BAB V ANALISA SERAT WULANG REH. Serat Wulang Reh bila dilihat dari sejarahnya merupakan bentuk karya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TENTANG PENULIS SERAT WULANG REH. Buwono IV yang selanjutnya PB IV. Beliau lahir dengan nama Bendara Raden

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

BENDARA KLIWON KACANGAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Batik Larangan Penguasa Mataram

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

V. PENUTUP SIMPULAN, FORMULASI, DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. mengenai nilai-nilai Islam dalam Tembang Dhandanggula, maka penulis dapat

BAB V KESIMPULAN. akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti

BAB I PENDAHULUAN. Analisis nilai..., Yesy Wahyuning Tyas, FIB UI, 2009

OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan filsafat. Dengan demikian sastra dapat

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. Buwana II. Sang Raja tidak memiliki kebebasan sama sekali. Bahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

Nama :. No :. Kelas : XI. BAB 2 PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB IV KERATON SURAKARTA PASCA KONFLIK. Tedjowulan yaitu antara lain terlihat berkurangnya jumlah abdi dalem yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

BAB II DESKRIPSI TOKOH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

BAB II LOKASI PENELITIAN. pada tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Ditilik secara mendasar,

Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA

Titah Ingkang Sinuwon Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA MELALUI PAGELARAN MANGKUNEGARAN PERFORMING ART 201

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

TUGAS AKHIR. KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) LOMBA TEMBANG MACAPAT UNTUK SISWA SD SE - PROPINSI DIY BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau,

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SOLO DAN PROFIL LAKULAMPAH. A. Kondisi Geografis Kota Solo

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG

BAB II MASA PEMERINTAHAN PAKU BUWONO II DI KERATON KARTASURA HINGGA KASUNANAN SURAKARTA

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

EFEK KESEHARIAN TAKWA

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM SERAT WULANGREH PUPUH DHANDHANGGULA KARYA KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUWANA IV

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENGANTAR. Busana adalah produk budaya yang mencerminkan norma. dan nilai budaya suatu suku bangsa. Sebagai produk budaya,

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

Nilai-nilai Ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME sebagai Rujukan Pembentukan Karakter Bangsa MAJELIS LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

SAMBUTAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA PADA PERINGATAN HARI PRAMUKA KE 52 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

Transkripsi:

BAB V ANALISA SERAT WULANG REH A. Analisa Penulis Serat Wulang Reh Serat Wulang Reh bila dilihat dari sejarahnya merupakan bentuk karya Jawa Klasik yang berupa tembang Jawa yang dikarang oleh seorang pujangga kraton Surakarta Hadiningart Sri Susuhunan Paku Buwono IV dengan nama aslinya Bendara Raden Mas Gusti Sumbadya. Pada masa mudanya beliau dijuluki sebagai Sunan Bagus, karena berwajah tampan. Sri Paku Buwono IV adalah putra dari raja kusunan Surakarta Hadiningrat, Sinuhun Paku Buwono III. Dari garis keturunan ini beliau cucu kasunan Surakarta Hadiningrat Paku Buwono II putra dari Sri Narapati Paku Buwono I. Sedangkan ibu beliau adalah Gusti Kanjeng Ratu Kencana. 1 Pakubuwono IV adalah Raja Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pada usia 20 tahun (29 September 1788) beliau diangkat menjadi raja yang terkenal dengan nama Sinuwun Bagus dengan menggantikan Hadiningrat (PB III) yang telah wafat dan mendapat gelar Sri Susuhunan Paku Buwono IV. Beliau memerintah kurang lebih selama 33 tahun antara tahun 1788-1820 M. dan wafat pada hari Senin Pahing 1 Oktober 1820 M. 2 Dilihat dari biografinya, PB IV adalah seorang yang sangat cerdik dan merupakan keturunan raja kasultanan 1 Darusuprapta, Serat Wulang Reh, (Surabaya: Cipta Jaya Mukti, 1988), 23-24 2 Ibid, 24 58

59 Surakarta yang sangat tampan dan penuh kewibawaan dan keteladanan. Hal ini dapat di ketahui dari masa beliau memerintah selama 33 tahun lamanya sehingga dapat memberikan cermin sebagai seorang raja yang tepat bagi masyarakat diwaktu itu. B. Masa Hidup Penulis Serat Wulang Reh ketika Menjabat sebagai Raja hingga munculnya Serat Wulang Reh Semasa hidup Paku Buwono IV banyak hal-hal yang telah dilakukannya terutama ketika beliau menjadi raja. Semasa menjabat sebagai raja, beliau terkenal sebagai ahli politik yang cerdik dan menyukai sastra terutama yang bersifat rohani. Beliau adalah raja Surakarta yang penuh cita-cita dan keberanian. Diantara bukti peninggalan beliau semasa hidupnya sangat banyak sekali. Baik itu berupa karya seni sastra maupun bangunan-bangunan yang telah ditinggalkan sebagai warisan luhur beliau dan sampai sekarang masih ada. Kemahiran dan kecintaan PB IV dibidang seni sastra dapat dilihat dan di buktikan diantara karya sastra yang paling terkenal yaitu serat Wulang Reh selain itu Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri,Serat Wulang Tata Krama, Cipta Waskitha, Panji Sekar, Panji Dhadhap Serat Sasana Prabu dan lain sebagainya. Disamping kegemarannya akan kesusasteraan jawa beliau juga sangat menikmati kesenian lainnya. Beliau pernah menciptakan seperangkat wayang purwa berdasar buatan Kartasura yang diberinama Kyai Pramukanya. Sedangkan dari warisan bangunan yang ditinggalkannya, ada beberapa yang masih dapat kita saksikan

60 sampai saat ini. Seperti Masjid Agung, Gerbang Sri Manganti, Dalem Ageng Prabasuyasa, Bangsal Witana Sitihinggil Kidul, Pendapa Agung Sasana Sewaka, dan juga Kori Kamandhungan. 3 Munculnya serat wulang reh ini di pengaruhi oleh ajaran etika manusia pada masa itu. Pada sub bab II diatas telah di jelaskan bahwa sebagian yang mempengaruhi munculnya serat wulang reh ketika itu di awali oleh kondisi kraton dan masyarakat kasunan Surakarta yang sangat gentar karena seringnya terjadi perang politik dalam kraton Surakarta. Mulai dari masa prabu Mangkurat IV (Paku Bowono I) banyak dari mereka yang masih terpengaruh oleh tradisi Belanda misalnya dalam hal berpakaian yang serba Belanda serta perlaku yang menyimpang dari nilai dan moral agama. 4 Sehingga dengan melihat kondisi dan keadaan kraton pada saat itu membuat Paku Buwono IV prihatin, dia sangat berbeda dengan keturunan lainnya. Dia lebih peduli dan selalu memperhatikan keadaan kraton terutama rakyatnya. Maka dari itu beliau banyak memberi pesan dalam bentuk tembang Jawa yang sampai sekarang ini termuat dalam serat wulangreh. Serat wulang reh ditujukan kepada keluarga raja, kaum bangsawan dan hamba di keraton Surakarta pada masa zamanya. Ajaran etika yang terdapat di dalamnya merupakan etika yang ideal, yang dianggap sebagai pegangan hidup yang seharusnya dilakukan oleh manusia terutama masyarakat Jawa pada waktu itu. 3 Purwadi M.Hum, Sejarah Sastra Klasik, (Yogyakarta: Panji Pustaka, 2009),104 4 Hard Cover, Babat Tanah Jawi, (Yogyakarta: Narasi,2009), 248

61 Dari pembahasan diatas dapat kita analisa bahwa ketika PB IV menjabat sebagai raja, konsep ketatanegaraan dan keilmuan yang telah dibangun membuatnya sangat dikagumi oleh rakyat dan lingkungan istana. Bahkan dia juga membangun tradisi-tradisi yang berbeda dari sunan-sunan (raja-raja) sebelumnya. Diantara perubahan tradisi tersebut adalah pakaian prajurit kraton yang dulu model Belanda diganti dengan model Jawa, setiap hari Jumat diadakan jamaah salat di Masjid Besar, setiap abdi dalem yang menghadap raja diharuskan memakai pakaian santri, mengangkat adik-adiknya menjadi pangeran (Purwadi., dkk, 2005:345). Perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut dimaksudkan untuk menjawakan kehidupan masyarakat, yang sebelumnya terkontaminasi oleh budaya Belanda. Selain itu juga banyak juga karya sastra baik itu berupa karya seni sastra maupun warisan bangunan yang ditinggalkan beliau. C. Analisa Budi Pekerti Luhur Dalam Serat Wulang Reh Serat Wulang Reh jika dilihat dari bait ke bait banyak mengandung pesan dan makna yang berisi ajaran-ajaran tentang hidup manusia. Paku buwono dalam mengarang serat wulang reh, beliau banyak berpesan kepada manusia ketika itu tidak lepas dari perilaku sehari-hari yang terjadi dalam kraton. Makanya dari awal beliau memang mengarang serat wulang reh dan pertama di tujukan kepada golongan raja, kaum bangsawan, para prajurit-prajurit ketika kemuadian bagi kaum atau rakyatnya.

62 Salah satu yang membuat PB IV mengarang serat wulang reh tujuannya karena ingin dan berusaha memperbaiki moral dan perilaku masyarakat pada waktu itu yang sangat menyimpang dari aturan-aturan hukum yang sebenarnya yakni hukum agama (al-quran dan hadist). Hal ini karena beliau juga termasuk salah satu seorang raja yang beragama Islam serta sekaligus disebut sebagai wali ketika itu sehingga berbagai aspek perilaku apapun juga harus sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan beliau. Dalam serat wulang reh sendiri beliau juga menegaskan bahwa bila manusia tidak taat dan patuh pada aturan raja, maka sama halnya dengan menentang Tuhan. Karena dalam serat wulang reh raja adalah sebagai penguasa yang kinarya wakiling Hyang Agung yakni raja berkedudukan sebagai wakil tuhan dan memerintah berdasarkan hukum keadilan, oleh sebab itu rakyat wajib mengikutinya. Barang siapa yang tidak mengikuti raja dan menolak perintahnya, berarti mbalela ing karsaning Hyang Agung (menentang kehendak Tuhan yang maha besar). Banyak ajaran yang terkadung dalam serat wulang reh yang di sebutkan pada bab sebelumnya, diantara ajaran-ajaran tersebut didalamnya beliau juga memasukkan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat disesuaikan karena beliau sendiri adalah seorang raja Surakarta yang juga beragama Islam maka secara tidak langsung beliau ingin membuat kaumnya menjadi manusia yang baik budi luhurnya dan tidak tersesat dari aturan-aturan hukum yang berlaku serta tujuannya untuk mengarahkan manusia agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Maka dari itu dapat kita ketahui bahwa serat wulang reh yang merupakan sebuah karya Paku Buwono IV juga masih dapat dijadikan sebagai pedoman bagi manusia khususnya

63 bagi masyarakat Jawa untuk memahami dan melaksanakan aturan-aturan yang terkadung didalamnya. Namun yang dapat kita ketahui secara nyata pada kehidupan sekarang, banyak dari orang-orang yang lepas dari budi luhur yang sesungguhnya. Misalnya yang dapat kita ketahui masih begitu maraknya para pemimpin yang kurang bisa memberi contoh yang baik terhadap bawahannya. Selain itu banyak anak yang masih berani pada orang tua dan para guru-guru mereka. Mereka masih belum bisa menempatkan sikap yang baik antara seorang murid dan guru. Bagaimana harus bersikap hormat dan saling mengerti antara seorang guru dan murid. Di lain pihak manusia juga masih banyak yang mengabaikan sikap dalam menjaga perilaku diri sendiri seperti dalam hal berbicara, bergaul, berjalan dan sebagianya. Sehingga dari hal sekecil itu perlu untuk di latih dan di benahi dengan kesadaran diri dan hati yang tenang karena dengan kesadaran dari pribadi itu akan lebih cepat merubah sikap dan perilaku untuk menuju pada budi luhur yang sebenarnya.