Summary HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MAKAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARSARI METRO UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk


BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

Transkripsi:

Summary HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TAHUN 201 Syahrul Aminuddin Hamid NIM 841409021 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Syahrul Aminuddin Hamid. 201.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD.Prof.DR. Aloei Saboe. Skripsi, Program Studi Ilmu Kepereawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Dengan Pembimbing I Suwarly Mobiliu S.Kp,M.Kep dan Pembimbing II Lia Amalia SKM,M.Kes. Di dunia, hampir 1 milyar orang menderita hipertensi. Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD prof.dr. Aloei saboe tahun 2012 sebanyak 11 kasus hipertensi. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara dini. Sehingga pengetahuan serta sikap merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa mencegah, serta mengendalikan penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.DR. Aloei Saboe.Desain Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. populasinya seluruh keluarga pasien yang datang berobat di poliklinik penyakit dalam dengan teknik accidental sampling sebanyak 6 responden. Analisa data dilakukan dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukan dengan uji Chi square adanya hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi dengan hasil p value 0,011 (>0,05). Sedangkan sikap menunjukkan adanya hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi dengan hasil p value 0,014 (>0,05). Untuk itu diharapkan keluarga selalu memberikan dukungan dan perhatian dalam hal pencegahan hipertensi sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan penderita hipertensi. Kata Kunci : Pengetahuan Keluarga, Sikap Keluarga, Pencegahan Hipertensi, Kejadian Hipertensi

I. PENDAHULUAN Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut antara lain penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) termasuk hipertensi, diabetes mellitus dan kanker (Brunner & Suddarth, 2002). Salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan yang mempunyai tingkat mortilitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kuatitas hidup dan produktivitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi. Yang dimaksud hipertensi adalah sesuatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 MmHg atau lebih untuk usia 1-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmhg untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001 dalam Wijaya, 2009). Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari kematian ( juta pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 0% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia (Depkes RI, 200). Setiap tahunnya di amerika, hipertensi merupakan faktor penyebab yang terpenting pada 50000 kasus stroke, dan 15000 diantaranya berakhir dengan kematian. 40 % diantara mereka yang sembuh memerlukan perawatan khusus sepanjang sisa hidupnya dan 10% harus dirawat secara permanen di rumah sakit. Kira kira 20000 korban stroke di Amerika Serikat terganggu kemampuannya disebabkan kelumpuhan salah satu akibat tekanan darah tinggi yang sangat merugikan (Diehl, 200). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 200 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 1,%, dimana hanya,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. (www.depkes.go.id : 2012 ) Keluarga merupakan support system utama bagi pasien hipertensi dalam mempertahankan kesehatan. Keluaga memegang peranan penting dalam perawatan maupun pencegahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya. Oleh sebab itu, keluarga harus memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 200). Sedangkan sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 200). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmodjo, 200). Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Upaya pencegahan terhadap pasien hipertensi bisa dilakukan melalui mempertahankan berat badan, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran serta menjalankan hidup secara sehat. (ridwan, 2009). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kasus hipertensi pada tahun 2011 laki laki 2154 jiwa dan wanita 29 jiwa, tahun 2012 penderita hipertensi laki-laki 566 jiwa dan wanita 8581 jiwa. Pada tahun 2012 juga angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi laki 199 jiwa dan wanita 112 jiwa (Dinkes Provinsi Gorontalo, 201 ). Sedangkan kasus hipertensi di Dinas kesehatan pada tahun 2011 berjumlah 5 jiwa, tahun 2012 kasus hipertensi naik berjumlah 5.681 jiwa, dari laki-laki berjumlah 25 jiwa dan perempuan.646 jiwa (Dinkes, 201). Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD prof. Dr. Aloei saboe bahwa kasus hipertensi selama tahun 2011 sebanyak 992 jiwa dan pada tahun 2012 kasus hipertensi sebanyak 11 jiwa. Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri. Peningkatan kasus ini disebabkan antara lain karena rendahnya kesadaran keluarga maupun masyarakat untuk memeriksakan tekanan darahnya secara dini tanpa harus menunggu adanya gejala. Dari salah satu penderita hipertensi yang diwawancarai didapatkan bahwa hipertensi yang didapat dikarenakan oleh pola makan yang tidak sehat ataupun sembarangan dan kurangnya olahraga juga merupakan pemicu terjadi peningkatan terhadap kasus ini. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

Prof.DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof.DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Sementara jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 6 sampel tetapi yang menjadi respondennya yaitu salah satu anggota keluarga yang datang bersama pasien, dengan menggunakan tehnik Accidental Sampling. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis Univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu (variabel independen) pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi, sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dan (variabel dependen ) kejadian hipertensi. Sedangkan analisis bivariat untuk melihat hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dan kejadian hipertensi dan melihat hubungan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1 Analisa Univariat a. Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel.1Distribusi frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Jenis Kelamin Frekuen si Persenta se (%) Laki-laki 2 4.8 Perempuan 5 52.2 Total 6 100 Berdasarkan tabel.1 menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 2 responden (4.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 responden (52.2%). b. Gambaran Responden Menurut Kelompok Umur Tabel.2 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kelompok Umur (Tahun) Frekuen si Persenta se (%) 21 40 41 61.2 41 60 26 8.8 Total 6 100 Berdasarkan tabel.2 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk kelompok Umur responden 21-40 Tahun merupakan responden yang paling banyak yaitu 41 responden (61.2%) dan paling sedikit kelompok umur 40-60 tahun yaitu 26 responden (8.8%).

c. Gambaran Responden Menurut Status Keluarga Tabel. Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Status Keluargadi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Status Keluarga Frekuensi Persentase (%) Anak 15 22.4 Istri 29 4. Suami 14 20.9 Ibu 4 6 Ayah 4.5 Saudara 2 Total 6 100 Berdasarkan tabel. diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang paling banyak yaitu Istri sebanyak 29 responden (4.%), sedangkan responden yang paling sedikit yaitu saudara kandung sebanyak 2 responden (%). d. Gambaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tabel.4 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pendidikan Freku ensi Persenta se (%) SD 1 25.4 SMP 1 19.4 SMA 25. Perguruan Tinggi 12 1.9 Total 6 100 Berdasarkan tabel.4 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (.%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (1.9%). e. Gambaran Responden Menurut Pekerjaan Tabel.5 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Pekerjaan Frekuens i Persentas e (%) IRT 24 5.8 PNS 9 1.4 Petani 10.4 Wiraswasta 14 20.9 Pedagang 2 POLRI 1 1.5 Mahasiswa 5.5 Tidak Ada 5.5 Total 6 100 Berdasarkan tabel.5 diatas menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam, responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak yaitu responden yang bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (5.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%).

f. Gambaran Responden Menurut Pengetahuan Tabel.6 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 40 59. Cukup 18 26.9 Kurang 9 1.4 Total 6 100 Berdasarkan tabel.6 menunjukan bahwa dari 6 reponden di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 40 responden (59.%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (26.9%), dan sisanya responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (1.4%). g. Gambaran Responden Menurut Sikap Tabel. Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Sikap di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Sikap Responden Frekuen si Persentas e (%) Baik 2 4. Cukup 49. Kurang 11 16.4 Total 6 100 Berdasarkan tabel. menunjukan bahwa responden pada anggota keluarga pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei saboe, didapatkan bahwa responden yang mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 2 responden (4.%), reponden yang mempunyai sikap yang cukup sebanyak responden (49.%), dan responden yang mempunyai sikap yang kurang sebanyak 11 responden (16.4%). h. Gambaran Responden Menurut Kejadian Hipertensi Tabel.8 Distribusi frekuensi pasien berdasarkan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kejadian Persentase Frekuensi Hipertensi (%) Tidak 8 56. Hipertensi Hipertensi 29 4. Total 6 100 Berdasarkan tabel.8 menunjukan bahwa responden berdasarkan kejadian hipertensi pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe, dari 6 responden didapatkan responden anggota keluarganya yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 8 responden (56.%), sedangkan mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 29 responden (4.%).

i. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan kelompok umur Tabel.9 Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kelomp ok Umur (Tahun ) 21-40 18 4. 41-60 11 42. Total 29 4. Kejadian Hipertensi Hiperte nsi Tidak Hiperte nsi Jumlah n % n % n % 2 56. 41 100 9 1 15 5. 26 100 8 56. 6 100 Berdasarkan Tabel.9, menunjukan bahwa dari 41 responden yang kelompok umur 21-40 tahun terdapat 18 (4.9%) responden yang anggota keluarga hipertensi dan 2 (56.1%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang kelompok umur 41-60 tahun yaitu 11 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (42.%), dan 15 tidak hipertensi (5.%). j. Gambaran kejadian hipertensi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel.10Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikandi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Tingkat Pendidi kan Kejadian Hipertensi Hiperte nsi Tidak Hiperte nsi Jumlah n % n % n % 12 0. 1 100 4 6 8 61. 1 100 5 5 11 44. 25 100 0 0 58. 12 100 SD 5 29. SMP 5 8. SMA 14 56. PT 5 41. 5 Total 29 4. 8 56. 6 100 Berdasarkan Tabel.10, menunjukan bahwa dari 12 responden yang berpendidikan perguruan tinggi terdapat 5 (41.%) responden yang anggota keluarga hipertensi dan (58.%) tidak hipertensi. Untuk 25 responden yang berpendidikan SMA yaitu 14 responden yang anggota keluarganya terdapat hipertensi (56%), dan 11 tidak hipertensi (44%). Untuk 1 responden berpendidikan SMP yaitu 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (8.5%) dan tidak hipertensi sebanyak 8 responden (61.5%). sedangkan untuk 1 responden yang berpendidikan SD terdapat 5 responden yang anggota keluarganya hipertensi (29.4%), dan tidak hipertensi 12 responden (0.6%).

Pekerjaa n k. Gambaran Kejadian hipertensi berdasarkan Pekerjaan Tabel.11Gambaran Kejadian Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kejadian Hipertensi Hipertens Tidak Jumlah i Hiperten si n % n % n % 1 0. 24 100. 2 8 0 4 44. 9 100. 6 4 0 4 5. 100. 9 1 0 50. 50. 14 100. IRT 29. PNS 5 55. Petani 42. Wiraswas ta 0 0 0 Pedagang 2 100 0 0 2 100. 0 POLRI 0 0 1 0 1 100. 0 Mahasis 2 40. 60. 5 100. wa 0 0 0 Tidak 60. 2 40. 5 100. Ada 0 0 0 Total 29 4. 8 56. 6 100. 0 Berdasarkan Tabel.11, menunjukan bahwa dari 24 responden yang bekerja sebagai IRT terdapat (29.2%) responden yang angggota keluarga hipertensi dan 1 (0.8%) tidak hipertensi. Untuk 9 responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 14 hipertensi (55.6%), dan 4 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (44.4%). Untuk responden bekerja sebagai Petani yaitu hipertensi (42.9%) dan yang anggota keluarganya tidak hipertensi sebanyak 4 responden (5.1%). Untuk 14 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu responden yang anggota keluarganya hipertensi (50%) dan tidak hipertensi sebanyak responden (50%). Untuk 2 responden yang bekerja sebagai pedagang terdapat 2 hipertensi (100.%), dan tidak ditemukan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi. untuk anggota POLRI ditemukan 1 tidak hipertensi (100%). untuk 5 responden ditemukan 2 orang mahasiswa yang anggota keluarganya hipertensi (40%), dan responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (60%). Sedangkan 5 responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu responden yang anggota keluarganya hipertensi (60%) dan tidak hipertensi sebanyak 2 responden (40%)..1.2 Analisis Bivariat 1. Hubungan pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel.12 Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe

Peng etahu an respo nden Kuran g Cuku p Kejadian Hipertensi Juml ah Hiper tensi Tidak Hiper tensi n % n % n % 4 44.4 1 Baik 1 2 Total 2 9 2.2 0 4. 5 55.6 5 10.2 2 8 8 0 56. 9 10 0. 0 1 8 4 0 6 10 0. 0 10 0. 0 10 0. 0 p V al ue 0. 01 1 X 2 9. 02 0 Berdasarkan tabel.12, menunjukan bahwa dari 40 responden yang berpengetahuan baik tentang pencegahan yaitu yang anggota keluarganya tidak hipertensi 28 responden (0%), dan yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 12 responden (0%). Untuk 18 responden yang berpengetahuan cukup yaitu 5 responden yang anggota keluarganya tidak hipertensi (2.8%), dan 1 responden yang anggota keluarganya memiliki hipertensi (2.2%). Sedangkan 9 responden berpengetahuan kurang yaitu 5 tidak hipertensi (55.6%) dan menderita hipertensi sebanyak 4 responden (44.4%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.12 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (920) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. 2. Hubungan sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi Tabel.1Hubungan Sikap Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Sika p Res pon den Kura ng Cuk up Kejadian Hipertensi Hipe rtensi Tida k Jumla h Hipe rtensi n % n % n % 8 2. 1 6 4 8. 5 Baik 5 2 1. Tota l 2 9 4. 2. 1 1 8 8 5 1. 5 8. 5 6. 1 1 2 6 100 100 100 100 p Val ue 0 14 Berdasarkan tabel.12, menunjukan bahwa 2 responden yang bersikap baik tentang pencegahan X 2 8.59

terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi 18 responden (8.%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluaranya hipertensi yakni 5 responden (21.%). Untuk responden yang bersikap cukup tentang pencegahan terhadap anggota keluarga yang tidak hipertensi yakni 1 responden (51.5%) dan yang anggota keluarganya hipertensi yakni 16 responden (48.5%). sedangkan 11 responden yang bersikap kurang tentang pencegahan pada anggota keluarga yang tidak hipertensi yakni responden (2.%) dibandingkan dengan responden yang anggota keluarganya hipertensi sebanyak 8 responden (2.%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.1 diatas yang diperoleh nilai Chi Square hitung (8.59) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991). pada penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi..2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.Dr Aloei Saboe. 1. Karakteristik Responden Dari hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam untuk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 responden (4.8%) dan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 5 responden (52.2%). Hal ini dikarenakan responden yang datang bersama anggota keluarganya yang sakit di poliklinik lebih banyak suami istri. Menurut Karyadi (2002), menyatakan bahwa dimana kejadian hipertensi biasanya lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun pada perempuan dewasa mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada laki-laki hal ini umumnya disebabkan karena perempuan mengalami kehamilan dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Berdasarkan kelompok Umur responden menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang lebih banyak yaitu responden kelompok umur 21-40 yakni 41 responden (61.2%), sedangkan yang terkecil responden yang kelompok umur 41-60 sebanyak 26 responden (8.8%). Menurut Notoatmodjo (200), umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan, makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dari segi pendidikan menunjukan bahwa dari 6 responden yang datang

di poliklinik penyakit dalam diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi yaitu SMA sebanyak 25 responden (.%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah yaitu Perguruan Tinggi sebanyak 12 responden (1.9%). dengan demikian pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena masyarakat yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan yang baik dan bisa mencegah masalah kesehatan yang di dapatkan. Berdasarkan Notoatmodjo (200) mengatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya. Sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam bekerja sebagai IRT yakni 24 responden (5.8%), sedangkan yang paling sedikit yakni anggota POLRI sebanyak 1 responden (1.5%), Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden yang datang di poliklinik penyakit dalam adalah responden yang sudah tidak bekerja lagi, ini dikarenakan sebagian besar responden ini adalah ibu-ibu rumah tangga. 2. Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Faktor predisposisi (predisposing faktors) merupakan faktor yang sangat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku pencegahan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku pencegahan hipertensi maka secara langsung akan bersikap positif. berkaitan dengan keluarga, Keluarga merupakan unit terkecil yang dapat mempengaruhi kelompok yang lebih besar termasuk masyarakat. Anggota keluarga yang memiliki pengetahuan baik terhadap pencegahan hipertensi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. Keluarga memiliki tugas dalam menunjang kesejahteraan dan kesehatan setiap anggota keluarganya masing-masing. Seperti di jelaskan oleh Friedman dikutip oleh Wahit (2006), dalam buku bahwa orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Selain itu, tugas dari keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi, dimana uji chi square yang dilakukan terhadap pengetahuan responden dengan kejadian hipertensi di dapat hasil analisis data yang di peroleh nilai Chi Square hitung (920) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka dalam penelitian ini diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 011 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05.

Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan gambaran pengetahuan keseluruhan didapatkan ada 40 responden atau 59.% yang berpengetahuan baik dari 6 responden. Sedangkan berdasarkan hubungan pengetahuan keluarga dengan kejadian hipertensi untuk 29 responden yang pasien hipertensi sebagian besar berpengetahuan cukup yakni 1 responden. dan 8 responden yang pasien tidak hipertensi sebagian besar berpengetahuan baik yakni 28 responden. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik serta perspesi yang benar juga akan berdampak terhadap upaya pencegahan yang baik pula. Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti dengan responden didapatkan pengetahuan responden tentang hipertensi ini hanya pada batas mengetahui saja. Namun belum memiliki kesadaran dalam hal pencegahan terhadap hipertensi. Hal ini disebabkan sebagian besar hipertensi masih dinggap penyakit yang kurang berbahaya, mereka tidak melihat dampak selanjutnya dari hipertensi tersebut. hal ini terlihat dari sebagian responden yang mengatakan bahwa masakan yang tidak dibumbui dengan garam masakan itu tidak enak, sehingga perlu kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang harus dilakukan pada anggota keluarganya hipertensi. Seperti, mengurangi asupan garam disetiap makanan yang dimasak, mengurangi makanan yang bersantan, serta makanan-makanan dalam kemasan yang dapat menaikan tekanan darah. Selain itu juga responden kurang mengetahui bahwa untuk mengontrol hipertensi harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 1 minggu/bulan sekali, jadi hal ini memerlukan pengawasan dari keluarga tersebut. Tetapi sebagian besar yang peneliti dapatkan ternyata responden mendampingi anggota keluarganya ke poliklinik pada saat timbul tanda dan gejala hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (200), pengetahuan yang baik dan sikap yang tepat mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal ini pencegahan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku. Terlihat juga dari segi pendidikan bahwa sebagian besar yaitu 14 responden mempunyai anggota keluarga hipertensi dari 25 responden yang berpendidikan SMA, hal ini berbanding terbalik dengan responden yang berpendidikan SD dimana ada 12 responden yang keluarganya tidak hipertensi dari 1 responden, karena

banyak juga responden yang berpendidikan SD mempunyai pengetahuan yang baik. sehingga tidak selamanya pendidikan keluarga yang tinggi bisa meminimalkan kejadian hipertensi, begitupun sebaliknya pada keluarga yang berpendidikan rendah. Hal ini juga di sebabkan karena ditinjau dari segi pekerjaan bahwa yang berpendidikan SD sebagian besar bekerja sebagai IRT, sehingga informasi-informasi yang didapat dari tetangga, masyarakst, dan petugas kesehatan tentang hipertensi lebih banyak diketahui dibandingkan dengan orang yang berpedndidikan SMA yang sebagian besar terlalu banyak mengurusi pekerjaannya, sehingga informasi yang didapat tetang hipertensi lebih sedikit atau bahkan tidak ada karena kesibukannya untuk bekerja. Terbatasnya pengetahuan tetang pencegahan hipertensi berpengaruh langsung pada perilaku sehari-hari yang bisa mengakibatkan tidak terkontrolnya tekanan darah dan dapat menyebabkan hipertensi kembali. Menghadapi hal tersebut maka perlu dipikirkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga maupun penderita hipertensi. misalnya petugas kesehatan memberi penjelasan yang mendetail tentang hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sinkron dengan pendapat yang dikemukakan oleh Watson (200), bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan maupun dalam pencegahan bagian terpenting dalam memperbaiki kesehatan tersebut yang mencakup pengetahuan mengenai perawatannya maupun pencegahannya. Peran serta keluarga serta tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan keluarga dapat bermotivasi untuk menjaga dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Semakin baik pengetahuan keluarga maka akan semakin baik perawatan yang diberikan kepada pasien hipertensi, demikian pula sebaliknya.. Sikap Keluarga Tentang Pencegahan dengan Kejadian Hipertensi Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (sunaryo, 2004). dengan demikian sikap salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai kesehatan individu serta dapat menentukan cara pencegahan yang tepat untuk penderita hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Chi Square hitung (8.59) sedangkan nilai Chi Square tabel (5.991), maka diperoleh nilai Chi Square hitung lebih besar dari Chi Square tabel. Sedangkan untuk nilai p value diperoleh sebesar 014 dimana nilai p value lebih kecil dari nilai alpa 05. Hal ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara sikap tentang pencegahan dengan kejadian hipertensi. Dengan demikian untuk

meningkatkan kekuatan dalam melakukan pencegahan pada penderita hipertensi salah satunya dengan adanya keterlibatan, dimana keluarga dapat melakukan pencegahan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien hipertensi sehari-harinya dan tercipta status kesehatan yang optimal. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa dari 29 responden yang anggotanya hipertensi ada sebagian besar mempunyai sikap yang cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan sikap dari keluarga yang kurang memperhatikan anggota keluarga yang hipertensi. Hal itu dibuktikan dari pekerjaan responden yaitu lebih banyak di luar rumah dibandingkan didalam rumah, itu terlihat dari tingginya pekerjaan PNS maupun wiraswasta, sehingga pasien hipertensi jarang mendapat perhatian lebih dari keluarga tersebut. Begitu juga pada pola makan pasien hipertensi, keluarga kurang memperhatikan dan membiarkan pasien hipertensi mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung kolesterol atau berlemak, garam serta makanan-makanan yang berkemasan, sehingga pola makan dari pasien tersebut tidak sehat dan menyebabkan terjadinya hipertensi. Dengan demikian, Sikap keluarga yang perduli sangat diperlukan untuk menghadapi yang membutuhkan perhatian. dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit. Dengan perhatian yang lebih maka penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam menghadapi penyakit, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup. Dengan demikian diperlukan pencegahan secara maksimal, salah satunya yang sangat berpengaruh yaitu kebiasaan pola makan dimana semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya kejadian hipertensi semakin tinggi. Hal ini juga sesuai dengan teori sunaryo(2004), mengungkapkan bahwa sikap yang dimiliki baik keluarga maupun penderita sendiri atau perilaku tersebut akan memberikan dampak pada kesehatan penderita itu sendiri. pengalaman pribadi menjadi dasar pembentukan dari sikap seseorang yang akan membawa pengaru terhadap kesehatan. IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sesuai dengan pembahasan hasil penelitian terhadap 6 responden tetang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUD Prof.DR. Aloei Saboe di dapatkan kesimpulan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi, dengan p value 011, Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi, dengan p value 014. 4.2 Saran Bagi Rumah Sakit diharapkan selalu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya

penderita hipertensi, seperti melakukan penyuluhan tentang hipertensi sehingga akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup penderita di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe. Bagi keluarga diharapakan selalu memberikan dukungan dan perhatian serta selalu memberikan informasiinformasi yang berkaitan dengan hipertensi sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan penderita. Bagi pasien diharapkan selalu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta menjalani pola makan yang sehat dan seimbang agar tekanan darah tetap normal. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Azis. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta. Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. rineka cipta : Yogyakarta. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1 Edisi 8. EGC : Jakarta. Corwin, Elizabeth. 2005. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta. Diehl, Hans. 200. Waspadai Diabetes Kolesterol Hipertensi. Indonesia Publishing house : Bandung. Gray, H,H, dkk. 2005. Lecture Notes Kardiologi, edisi 4. Erlangga : Jakarta. Knight, John, F. 2006. Jantung Kuat Bernafas Lega, volume. Indonesia Publishing House : Bandung. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 200. Ilmu Kesehatan Masyarakat : prinsip-prinsip dasar. Rineka Cipta : Jakarta Setiadi, 201. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Graha Ilmu : Yogyakarta Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol, Edisi 2. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga, aplikasi dalam

praktik. Monica ester. EGC : Jakarta. Ginting, Firdayani. 2010. Hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di kecamatan medan Johor. Diakses tanggal 9 maret 201. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Masalah Hipertensi Di Indonesia. Diakses : 2 maret 201. Poerwati, Ririn. 2008. Hubungan stress kerja terhadap hipertensi pada pegai Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Diakses tanggal 2 maret 201. Saputro, H,T. 2009. Hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan minum dalam menjalankan diit hipertensi di Wilayah Andong Kabupaten Boyolali. Diakses tanggal 18 maret 201. Wijaya,I.P.A. 2009. Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di poli penyakit dalam rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto. Diakses 9 maret 201.