BAB V P E N U T U P. memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

Kalender Doa Februari 2017

PERNYATAAN UNTUK MENGUKUR PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

Dampak Tindak Pidana Pornografi Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan Lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

Beberapa pemikiran tentang pentingnya melibatkan laki-laki dalam penghapusan kekerasan terhadap per

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Lisa Hulda Lessil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

GBI Keluarga Allah Yogyakarta

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

Diunduh dari Bab Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku Bahan Alkitab: 1 Samuel 1: 1-16, Efesus 5: A.

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Transkripsi:

BAB V P E N U T U P Berdasarkan pada hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini penulis memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran: 1. Kesimpulan Hamil di luar nikah di Papua ini disebabkan oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu: 1. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi Pengaruh media masa seperti televisi yang menyajikan tontonan-tontonan yang berbau pornografi dan pornoaksi sehingga dapat memicu remaja melakukan seks bebas. Internet juga memiliki andil yang besar dalam hal ini. Mudahnya mengakses situs-situs yang berbau blue juga dapat membuat remaja ingin tahu dan ingin mencobanya. 2. Pengaruh teman atau lingkungan Dalam lingkungan pergaulan remaja, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif, yaitu istilah anak gaul. Istilah ini menjadi trend bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong, mondar-mandir di mall, berpakaian serba minim dan ketat bahkan transparan, memamerkan lekuk tubuh supaya terlihat seksi. Akibatnya menjadi korban dari pergaulan bebas, diantaranya terjebak dalam perilaku seks bebas yang mengakibatkan hamil di luar nikah. 3. Kegagalan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pemahaman tentang seks dalam keluarga masih dianggap tabu. Kegagalan pendidikan di sekolah, disebabkan karena kurangnya pembinaan pendidikan tentang seks, yang 119

akhirnya remaja mencari tahu sendiri. Masyarakat menganggap bahwa seks tidak perlu dibahas karena pada dasarnya sex tidak perlu dijelaskan. 4. Lemahnya pendidikan agama Kristen di lingkungan keluarga. Tipisnya iman menyebabkan remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan tontonan yang tidak baik. Mereka kurang memahami firman Tuhan dan kehendak Tuhan. Spiritualitas atau kehidupan remaja dalam relasi dengan Tuhan juga tidak kuat. Karena tidak adanya benteng agama Kekristenan yang kuat mereka bertindak sesuai dengan kesenangan sesaat tanpa memikirkannya dari segi firman dan kehendak Tuhan dalam kehidupannya. 5. Kurangnya perhatian orang tua bagi pemuda-pemudi. Rasa cinta, perhatian, dan penghargaan yang kurang, terutama dari orang tua dan keluarga, sehingga remaja mencari pemenuhan hal-hal tersebut dari orang lain. Hal itu menyebabkan terjadinya pemenuhan hasrat akan cinta berupa perilaku yang tidak tepat. 6. Konteks masyarakat Papua dan kehidupan sosialnya masih tertata dalam sistim patriarkhi, sehingga kedudukan perempuan selalu di rendahkan, di dominasi dan menjadi nomer dua setelah laki-laki. Keadaan ini diperkuat lagi dengan keputusan-keputusan adat yang bercorak patriarkhi, dimana laki-laki memiliki kekuasaan untuk menentukan keputusan, menggunakan kekuasaan uang sebagai cerminan kapitalis. Sedangkan perempuan seringkali harus menerima keputusan apapun yang sudah diputuskan oleh laki-laki. Dan yang lebih parah lagi adalah perempuan dianggap kaum yang lemah, penerima, uang (sebagai proletar), mahalnya mas kawin yang dibebankan kepada lakilaki akan membuat laki-laki semakin berkuasa atas perempuan (kekuasaan kapitalisme). 120

7. Ketidakadilan jender tentang adanya pemahaman bahwa perempuan itu kemah dan penurut menyebabkan perempuan tidak dihargai, hal ini jelas terlihat baik hal ketidak kesetaraan dan ketidakadilan jender, berkaitan dengan kedudukan mereka dalam keluarga bahkan sampai di masyarakat. Jelaslah bahwa perempuan terdiskriminasi dari lingkungannya. Tatanan hidup dan adat yang berlaku yang diciptakan masyarakat melalui pembayaran mas kawin dan sanksi adat adalah bentuk dari perendahan martabat perempuan Papua. Apalagi jika selama berumah tangga tidak mempunyai anak, maka laki-laki Papua akan menikah lagi dengan perempuan lain. Dan anak dari hasil pernikahan dengan perempuan lain harus dirawat oleh perempuan yang tidak bisa mempunyai anak, dan ini adalah beban mental dan kerja yang harus ditanggung oleh perempuan. 8. Pada umumnya perempuan yang hamil di luar nikah dipandang sebagai aib bagi keluarga. Adapun dampak yang diterima perempuan yaitu dampak sosial seperti ejekan, cercaan, disisihkan dari lingkungan dan juga menjadi gunjingan masyarakat. Dengan demikian perempuan menjadi termarjinalkan dalam lingkungannya sendiri, merasa tidak bebas dalam berkativitas karena menjadi bahan sorotan masyarakat. Sedangkan dampak psikologis yang diterima oleh perempuan yakni depresi, tertekan, ditolak, lebih-lebih dampak religius yaitu dengan tidak ikut serta dalam persekutuan ibadah sebab dipandang tidak layak dan dianggap berdosa. 9. Hamil di luar nikah sudah tidak asing lagi di kota Sorong. Hal ini sangat disayangkan, karena usia muda dimana seharusnya mereka masih sekolah atau bekerja malah harus dipusingkan dengan masalah yang begitu berat. Masa yang seharusnya mereka gunakan 121

untuk menuntut ilmu dan mempelajari banyak hal malah mereka hancurkan sendiri dengan melakukan hal-hal yang merugikan masa depan mereka sendiri. 10. Sanksi adat yang dibebankan kepada pelaku hamil di luar nikah sebenarnya bukan hanya membebani laki-laki (dianggap sebagai kaum borjuis dan punya kapital), lebih dari itu adalah perendahan martabat perempuan Papua. Hal itu artinya sama dengan menjual anak perempuan kepada laki-laki. Banyaknya jumlah uang, kain timur dan piring adat yang diberikan sebagai sanksi adat dan mas kawin tidak membuat perempuan Papua menjadi berharga, melainkan sebaliknya lebih banyak memikul beban pekerjaan sehari-hari yang harus dilakukan, akibat dari sejumlah barang dan uang yang diterima oleh pihak perempuan. 11. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang telah di panggil, di kuduskan, dan di utus Tuhan ke dalam dunia, untuk melanjutkan misi Yesus Kristus yakni menyelamatkan manusia dari dosa, dan memperdamaikan segala sesuatu dengan Allah. Tugas panggilan gereja yakni koinonia, marturia, dan diakonia (secara holistik). Gereja mempunyai tugas untuk memerangi dan memperjuangkan kebebasan, dan ketidakdilan jender yang terjadi dalam masyarakat khususnya masyarakat patriarkhi. Gereja GKI Immanuel Boswezen Sorong tidak peka terhadap masalah kehamilan di luar nikah, lebihlebih jika dikaitkan dengan paham Feminis Sosialis-Marxis. Jika ada warganya yang mengalami kehamilan di luar nikah, satu-satunya cara yang biasa di lakukan adalah membekali mereka dengan wejangan dan firman Tuhan. Hal ini tidak memberikan kesempatan kepada para perempuan yang mengalami kehamilan di luar nikah utuk mendapatkan jati diri atau perlindungan dan pemberdayaan dari Gereja. 122

2. Saran 1. Bagi para konselor/penolong jemaat. Untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari hamil di luar nikah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya yaitu dengan cara memberikan konseling individu, memberdayakan dan memotivasinya. Konseling individu diberikan dengan harapan agar orang yang bersangkutan bisa menyadari kesalahannya, dapat mengambil langkah selanjutnya dengan tepat, serta tidak melakukan hal-hal yang malah akan lebih memperburuk keadaan seperti aborsi dan bunuh diri. Sedangkan motivasi atau dorongan positif dibutuhkan konselor maupun orang tua dan orang-orang disekitarnya. Memotivasi atau memberikan dorongan disini bukan berarti membenarkan perilaku mereka, namun lebih kepada memperhatikan aspek psikologis anak tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif yang jauh lebih fatal. Pemberdayaan juga perlu diberikan berkaitan dengan paham Feminis Sosialis-Marxis. 2. Bagi Gereja secara umum, dalam hal ini para pekerja Gereja seperti Pendeta, majelis jemaat, dan juga pihak-pihak lainnya yang turut mengambil bagian dalam pelayanan jemaat. Kenyataan masyarakat Papua khususnya jemaat GKI Immanuel Sorong baik yang hamil sebelum menikah ataupun yang nikah kudus perlu diperhatikan. Bagi Jemaat GKI Immanuel Boswezen Sorong secara khusus, sebagai salah satu gereja yang diutus Tuhan ke dalam dunia untuk mewartakan damai sejahtera, hendaknya mampu menjadi alat penerang bagi semua umat, baik melalui program-program pelayanan, penyuluhanpenyuluhan, maupun berbagai kebijakan yang berkaitan dengan ideologi patriarkhi. 3. Bagi Gereja supaya memberikan pemahaman lewat materi-materi ceramah, diskusi, PA kepada setiap warga Gereja terutama kepada laki-laki dan perempuan tentang pentingnya kesetaraan dan ketidakadilan jender. Sehingga dapat tercipta suasana dalam jemaat 123

adanya saling menghargai, bekerjasama di rumah dan di luar rumah. Perempuan menyadari pentingnya peranan laki-laki dan laki-laki menyadari pentingnya peranan perempuan. 4. Bagi orang tua diharapkan dapat selalu mendampingi dan mengontrol kegiatan anak-anak mereka, baik didalam maupun diluar rumah. Selalu menyediakan waktu untuk dapat mendampinginya dan berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh sang anak, terutama masalah kehamilan di luar nikah dalam perspektif iman Kristen. Orang tua harus meluangkan waktu untuk membimbing serta mendidik anak kepada takut akan Tuhan dalam keluarga sejak dini dengan menanamkan nilai-nilai Kristiani yang kuat sebagai fondasi bagi kehidupan masa depan anak. Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, untuk berkomunikasi atau memberikan bimbingan yang tepat kepada anak dalam keluarga secara positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berbagai perilaku negative berdasarkan pada kehendak Tuhan. Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang remaja terhadap perilaku seksual belum saatnya dan penyimpangan seks. Hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di kemudian hari. Orang tua juga harus dapat mengontrol secara intensif kegiatan yang dilakukan oleh anaknya seharihari supaya anaknya tidak melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan yang tentunya dapat merugikan dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara serta menghancurkan masa depannya. 5. Kepada laki-laki dan perempuan hendaknya menyadari bahwa mereka adalah sebagai mitra kerja yang memiliki tugas panggilan bersama sebagai pribadi ciptaan Tuhan. Status perempuan sebagai mitra setara laki-laki haruslah diperjuangkan sebagai pola kesejajaran 124

yang berlaku dalam segala tempat dan waktu. Hal ini harus diperjuangkan secara terusmenerus dengan kesadaran sebagai mita kerja setara yang dapat bekerjasama di rumah, Gereja dan masyarakat. 6. Bagi para perempuan, mereka harus memahami paham feminism dan kesetaraan jender, mereka perlu berjuang untuk mencapai kesetaraan jender, termasuk kebebasan perempuan untuk mengelola kehidupan sendiri dengan baik, mengembangkan potensi dirinya, menjaga kesucian hidupnya demi terciptanya tatanan hidup bermasyarakat yang adil bagi perempuan 7. Bagi masyarakat, hendaknya selalu memberikan pengawasan dan didikan pada generasi muda, terutama terhadap budaya dan pergaulan yang dilakukan oleh generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam seks bebas. Masyarakat juga dapat memberikan bimbingan terhadap nilai-nilai luhur yang baik yang dapat mengarahkan masa depan kehidupan generasi muda, agar mereka mampu menemukan jati dirinya dengan memiliki kepribadian Kristiani yang luhur. 8. Bagi remaja, khususnya remaja jemaat perlu memiliki rasa takut akan Tuhan, menjadikan nilai nilai Kristiani sebagai filter untuk menyaring berbagai perbuatan yang menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat, mereka perlu belajar mentaati norma-norma yang berlaku sehingga tidak terjerumus ke dalam bentuk penyimpangan yang terjadi. Remaja perlu menghargai dan menghormati tubuh sebagai kabah Allah, agar mereka dapat memilih teman yang sekiranya baik dan tidak mengajak untuk melakukan penyimpangan. Faktor lingkungan terutama pengaruh teman merupakan aspek yang dominan bagi seorang remaja yang melakukan berbagai penyimpangan. menghargai dan menghormati tubuhnya. 125