BAB I PENDAHULUAN. dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang. berkedudukan sebagai landasan yuridis bagi setiap pengembangan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara yang ada

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang sangat

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang berkedudukan sebagai landasan yuridis bagi setiap pengembangan dan pemberdayaan terhadap otonomi masing masing daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa pengembangan otonomi daerah pada tingkat kabupaten dan kota diharapkan dapat menciptakan suatu penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, yang mendorong Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Kota dalam melaksanakan penggalian potensi daerah. Penggalian potensi ekonomi daerah sangat penting dalam rangka meningkatkan kegiatan perekonomian daerah tanpa banyak bergantung pada pemerintah pusat yang diaplikasikan melalui berbagai kebijakan perekonomian kerakyatan. Kebijakan perekonomian yang bercorak kerakyatan dalam jangka pendek difokuskan pada tujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tercermin dari terpenuhinya hak-hak sosial masyarakat, adanya peningkatan mutu lingkungan hidup dan terkelolanya sumber daya alam serta dukungan infrastruktur yang memadai.

2 Implikasi dari otonomi daerah tersebut adalah dengan adanya optimalisasi berbagai sektor dan sub sektor andalan ekonomi daerah melalui upaya pemberdayaan terhadap sektor industri khususnya sentra industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Keberadaan industri bagi suatu daerah selain sebagai aset daerah yang mampu meningkatkan pendapatan daerah, juga dapat menanggulangi timbulnya masalah sosial yang berkenaan dengan dengan masalah ketenagakerjaan dan kerawanan sosial. Pemberdayaan itu sendiri dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marginal, terpingirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau memenuhi kebutuhannya, pilihanpilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung jawab (accountable) demi perbaikan kehidupannya.(mardikanto, 2010:41) Sedangkan Dharmawan mengatakan bahwa pemberdayaan adalah proses memiliki energi yang cukup memungkinkan orang untuk mengembangkan kemampuan mereka, memiliki daya tawar yang lebih besar, membuat keputusan mereka sendiri, dan lebih mudah mengakses ke sumber kehidupan yang lebih baik. (Mardikanto, 2010:33) Sementara itu, yang dimaksud dengan pemberdayaan dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, adalah upaya yang dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga industri kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan

3 mandiri. Adapun yang dimaksud dengan pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui bimbingan dan bantuan untuk usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan untuk penguatan agar menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan industri kecil. Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang, industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang sampai dengan 4 orang. (BPS Jawa Tengah) Menurut Kementrian Perindustrian (2011), bahwa sebagai negara industri maju baru, sektor industri Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1) Memiliki peranan dan kontribusi tinggi bagi perekonomian nasional, 2) Industri kecil dan menengah memiliki kemampuan yang seimbang dengan industri besar, 3) Memiliki struktur industri yang kuat (Pohon Industri lengkap dan dalam), 4) Teknologi maju telah menjadi ujung tombak pengembangan dan penciptaan pasar, 5) Telah memiliki jasa industri yang tangguh yang menjadi penunjang daya saing internasional industri, dan 6) Telah memiliki daya saing yang mampu menghadapi liberalisasi penuh.

4 Diharapkan tahun 2020 kontribusi industri non-migas terhadap PDB telah mampu mencapai 30%, dimana kontribusi industri kecil (IK) ditambah industri menengah (IM) sama atau mendekati kontribusi industri besar (IB). Selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2020 industri harus tumbuh ratarata 9,43% dengan pertumbuhan IK, IM, dan IB masing-masing minimal sebesar 10,00%, 17,47%, dan 6,34%. (www.kemenperin.go.id) Untuk mewujudkan target-target tersebut, diperlukan upaya-upaya terstruktur dan terukur, yang harus dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi keinginan pemangku kepentingan berupa strategic outcomes yang terdiri dari: 1) Meningkatnya nilai tambah industri, 2) Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, 3) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, 4) Meningkatnya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan, 5) Menguat dan lengkapnya struktur industri, 6) Meningkatnya persebaran pembangunan industri, serta 7) Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB. Industri kecil merupakan suatu potensi yang perlu untuk dikembangkan dan diberdayakan agar dapat bersaing secara sehat dan kompetitif, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan industri diharapkan dapat menumbuh kembangkan produk unggulan daerah yang saat ini sangat penting dan bahkan ada kecenderungan terhadap tuntutan pengembangan one village one product.

5 Dalam upaya pemberdayaan industri kecil memiliki dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja karena lebih bersifat padat karya serta meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Meskipun secara umum, usaha industri kecil memiliki kedudukan yang cukup potensial dan strategis dalam peningkatan perekonomian lokal maupun nasional, namun pada kenyataannya masih terdapat berbagai hambatan dalam pengembangan usaha industri tersebut. Menurut Prawirokusumo seperti dikutip Sri Handayani Nikmah (2005 : 2) yang menyatakan bahwa berbagai hambatan tersebut meliputi kelemahan akses dan perluasan pangsa pasar, kelemahan akses pada teknologi dan informasi, kelemahan dalam organisasi dan manajemen serta kelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang menonjol dalam sektor industri kecil. Industri kecil tersebut memiliki nilai komparatif dan nilai kompetitif yang tinggi. Sektor industri adalah salah satu aset perekonomian yang sangat berpengaruh di Kabupaten Sukoharjo. Bukan hanya industri besar, namun jenis industri kecil atau home industry pun juga sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten Sukoharjo (Soetarto, 2011 :189). Dalam hal ini, sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian kabupaten sukoharjo dengan distribusi PRDB kabupaten sukoharjo pada tahun 2013 sebesar 28,46%. ( Sukoharjo dalam angka 2013). Lebih lanjut, jumlah industri di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat tabel di bawah ini :

6 Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 dan 2013 Golongan Industri 2012 2013 Besar 58 75 Menengah 187 210 Kecil 16.296 16.377 Jumlah 16.541 16.662 Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah unit usaha industri di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dengan membandingkan data jumlah unit usaha industri dari tahun 2012 sampai tahun 2013. Jumlah unit industri dari tahun 2012 sebanyak 16.541 unit dengan perincian jumlah industri kecil sebanyak 16.296 atau sebesar 98,52%. Jumlah industri kecil mendominasi dari keseluruhan jumlah unit industri di Kabupaten Sukoharjo. Kemudian industri menengah sebanyak 187 unit atau 1,13%, serta industri besar berjumlah 58 unit atau 0,35%. Pada tahun 2013, jumlah unit industri di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 16.662 unit yang terdiri dari jumlah unit industri kecil 16.377 unit atau 98,29%, industri menengah sebanyak 210 unit atau 1,26%, dan sisanya sebanyak 75 unit atau 0,45% adalah unit industri besar. Hal ini dapat diketahui bahwa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun jumlah unit usaha industri mengalami peningkatan sebanyak 121 unit. Diantaranya sebanyak 81 unit

7 merupakan peningkatan jumlah industri kecil, menyusul jumlah industri sedang sebanyak 23 unit dan industri besar sebanyak 17 unit. Dengan mendasarkan pada data diatas, kesimpulannya adalah industri kecil di Kabupaten Sukoharjo adalah unit usaha yang paling besar pertumbuhannya jika dibandingkan dengan industri menengah dan industri besar. Karena industri kecil di Kabupaten Sukoharjo merupakan tonggak perekonomian mikro maupun makro sehingga potensial jika dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait. Industri di Kabupaten Sukoharjo dibagi dalam 3 klaster utama yakni industri hutan agro dan hasil hutan (IAHH), industri tekstil dan aneka (ITA) serta Industri kimia, logam, mesin dan elektro (IKLME). Berbagai jenis klaster industri tersebut menghasilkan beberapa produk yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Sukoharjo. Produk unggulan di Kabupaten Sukoharjo yang kemudian disajikan dalam tabel di bawah ini :

8 Tabel 1.2 Produk Unggulan IKM Kabupaten Sukoharjo No Nama Produk Nilai Produksi/Tahun (Dalam Juta) Investasi (Dalam Juta) Jumlah Tenaga Kerja 1 Mebel Rotan 427.207,73 33.825,21 18.467 2 Gitar dan Alat Musik 295.159,20 22.872,00 15.672 Petik 3 Mebel Kayu 424.937,56 40.852,33 15.458 4 Tekstil dan Produk 242.102,50 38.275,00 8.361 Tekstil 5 Grafir dan Ukir Kaca 196.630,98 15.119,08 3.258 Sumber : Disperindag Sukoharjo 2012 Produk unggulan di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari produk mebel rotan, gitar dan alat musik petik, mebel kayu, produk tekstil serta grafir dan ukir kaca. Jika ditinjau dari segi penyerapan tenaga kerja, mebel rotan memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi. Dengan tingkat penyerapan 18.467. Karena pada dasarnya tujuan adanya suatu industri adalah untuk mengurangi kemiskinan dengan mengurangi pengangguran, dan bersifat padat karya. Kerajinan rotan tumbuh dan berkembang di Desa Trangsan dan Mayang Kecamatan Gatak. Produk kerajinan rotan, mebel maupun handycraf diekspor ke berbagai negara, terutama ke Eropa dan Amerika. Kemudian produk gitar dan alat musik dengan tingkat penyerapan

9 tenaga kerja sebanyak 15.672 yang tersebar di seluruh wilayah Sukoharjo. Khususnya di Kecamatan Baki dan Kecamatan Grogol, yang rata-rata penduduknya merupakan pengrajin sekaligus pemilik usaha industri gitar. Selanjutnya terdapat mebel kayu dengan tingkat penyerapan mencapai 15.458. Sedangkan untuk produk tekstil mencapai 8361 dan kerajinan ukir kaca mencapai 3.258. Dengan melihat data diatas, maka salah satu produk kerajinan yang potensial serta turut menggerakkan perekonomian lokal kabupaten Sukoharjo adalah gitar. Industri kerajinan gitar di Kabupaten Sukoharjo kebanyakan masih dikategorikan sebagai industri berskala kecil. Terdapat 147 unit usaha kerajinan gitar dengan jumlah produksi 5.776 pcs pertahun, serta menyerap sekitar 15.672 orang tenaga kerja. Industri ini banyak dijumpai di Kecamatan Baki. Bahan baku kayu lokal maupun impor, dipotong dan dibentuk sesuai model, dilakukan pengepresan kemudian dirakit, dihaluskan, finishing dengan pengecatan warna atau melemin proses akhir adalah pemasangan spare part gitar. Pemasarannya selain untuk pasar nasional juga sampai ke kawasan Asia dan Negara Eropa. (Biro humas provinsi Jateng). Desa Mancasan di Kecamatan Baki yang terletak + 10 km arah barat daya kota Kabupaten Sukoharjo merupakan sentra industri produk kerajinan gitar. Industri gitar adalah salah satu produk kerajinan yang bernilai seni dan budaya yang tinggi sehingga perlu untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan dengan adanya industri gitar yang gaungnya sudah sampai ke luar negeri tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang rata-rata

10 mempunyai mata pencaharian sebagai pengrajin gitar. Gitar dinilai sebagai produk unggulan sekaligus potensial. Gitar memiliki prioritas unggulan karena memiliki kompetensi manfaat paling tinggi. Produksi gitar dari perajin di Kabupaten Sukoharjo mampu menembus pasar global. Produk gitar selain dipasarkan di sejumlah kota di Jawa dan luar Jawa, juga menembus pasar dunia, seperti Denmark, Jerman, dan juga Malaysia. Dengan mengacu pada renstra Disperindag yang menyatakan bahwa setiap daerah harus mengedepankan produk unggulan yang dimiliki, maka kajian tentang produk unggulan menjadi sangat menarik untuk ditelaah upaya pemberdayaan dan perkembangannya termasuk salah satunya adalah produk unggulan industri kecil Gitar di desa Mancasan. Keberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan juga diperkuat oleh adanya unsur-unsur dari luar, seperti adanya sarana promosi yang memadai serta pemenuhan fasilitas terhadap sumber daya yang ada. Sehingga diharapkan mampu menciptakan daya saing dengan produk sejenis lainnya. Meskipun produk gitar yang telah dihasilkan pemasarannya telah mencapai luar pulau bahkan hingga luar negeri, namun produk gitar yang dihasilkan tersebut belum memiliki merek tersendiri. Rata-rata gitar yang diproduksi oleh para pengrajin dibeli oleh pengepul dengan harga yang minim. Sehingga hal ini berdampak pada tingkat kesejahteraan para pengrajin yang masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa diperlukan adanya kontribusi dari pemerintah melalui dinas terkait dalam membantu serta memfasilitasi terhadap pengembangan industri gitar. Karena struktur industri gitar akan

11 menjadi kuat bila ada dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk menghilangkan praktek-praktek yang menciptakan ekonomi biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal, konsistensi program dan infrastruktur yang mendukung. Untuk itu semua diperlukan kesamaan pandang guna memecahkan berbagai persoalan yang dialami industri gitar, terutama tidak bersifat parsial dan berjangka pendek tetapi yang bersifat sistemik dan berjangka panjang. Peran Industri kecil gitar dalam penyerapan tenaga kerja juga cukup signifikan yakni sebesar 15.672 orang. Rata-rata penduduk di desa mancasan merupakan pengrajin gitar, meskipun tidak semuanya. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri gitar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun jumlah peningkatannya relatif kecil. Dengan demikian industri gitar berperan dalam menyerap tenaga kerja perlu diberdayakan sesuai dengan UU No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dari paparan diatas maka peneliti tertarik mengambil judul PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL GITAR DI DESA MANCASAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?

12 2. Elemen apa saja yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional a. Mengkaji lebih mendalam sejauh mana pemberdayaan terhadap industri kecil gitar di desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo b. Mengetahui elemen-elemen yang mempengaruhi pemberdayaan terhadap industri kecil gitar di desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo 2. Tujuan Fungsional Untuk pemenuhan sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos), Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis penelitian ini diharapakan memberi manfaat teoritis berupa data empiris, konsep, dan metode dalam pengkajian strategi disperindag kabupaten Sukoharjo dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap industri kecil Gitar di desa Mancasan.

13 2. Secara Praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan a. Bahan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka otonomi daerah dan evaluasi terhadap upaya pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah b. Memecahkan berbagai masalah terkait dengan pemberdayaan industri kecil gitar di Kecamatan Baki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo.