yang pertama keluar berwarna kuning yang mengandung zat-zat penting yang tidak dapat diperoleh dari sumber lain termasuk susu formula, bayi yang baru lahir dan ibu saling memberikan stimulasi penting dalam waktu satu jam pertama, bayi baru lahir sangat siap untuk segera mendapatkan asupan bergizi. (Roesli, 2008) Insting dan refleks bayi sangat kuat dalam satu jam pertama dan jika bayi berada dalam dekapan ibu, maka bayi tersebut akan mencari payudara ibu dan mulai menghisap. Inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat bukan hanya bagi bayi baru lahir tapi juga bagi ibu, karena dapat merangsang kontraksi otot rahim sehingga perdarahan sesudah melahirkan dapat lebih cepat berhenti dan rahim akan lebih cepat kembali seperti semula. (Roesli, 2008) Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatrics menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. ASI adalah asupan gizi yang terbaik untuk melindungi dari infeksi pernafasan, diare, alergi, sakit kulit, asma, obesitas juga membentuk perkembangan intelegensia,
rohani, perkembangan emosional. Hasil telaah dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI ekslusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya. (Roesli, 2008) Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003 hanya 4 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 64 %, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 46 %, yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 14 % dan menyusui ekslusif sampai usia 6 bulan sebanyak 39,5%.(WHO, 2002-2003) Permasalahan yang utama rendahnya angka cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu. (Depkes RI, 2003). Data Departemen Kesehatan Kota Semarang 2005 menyebutkan sekitar 57% kematian bayi terjadi pada umur di bawah 1 bulan disebabkan oleh gangguan perinatal dan Bayi Berat Lahir Rendah. Menurut perkiraan setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat badan bayi rendah dan sekitar 28% balita mengalami kurang gizi. Di Indonesia menyusui pada 1 jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi telah menjadi program pemerintah. Inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan jiwa bayi karena 2 faktor yaitu skin contact akan memberikan kehangatan dan perlindungan pada bayi, kolostrum (ASI pertama keluar) akan memberikan
imunisasi pertama bagi bayi yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang tidak dapat tergantikan (Mediakom, 2007). Keuntungan bagi ibu yang menyusui bayinya yaitu menyusui akan memberikan rasa percaya diri ibu, isapan bayi pada saat menyusui akan mendorong otot rahim untuk tetap kontraksi yang akan mencegah pendarahan setelah melahirkan, mempercepat pengerutan rahim kembali semula, mengurangi risiko menderita kanker payudara, menjarangkan kehamilan, yang digunakan untuk keluarga berencana (Krisnatuti, 2005). Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti Inisiasi Menyusu Dini mengurangi angka kematian balita 8.8%. Inisiasi Menyusu Dini meningkatkan keberhasilan menyusu ekslusif dan lama menyusu selama dua tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh.(roesli, 2008) Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang 2007 menyatakan bahwa jumlah bayi berumur 0 6 bulan sebanyak 11.151 bayi, didapatkan bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 4.281 (38,39%). Sedangkan bayi tidak diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan sebanyak 6.875 (61,61%). Keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kurangnya pengetahuan ibu tentang keuntungan dari IMD, dan kurangnya dukungan keluarga serta penolong persalinan terhadap ibu dalam pelaksanaan IMD menyebabkan ibu cenderung menolak untuk melakukan IMD dan mengganti ASI dengan susu formula atau memberi
makanan dan minuman tambahan pada bayi sebelum usia bayi 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Menurut observasi dan pengamatan di BPS Ny. Hj Sri Wahyuni, dari 10 ibu hamil yang diwawancara 7 diantaranya ibu hamil belum mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini (70 %). Dari permasalahan di atas perlu untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Karakteristik (umur dan pendidikan ibu), Pengetahuan, dan Sikap Ibu Hamil Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini di BPS Ny. Hj Sri Wahyuni Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah di paparkan masalah penelitian Adakah Hubungan Karakteristik (umur dan pendidikan ibu), Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini di BPS Ny Hj Sri Wahyuni Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Karakteristik (umur dan pendidikan ibu), Pengetahuan, Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini di BPS Ny. Hj Sri Wahyuni Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan umur ibu
b. Mendiskripsikan pendidikan ibu c. Mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini d. Mendiskripsikan sikap ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini e. Mendiskripsikan praktik Inisiasi Menyusu Dini f. Menganalisis hubungan umur dengan praktik Inisiasi Menyusu Dini g. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan praktik Inisiasi Menyusu Dini h. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktik Inisiasi Menyusu Dini i. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan praktik Inisiasi Menyusu Dini D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian bisa menambah wacana dan kepustakaan dalam penelitian lebih lanjut tentang Inisiasi Menyusu Dini. 2. Bagi Profesi Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi bidan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan kepada ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini. 3. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber wacana sebagai bekal praktik di lapangan tentang Inisiasi Menyusu Dini.
4. Bagi Peneliti Menambah wawasan untuk menerapkan ilmu kebidanan pada ibu hamil di lahan praktik tentang Inisiasi Menyusu Dini. 5. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi kaum hawa khususnya ibu-ibu hamil untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan memberikan ASI ekslusif untuk bayinya.