BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang berpengaruh terhadap perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciri-ciri individu yang normal atau sehat pada umumnya adalah mampu mengelola emosi, mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki, dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial, dapat mengenali risiko dari setiap perbuatan, dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya pada norma-norma sosial yang diakui (Siswanto, 2007). Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan pada fungsi kejiwaan seperti proses pikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik. Gangguan jiwa menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III diartikan sebagai kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis disertai adanya stres yang berkaitan dengan terganggunya fungsi psikologis seseorang. (Suliswati, 2005). Individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam berbagai tingkat
hubungan sosial yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan, hubungan sosial berpengaruh untuk mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari dan individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Proses hubungan tidak akan terjalin disebabkan karena ketidakmampuan individu masuk dalam proses interaksi sosial karena kurangnya peran serta individu dan respon lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya dan keinginan untuk menghindar dari orang lain yang mengakibatkan dampak isolasi sosial pada individu (Ermawati, 2009). Kemampuan sosialisasi merupakan cara-cara berhubungan yang dilihat apabila individu-individu atau kelompok-kelompok sosial saling bertemu, adapun bentuk umum sosialisasi adalah interaksi sosial, oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok manusia, maupun antar orang perorang dengan kelompok manusia (Badrujaman, 2010). Schizophrenia merupakan gangguan mental klasifikasi berat dan kronik (psikotik), secara umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan afek yang tidak wajar. Schizophrenia disebabkan oleh hal yang multikompleks, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, faktor edukasi dan perkembangan mental sejak masa anak-anak,
stressor psikososial berat, dengan sifat perjalanan penyakit yang progresif, cenderung menahun, (kronik), eksaserbasi (kumat-kumatan), sehingga terkesan penderita tidak bisa disembuhkan seumur hidup (Triharim, 2013). Hampir 450 juta orang di dunia menderita gangguan mental, dan sepertiganya tinggal di negara berkembang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan (Anna, 2012). Data yang diperoleh di negara AS setiap tahun, terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut, hampir 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri), dapat disimpulkan angka kematian pasien skizofrenia di AS 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Yosep, 2013). Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia sebesar 0,3 sampai 1% dan biasa timbul pada usia sekitar 15 sampai 45 tahun, namun ada juga yang berusia 11 sampai 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka di perkirakan 2 juta jiwa menderita skizofrenia (Depkes, 2009). Data survey awal yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan 2013, diketahui pasien menjalani rawat inap tahun 2009 berjumlah 1.929 orang, pasien skizofrenia 1.581 orang. Tahun 2010, pasien rawat inap berjumlah 1.949 orang, pasien skizofrenia 1.590 orang. Tahun 2012, pasien rawat inap 1.783 pasien, gangguan
skizofrenia ditemukan 1.398 orang atau sekitar 78,4% dari diagnosa keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh venuu (2007), di dapat hasil bahwa gangguan skizofrenia menyebabkan kendala bagi penderitanya dalam menjalin dan mempertahankan hubungan sosial dan merupakan karakteristik gangguan skizofrenia yang paling merugikan. Penelitian yang dilakukan Lenior, dkk (2001) pada gangguan skizofrenia, gejala yang ditemukan yaitu adanya keterbatasan dalam menjalankan fungsi sosial dan adanya defisit fungsi sosial yang berhubungan dengan rendahnya kualitas kehidupan pada pasien skizofrenia. Lebih lanjut, penyebab disfungsi sosial pada pasien skizofrenia adalah keterampilan sosial yang rendah yang tercermin melalui hasil observasi terhadap perilaku pasien skizofrenia yaitu ketika melakukan percakapan tampak bahwa alur berpikir pasien skizofrenia sulit dipahami orang lain karena pembicaraannya terkesan janggal dan tidak berkaitan dengan topik, ekspresi dan intonasi tidak ekspresif, dan pasien tidak menatap lawan bicara. Keadaan ini menyebabkan seseorang merasa kurang nyaman ketika berinteraksi dengan pasien skizofrenia (Bellack, at all. 2004).
2. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah yakni bagaimana kemampuan sosialisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013. 3. Pertanyaan Penelitian Bagaimana kemampuan sosialisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013. 4. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kemampuan sosialisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan sosialisasi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pasien
Penelitian ini telah dapat digunakan dalam upaya peningkatan kemampuan sosialisasi pada pasien dan mempercepat proses penyembuhan penyakit pasien. 2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Sebagai bahan masukan tentang kemampuan sosialisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu keperawatan jiwa, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa pada masa akan datang. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini telah dapat dijadikan masukan atau menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dan peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai kemampuan sosialisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013.