BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

..., Yang membuat pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden


BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

Dewi Ratnawati, Riris Andono Ahmad, Firdaus Hafidz, Dibyo Pramono

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik responden Karakterisitik responden berdasarkan rentang usia diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 3. Responden Penderita Hipertensi Berdasar Usia No Usia Jumlah Presentase 1 25-34 34 22,31% 2 35-44 42 27,6% 3 45-54 45 29,6% 4 55-65 31 20,31% Total 152 100% Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden penderita hipertensi terbanyak ada pada usia 45-54 tahun sebanyak 29,60%; usia 35-44 tahun sebanyak 27,60%; usia 25-34 tahun sebanyak 22,31%; dan pada usia 55-65 tahun sebanyak 20,31%. Karakterisitik responden berdasarkan jenis kelamin diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 4. Responden Penderita Hipertensi Berdasar Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Presentase 1 Laki-laki 73 48,02% 2 Perempuan 79 51,98% Total 152 100% Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden wanita sebanyak 51,98% dan responden laki-laki sebanyak 48,02%. 30

31 Karakterisitik responden berdasarkan tingkat pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 5. Responden Penderita Hipertensi Berdasar Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase 1 SD 19 12,51% 2 SMP 24 15,78% 3 SMA 26 17.11% 4 Sarjana 58 38,15% 5 Magister 16 10,52% 6 Tidak Sekolah 9 5,93% Total 152 100% Tingkat pendidikan paling banyak yang diraih responden adalah sarjana sebanyak 38,15%; kemudian disusul SMA sebanyak 17,11%; SMP sebanyak 15,78%; SD sebanyak 12,51%; Magister sebanyak 10,52%; dan yang paling sedikit adalah tidak mengenyam pendidikan formal sama sekali sebesar 5,93% Karakterisitik responden berdasarkan prrofesi diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 6. Responden Penderita Hipertensi Berdasar Profesi No Pekerjaan Jumlah Presentase 1 Buruh 32 21,05% 2 Pengusaha 25 16,44% 3 PNS 33 21,71% 4 Pegawai Swasta 30 19,73% 5 Ibu Rumah Tangga 14 9,22% 6 Pensiunan 18 11,85% Total 152 100% Sebanyak 21,71% responden berprofesi sebagai PNS, kemudian 21,05% adalah sebagai buruh. Responden dari pegawai swasta sebanyak

32 19,73%; pengusaha sebanyak 16,44%; pensiunan sebanyak 11,85%; dan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 9,22%. 2. Pemahaman responden berdasarkan diagnosis Pemahaman responden terhadap hipertensi berdasarkan waktu terdiagnosis adalah sebagai berikut: Gambar 3. Diagnosis Hipertensi Responden Berdasarkan Waktu Persentase Terdiagnosis Berdasar Waktu 31% 14% 57% Pertama Kali <5 tahun >5 tahun Responden terdiagnosis hipertensi pertama kali dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun yang lalu sebanyak 56,5%; yang terdiagnosis sejak lebih dari 5 tahun yang lalu sebanyak 31%; sedangkan yang baru saja terdiagnosis sebanyak 12,5%. Pemahaman responden terhadap hipertensi berdasarkan cara atau kejadian terdiagnosis adalah sebagai berikut: Tabel 7. Diagnosis Hipertensi Responden Berdasarkan Caranya No Cara Terdiagnosis Jumlah Presentase 1 Kontrol Rutin 29 19,07% 2 Program Pengecekan 43 28,28% 3 Layanan Darurat 59 38,83% 4 Tidak Tahu 14 9,21% 5 Lainnya 7 4,61% Total 152 100

33 Responden mengetahui terdiagnosis hipertensi pertama kali melalui layanan darurat sebanyak 38,83%; melalui program pengecekan sebanyak 28,28%; dan yang rutin melakukan kontrol sebanyak 19,07%. Sedangkan 9,21% responden tidak tahu-menahu tentang diagnosis hipertensi pertama kalinya dan 4,61% responden menjawab jawaban lainnya seperti tidak ingat. 3. Pemahaman responden berdasarkan manajemen diri Pemahaman responden terhadap hipertensi berdasarkan intensitas atau seberapa sering mengecekan tekanan darah adalah sebagai berikut: Gambar 4. Intensitas Pengecekan Tekanan Darah Intensitas Pengecekan Tekanan Darah 18% 35% 21% 26% Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Responden yang selalu melakukan pengecekan tekanan darah sebanyak 21%; yang sering melakukan pengecekan tekanan darah sebanyak 26,35%; kemudian yang kadang-kadang mengecekan tekanan darah sebesar 34,86%; dan tidak pernah melakukan pengecekan tekanan darah sebesar 17,75% dari 152 responden. Pemahaman responden terhadap hipertensi berdasarkan perbandingan tekanan darah dengan 12 bulan yang lalu adalah sebagai berikut:

34 Tabel 8. Tekanan Darah Dibandingkan 12 Bulan yang Lalu No Dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu Jumlah Presentase 1 Lebih baik 44 29% 2 Sama 72 47,40% 3 Lebih buruk 13 8,55% 4 Tidak tahu 12 7,85% 5 Tidak melakukan pengecekan 12 bulan yang lalu 11 7,20% Total 152 100% Responden yang memiliki tekanan darah lebih baik daripada 12 bulan sebelumnya sebanyak 29%; sebanyak 47,40% sama saja dengan 12 bulan sebelumnya, kemudian sebanyak 8,55% responden memiliki tekanan darah lebih buruk daripada 12 bulan sebelumnya, 7,85% responden tidak tahu tentang tekanan darah 12 bulan sebelumnya, dan terdapat 7,20% responden tidak melakukan pengecekan tekanan darah 12 bulan sebelumnya. Presentase responden berdasarkan cara mengecekkan tekanan darahnya adalah sebagai berikut: Tabel 9. Cara Responden Melakukan Pengecekan Rutin No Cara Pengecekan Rutin Jumlah Presentase 1 Diri sendiri 7 5,60% 2 Anggota keluarga 2 1,60% 3 Tetangga 1 0,80% 4 Di apotek terdekat 6 4,80% 5 Pukesmas 83 66,40% 6 RS Spesialis 0 0% 7 RS Subspesialis 0 0% 8 CFD 26 20,80% Total 125 100% Sebanyak 66,4% responden rutin melakukan pengecekan tekanan darah di puskesmas, 20,8% di kegiatan Minggu pagi Car Free Day (CFD),

35 sebanyak 5,6 % melakukan pengecekan mandiri, 4,8% melakukan pengecekan tekanan darah di apotek, kemudian 1,6% responden mengecekan tekanan darah dengan bantuan anggota keluarga yang lain, dan sebanyak 0,8% responden meminta bantuan tetangga yang terampil untuk mengecek tekanan darah responden. 4. Pemahaman responden tentang komplikasi dan rawat inap Presentase proporsi responden yang mengetahui komplikasi hipertensi adalah sebagai berikut: Gambar 5. Proporsi Responden yang Mengetahui Komplikasi Hipertensi Responden yang Mengetahui Komplikasi Hipertensi 24% 76% Ya Tidak Sebanyak 76,31% responden mengetahui komplikasi dari hipertensi dan sisanya sebanyak 23,69% responden tidak mengetahui.

36 Presentase komplikasi hipertensi berdasar penelitian diperoleh data sebagai berikut: Tabel 10. Presentase Komplikasi Berdasar Penelitian No Komplikasi Jumlah Presentase 1 Penyakit Ginjal 31 26,72% 2 Stroke 41 35,33% 3 Retinopati 7 6,06% 4 Jantung 28 24,16% 5 Paru-paru 9 7,73% Jumlah 116 100% Sebanyak 35,33% responden mengetahui bahwa stroke merupakan komplikasi dari hipertensi, 26,72% responden mengetahui bahwa penyakit ginjal adalah komplikasi dari hipertensi, sebanyak 24,15% responden menjawab penyakit jantung adalah komplikasi dari hipertensi. Selanjutnya adalah penyakit paru sebagai komplikasi hipertensi sebanyak 7,73%, dan sebanyak 6,06% responden beranggapan retinopati merupakan komplikasi hipertensi

37 5. Pemahaman responden tentang pengetahuan dan perawatan diri Presentase responden tentang kepatuhan minum obat adalah sebagai berikut: Gambar 6. Kepatuhan Minum Obat Presentase Keteraturan Minum Obat 57% 43% Ya Tidak Sebanyak 56,58% responden tidak rutin minum obat dan sekitar 43,42% responden rutin minum obat. berikut: Beberapa penyebab responden tidak patuh minum obat adalah sebagai Tabel 11. Penyebab Tidak Patuh Minum Obat No Penyebab Jumlah Presentase 1 Mahal 10 11,64% 2 Sulit didapat 5 5,81% 3 Tidak suka 8 9,36% 4 Hanya ketika merasa butuh 22 25,58% 5 Tidak suka efek samping obat 4 4,65% 6 Lebih memilih metode alternatif 11 12,70% 7 Lupa 18 20,90% 8 Tidak Tahu 8 9,36% Total 86 100% Sebanyak 25,58% responden meminum obat hanya ketika butuh, 20,9% responden tidak patuh minum obat karena lupa, sebanyak 12,7%

38 responden lebih memilih pengobatan alternatif, sedangkan 11,64% responden tidak patuh minum obat karena merasakan harga obat yang mahal. Sebanyak 9,36% responden tidak patuh minum obat karena tidak suka dan dengan presentase yang sama, responden tidak tahu-menahu terhadap kepatuhan minum obat. Sebanyak 4,65% responden tidak patuh minum obat karena tidak suka efek sampingnya. B. Pembahasan 1. Pemahaman responden tentang diagnosis Presentase tertinggi responden mengetahui terdiagnosis hipertensi adalah melalui layanan darurat, yaitu sebanyak 38,33%. Hal ini didasari oleh karena hipertensi itu sendiri tidak menimbulkan tanda serta gejala secara spesifik. Hipertensi biasanya diketahui setelah seseorang melakukan pemeriksaan umum secara rutin atau ketika pasien meminta saran tenaga kesehatan terhadap komplikasi yang dialaminya (Ganong, 2009). Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gajala khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur (Ganong, 2009). Prevalensi hipertensi diindonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8%, atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis (63,2%) (Riskesdas, 2013)

39 2. Pemahaman responden berdasarkan manajemen diri Frekuensi tertinggi responden yang hanya kadang-kadang mengecekan tekanan darah adalah sebesar 34,86%, karena pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal (Lingga & Lanny, 2012) Sebanyak 66,4% responden rutin melakukan pengecekan tekanan darah di puskesmas. Hal ini disebabkan karena adanya peran puskesmas terkait dalam penyelenggaraan penurunan prevalensi penyakit tidak menular hipertensi. Puskesmas rutin mengadakan pemeriksaan tekanan darah untuk deteksi dini dan mendata penderita hipertensi untuk dilakukan follow-up non-farmakologis dan farmakologis guna meningkatakan kesejahteraan penderita hipertensi dalam masyarakat (Menteri Kesehatan, 2016) 3. Pemahaman responden tentang komplikasi dan rawat inap Sebanyak 76,31% responden mengetahui komplikasi dari hipertensi karena komplikasi adalah salah satu acuan yang harus disampaikan kepada masyarakat oleh puskesmas yang telah diatur dalam Permenkes No. 39 Tahun 2016 (Menteri Kesehatan, 2016)

40 Sebanyak 35,33% responden mengetahui bahwa stroke merupakan komplikasi dari hipertensi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2011) yang menyatakan bahwa kurang lebih 33,7% penderita hipertensi yang memahami benar tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal(ganong, 2009) 4. Pemahaman responden tentang pengetahuan dan perawatan diri Sebanyak 56,58% responden tidak rutin minum obat karena banyaknya responden merasa tidak mengalami gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari (Herquanto, 2009) Sebanyak 25,58% responden meminum obat hanya ketika butuh berupa gejala ringan hipertensi seperti sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal (Lingga & Lanny, 2012).