BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dengan mencermati latar belakang penelitian, tujuan, kerangka teoritik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Disadari oleh masyarakat dunia bahwa Hak Asasi Manusia (HAM)

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tersebut adalah peningkatan aktualisasi potensi-potensi manusia

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Esensi dari komunikasi politik sendiri adalah proses interaksi yang

I. PENDAHULUAN. sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2015

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2015

Daftari Isi. Abstrak... iii Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xvi

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA TIMUR 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Bali 2016

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

CATATAN PENGANTAR Hentikan Kematian Ibu Indonesia

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dalam Peta Politik Demokratisasi Indonesia* AE Priyono Peneliti Senior Demos

BAB IV DEKSKRIPSI LOKASI PENELITIAN

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI DKI JAKARTA 2016 MENGALAMI PENURUNAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI PROVINSI DKI JAKARTA 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

KEYNOTE SPEECH PADA FORUM DISKUSI EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015 Jakarta, 4 Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan kemajuan pendidikan. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA PROVINSI PAPUA (IDI) 2015

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dengan mencermati latar belakang penelitian, tujuan, kerangka teoritik dan fakta empirik, peneliti dapat mengemukakan beberapa kesimpulan penelitian, dan pada tahap berikutnya, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang terkait dengan hasil-hasil penelitian ini. A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Perempuan pengrajin batu aji sebagai salah satu kelompok minoritas sampai saat ini masih berada dalam posisi subordinat dibanding laki-laki. Meskipun secara kuantitatif mereka lebih banyak tetapi hal ini tidak berarti ada jaminan perlindungan terhadap hak-hak mereka. Faktor budaya, ekonomi, dan keyakinan dan tafsiran agama yang sempit merupakan salah satu penghambat bagi perempuan pengrajin batu aji untuk tampil dalam forum publik. Kuatnya peran laki-laki dalam kehidupan publik sangat menentukan setiap keputusan-keputusan yang diambil meskipun itu menyangkut kehidupan perempuan. Hal ini menempatkan posisi perempuan semakin termarginalkan, terutama partisipasi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara semata-mata karena mereka adalah perempuan. Perlindungan hak perempuan memberikan sumbangan terhadap pendidikan kewarganegaraan (PKn), yaitu sumbangan terhadap peningkatan kesetaraan kedudukan warga negara. Kesetaraan adalah sebuah keniscayaan

demokrasi, di mana kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki hak yang setara di depan hukum, karena laki-laki dan perempuan memiliki kodrat yang sama sebagai makhluk sosial. Laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama dalam politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, demokrasi tanpa kesetaraan akan berdampak pada ketidakadilan sosial. Semakin tinggi perlindungan yang diberikan kepada hak perempuan, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesetaraan kedudukan warga negara. Nampaknya perlu usaha yang lebih keras lagi dalam meningkatkan perlindungan hak perempuan sebagai bagian dari peningkatan pemahaman akan pentingnya kesetaraan kedudukan warga. 2. Kesimpulan Khusus Berdasarkan hal temuan empiris, analisis, dan pembahasan temuan secara keseluruhan di atas, peneliti membuat kesimpulan khusus sebagai berikut: 1. Perlindungan hak sipil perempuan pengrajin batu aji, yaitu yang menyangkut kebebasan berbicara, berpendapat, dan berkeyakinan nampak kurang terlindungi. 2. Perlindungan hak politik perempuan pengrajin batu aji, khususnya yang terkait dengan hak perempuan dalam bidang politik, yaitu hak-hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan voting nampak juga belum terlindungi. 3. Perlindungan hak sosial perempuan pengrajin batu aji, yakni hak mendapatkan keamanan dan kesejahteraan dan berbagi pewarisan sosial dan menikmati

kehidupan beradab sesuai dengan standar umum dalam masyarakat nampaknya juga belum dapat dinikmati secara baik. 4. Faktor-faktor keyakinan dan tafsiran terhadap agama, nilai dan norma budaya Banjar, tingkat pendidikan perempuan, kualitas perempuan sendiri dalam keluarga, dan eksistensi suami dalam keluarga mempengaruhi perlindungan hak perempuan pengrajin batu aji. 5. Pendekatan pendidikan dan peningkatan pemberdayaan perempuan merupakan strategi yang tepat karena pendidikan dan pemberdayaan merupakan bidang yang paling strategis dalam memperjuangkan kesetaraan gender. B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan perlindungan hak perempuan dalam kehidupan keluarga untuk kesetaraan warga negara. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak, utamanya para stake holders, praktisi pendidikan kewarganegaraan, aparatur pemerintah, pemerhati masalah perempuan, aktivis HAM sebagai upaya untuk lebih meningkatkan pemenuhan perlindungan hak perempuan di Indonesia. 1. Perlu ada upaya dalam pemberdayaan perempuan pengrajin batu aji sehingga mereka bisa lebih produktif dalam bekerja dan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga. Misalnya perlu diadakan pembinaan atau pelatihan keterampilan baik yang berhubungan dengan kerajinan batu aji ataupun keterampilan lain.

2. Penyebarluasan pemahaman akan kesetaraan kedudukan warga negara melalui peran pendidikan baik jalur pendidikan formal ataupun non formal dan penyuluhan yang melibatkan laki-laki dan perempuan sehingga akan bisa menumbuhkan sensitivitas jender pada setiap lapisan masyarakat untuk mencapai kesetaraan kedudukan laki-laki dan perempuan. 3. Pemerintah kabupaten bisa lebih giat lagi dalam melakukan pembinaan dan pengelolaan kerajinan batu aji sehingga sentra usaha ini bisa kembali bergairah, misalnya dengan penyediaan bantuan modal kerja tanpa agunan guna menolong para pengrajin mengembangkan usahanya yang kebanyakan kesulitan dalam permodalan. 4. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program yang konsen terhadap terjadinya peningkatan kesetaraan kedudukan warganegara, perlu kembali di masyarakatkan lagi, khususnya bagi masyarakat kalangan bawah. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadikan PKn sebagai bagian dari pendidikan demokrasi dengan memfasilitasi warga negara untuk memperoleh dan memanfaatkan kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam kehidupannya sehari-hari, seperti mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat, dan memilih. 5. Penelitian ini terbatas hanya pada upaya mengkonstruksi perlindungan hak perempuan dalam kehidupan keluarga. Karenanya, penelitian ini belum menyentuh secara spesifik model pendidikan kewarganegaraan sebagai program intervensi sosial politik (social political intervention program) terhadap upaya peningkatan perlindungan hak perempuan dalam keluarga

untuk kesetaraan warga negara. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah tersebut, direkomendasikan untuk mengembangkan model pendidikan kewarganegaraan sebagai program intervensi sosial politik.