PENGARUH PERBAIKAN PAKAN DAN PENAMBAHAN PROBIOTIK BIOPLUS TERHADAP TAMPILAN BERAT BADAN SAPI PO: STUDI KASUS PADA USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KABUPATEN MAGETAN (The Effect of Improving Feed and Adding Bioplus on Body Weight of PO Cattle: A Case Study on Small Holder Fattening Beef Cattle in Magetan District) UUM UMIYASIH, ARYOGI, DIDI BUDI WIJONO, M. ALI YUSRAN dan DIDIK EKO WAHYONO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Karangploso, Malang ABSTRACT To increase the fattening beef cattle productivity on small holder farmer need the application of specific location feed technology. Therefore, this research was held in Tawanganom village in Magetan district, to know the effect of energy and protein added on the body weight of PO steer given bioplus. The feed added were corn bran (as protein resource) and cassava (as energy resource). The research used 28 heads of PO steer about 2 years old. The steers were devided into 3 treatments: Pl=small holder farmer ration as control; P2=small holder farmer ration+bioplus cassava and P3=small holder farmer ration+bioplus+cassava-corn bran. Bioplus was given at the beginning of the experiment at a rate of,25% of body weight. Corn bran and cassava added were formulated to meet the standard nutrition requirement. The parameters measured (for 4 months) were daily gain every month, quality of feedstuffs and nutrition consumption. The experiment design was Comptely Randomized Design followed by input output analysis. The result showed that the bioplus and cassava added significantly increased dry matter consumption (Pl=8,7 kg/day; P2=8,7kg/day and P3=8,56 kg/day) and total digestible nutrient consumption (Pl=4,67 kg/day;p2=5,18 kg/day and P3=5,7 kg/day). The increase in dry matter and total digestible nutrient consumption significantly affected average daily gain (Pl=,44 kg/day; P2=,551 kg/day and P3=,558 kg/day). The economic analysis showed that the increased of income due to addition of bioplus and corn bran (P3) was higher than the bioplus and cassava added (P2). Key words: Beef cattle, fattening bioplus, feed ABSTRAK Untuk meningkatkan produktivitas pada usaha penggemukan sapi potong rakyat, diperlukan penerapan teknologi pakan yang adaptif spesifik lokasi sesuai dengan potensi lokal yang tersedia. Dalam rangka mendukung upaya tersebut, telah dilakukan penelitian di Kecamatan Tawanganom, Kabupaten Magetan untuk mengetahui pengaruh perbaikan pakan berupa penambahan energi dan protein terhadap tampilan berat badan sapi PO yang diberi probiotik bioplus. Bahan pakan sumber energi dan protein yang ditambahkan adalah empok jagung dan singkong. Penelitian menggunakan 28 ekor sapi PO jantan berumur sekitar 2 tahun dan dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu: P1=pemberian ransum sesuai pola peternak (sebagai kontrol); P2=pemberian ransum pola peternak + bioplus+singkong dan P3=pemberian ransum pola peternak + bioplus + singkong + empok jagung. Pemberian bioplus dilakukan pada awal penelitian sebesar,25% dari berat badan sapi. Empok jagung atau singkong diberikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi menurut standar. Parameter yang diamati (selama 4 bulan) meliputi penambahan berat badan harian, jenis dan jumlah ransum serta nilai gizi ransum yang dikonsumsi. Pola percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL); metode analisis untuk data teknis menggunakan analisis single covariate sedangkan data ekonomi dengan analisis input-output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi Bahan Kering (BK) dan Total Digestible Nutrient (TDN) pada kelompok perlakuan penambahan bioplus+singkong maupun perlakuan penambahan bioplus+singkong+empok jagung secara nyata lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Nilai konsumsi BK masing- 287
masing perlakuan adalah sebesar 8,7 kg/hari (Pl); 8,7 kg/hari (P2) dan 8,56 kg/hari pada P3; sedangkan konsumsi TDN masing-masing adalah 4,67kg/hari (Pl); 5,18 kg/hari (P2) dan 5,7 kg/hari pada P3. Peningkatan konsumsi BK dan TDN ini secara nyata mampu meningkatkan nilai penambahan berat badan harian (pbbh), masing-masing sebesar,44 kg/ekor/hari (Pl);,55 kg/ekor/hari (P2) dan,56 kg/ekor/hari pada P3. Meskipun demikian dari perhitungan ekonomi diketahui bahwa penambahan bioplus + singkong + empok jagung (P3) pada ransum pola peternak memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan bioplus+singkong (P2). Kata kunci: Sapi potong, penggemukan, bioplus, pakan PENDAHULUAN Budidaya sapi potong yang merupakan tulang punggung penyedia daging nasional, dengan peningkatan populasi setiap tahunnya yang hanya berkisar 2% nampaknya belum mampu mengimbangi kebutuhan konsumen sehingga volume impor daging dari tahun ke tahun semakin meningkat (ANONIMUS, 1994). Sebagian besar usaha penggemukan sapi dilakukan oleh petani peternak di pedesaan dengan penerapan teknologi seadanya sehingga pada umumnya mempunyai nilai produktivitas yang rendah. Bahan pakan penyusun ransum yang diberikan kebanyakan berupa limbah pertanian dengan komposisi yang sangat beragam sehingga rata-rata mengalami kekurangan zat-zat nutrisi berupa Protein Kasar (PK) sebesar 18,49% dan Total Digestible Nutrient (TDN) sebesar 18,74% dari standar kebutuhan (ARYOGI,1998). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian senyawa probiotik yang mampu mengatur mekanisme pencernaan didalam rumen akan mampu meningkatkan produktivitas melalui peningkatan berat badan; terlebih apabila dikombinasikan dengan perbaikan pakan. Pemberian probiotik bioplus disertai dengan penambahan dedak padi sebesar 1% dari berat badan mampu menghasilkan pertambahan berat badan sapi PO sebesar,619 kg/ekor/hari lebih tinggi dari yang tanpa bioplus, yakni sebesar,368 kg/ekor/hari. Efek nyata yang lain dari pemakaian probiotik bioplus adalah terjadinya peningkatan pertambahan berat badan sapi PO jantan di Lampung dari,7 kg/ekor/hari menjadi 1 kg/ekor/hari (SANTOSA et al.,1995) dan PFH Jantan di Garut dari 1 kg/ekor/hari menjadi 1,2 kg/ekor/hari (KUSNADI et al, 1996). Dalam upaya membantu memecahkan masalah yang dihadapi peternak terutama di daerah sentra penggemukan sapi potong seperti daerah Magetan dan sekitarnya, diperlukan informasi tentang sejauh mana pemanfaatan probiotik bioplus dikombinasikan dengan perbaikan pakan menggunakan bahan pakan lokal yang potensial seperti empok jagung atau singkong akan mampu meningkatkan produktivitas berupa pertambahan berat badan. 288 MATERI DAN METODE Penelitian ini dilasanakan di Kecamatan Tawanganom, Kabupaten Magetan. Adapun materi yang digunakan berupa 28 ekor sapi PO Jantan, berumur sekitar 2 tahun dengan skor kondisi badan 4-5, yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu PI=Pemberian ransum sesuai dengan pola peternak (sebagai kontrol): P2=pemberian ransum kontrol + bioplus + singkong dan P3=pemberian ransum kontro l+ bioplus + singkong + empok jagung. Bioplus diberikan pada awal penggemukan sebesar,25% dari berat badan sapi pada P3, empok jagung diberikan pada 1 bulan di awal periode penggemukan. Selain singkong dan empok
jagung pada P2 dan P3 diberikan konsentrat komersial; yang masing-masing jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi menurut standar untuk perkiraan berat badan harian,7 1, kg; Bahan Kering (BK) 2 4% dari berat badan; Protein Kasar (PK) 9,2 12,8%/hari dan Total Digestible Nutrient (TDN)72 79%/hari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan metode analisis Single Covariate; berat badan awal sebagai satu covariate. Parameter yang diamati meliputi pertambahan berat badan ternak, jenis, jumlah dan kandungan zat-zat nutrisi dalam pakan ternak dengan lama penelitian 14 minggu. Dilakukan pula analisis input output dengan B/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan berat badan harian ternak dan jumlah konsumsi zat-zat nutrisi ransum Bioplus yang diberikan pada awal penggemukan ternyata mampu menghasilkan PBBH yang secara nyata lebih tinggi. Mikroba yang terdapat didalam bioplus (HARRY dan ADIKARA, 1996) diduga mampu meningkatkan jumlah mikroba didalam rumen sapi sehingga mampu meningkatkan pemanfaatan zat-zat nutrisi didalam ransum yang diberikan. Tampilan PBBH yang mampu dicapai masing-masing adalah sebesar,44 kg/ekor/hari pada kelompok P1 (kontrol), sebesar,55 kg/ekor/hari pada kelompok perlakuan P2 (singkong) dan,56 kg/ekor/hari pada perlakuan P3 (singkong+empok). Di dalam Tabel 1 tertera tampilan PBBH. Komposisi dan konsumsi zat-zat nutrisi ransum masing-masing perlakuan. Penambahan bioplus yang dikombinasikan dengan singkong maupun empok mampu meningkatkan konsumsi BK masing-masing sebesar 8,7 kg/hari dan 8,56 kg/hari yang secara nyata lebih tinggi dari konsumsi BK pada kelompok yang tidak mendapat pakan tambahan yang hanya sebesar 8,7 kg/hari. Kondisi ini sejalan dengan konsumsi TDN, perbaikan pakan mengakibatkan peningkatan konsumsi TDN (dari 4,67 kg/hari menjadi 5,18 kg/hari dan 5,7 kg/hari). Dibanding dengan standar kebutuhan nutrisi untuk sapi dengan berat badan sekitar 2 kg dan ADG sekitar,6 kg yaitu BK sebesar 6,7 kg/hari, PK sebesar,61 kg/hari dan TDN 3,6 kg/hari, maka sapi-sapi pada semua kelompok perlakuan telah terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Analisis ekonomi usaha Harga ransum pda perlakuan P2 dan P3 secara nyata lebih tinggi perlakuan PI karena adanya biaya bioplus perbaikan pakan. Dilihat dari besarnya pendapatan, perlakuan P2 dan P3 terlihat lebih tinggi dari pada PI, namun hasil perhitungan B/C ratio menunjukkan bahwa hanya perlakuan P3 (BC ratio 1,68) yang dapat diterapkan karena perlakuan PII mempunyai B/C ratio yang lebih rendah (1,53) PI (1,64). Secara rinci tertera pada Tabel 2. 289
Tabel 1. Tampilan penambahan berat badan, komposisi dan konsumsi nutrisi ransum masing-masing perlakuan Parameter PI P2 P3 Pertambahan berat badan harian (kg/ekor/hari),44 a,55 b,55 b Konsumsi nutrisi ransum (kg/hari) a. BK (kg/hari) 8,7 a 8,7 b 8,56 b b. PK (kg/hari)),67,67,8 c. TDN 4,67 a 5,18 c 5,7 b Komposisi ransum a. BK (%) - Hijauan 65,86 54,58 64,12 - Konsentrat 34,14 45,42 35,88 b. PK (% BK) - Hijauan 74,11 71,69 74,86 - Konsentrat 22,89 28,31 25,14 c. TDN (% BK) - Hijauan 62,67 5,52 62,4 - Konsentrat 37,64 49,48 37,96 Keterangan: a, b Nutrisi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<,.5) Tabel 2. Analisis ekonomi pendapatan masing-masing perlakuan Parameter PI P2 P3 Input (Rp/ekor/hari) Hijauan Singkong Empok Bioplus Konsentrat Total (Rp/ekor/hari) Total Input selama 1 periode penggemukan Out put (Rp) Harga dari penambahan berat badan selama 1 periode penggemukan Pendapatan B/C ratio 985,7 245,77 429,76 166,6 a 199,272, 528,, 328,728, 1,64 115,47 516,45 77,78 467,54 2167,24 b 26,68,8 66,, 399,931,2 1,54 987,35 232,55 349,25 77,78 435,26 282,19 b 249,862,8 672,, 422,137,2 1,68 Keterangan: Harga jual diasumsikan sebesar Rp 1./kg berat hidup Pemberian bioplus yang diikuti dengan perbaikan ransum akan mampu meningkatkan pendapatan peternak sebagaimana hasil penelitian ARYOGI et al. (1998) yang menunjukkan bahwa pemberian bioplus dikombinasikan dengan penambahan dedak padi (1% dari berat badan) mampu meningkatkan B/C ratio dari 1,32 menjadi 1,38. Meskipun mampu meningkatkan PBBH yang lebih tinggi dari pada perlakuan kontrol, tetapi hanya perlakuan P3 yang dapat meningkatkan keuntungan 29
peternak. Penambahan empok sebagai sumber protein dikombinasikan dengan singkong nampaknya merupakan alternatif pilihan untuk diterapkan. KESIMPULAN Penggunaan bioplus disertai dengan perbaikan pakan berupa penambahan kombinasi singkong dan empok jagung cukup efektif meningkatkan produktivitas pada usaha penggemukan sapi potong. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 1994. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Daerah Tk. I Jawa Timur, Surabaya. ARYOGI, D.B WIJONO, D.E. WAHYONO dan U UMIYASIH. 1998. Pengkajian teknologi penggemukan sapi potong melalui perlakuan pemberian bioplus, laser punture pada kondisi peternakan rakyat di Jawa Timur. Proc Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso T.A. 1997/1998 BPTP Karangploso, Malang. KUSNADI. U., M. SABRANI dan K. DIWYANTO. 1996. Dampak Imbuhan Bioplus dan Starbio Pada Kinerja Produksi Daging Sapi FH Jantan di Garut. BPT, Ciawi, Bogor. SANTOSA, T, D, CHANIAGO dan M. WINUGROHO. 1995. Pengaruh pemberian Bioplus pada kinerja sapi potong pada pola PIR di Lampung, BPT, Ciawi,. Bogor. 291