BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai Financial Intermediary, memainkan peranan yang penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, pelemahan nilai tukar, dan kondisi. kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia, serta menjadi intermediary

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam bahasa inggris diambil dari kata banque dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Assets pada Sektor Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana. Sebagai lembaga intermediasi, bank berperan penting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah melakukan mobilisasi dana dari satu pihak kepada pihak lain (financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu penopang yang memperkuat sistem

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inovatif. Analisis dan Pembahasan Manajemen. Bab

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank sebagai Financial Intermediary, memainkan peranan yang penting dalam pembiayaan perekonomian Indonesia. Pada akhir tahun 2011, rasio pangsa kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai sekitar 30% atau meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2010 sebesar 27%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit secara nominal dan riil pada akhir tahun 2011 masing-masing tercatat sebesar 24,7% dan 20,1% yang melampaui pertumbuhan kredit pada akhir tahun 2010 masingmasing tercatat sebesar 23,3% dan 15,3% (Utari, et.al., 2012). Tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan dan Bank Indonesia semakin kompleks sejalan dengan perkembangan ekonomi dan keuangan regional dan internasional. Sejalan dengan itu, dalam rangka mencapai visi berupa sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan. Untuk mempermudah pencapaian visi API, maka Bank Indonesia menetapkan enam sasaran yang ingin dicapai yang dituangkan ke dalam enam pilar yang saling terkait satu sama lain. 1

2 Dalam rangka mewujudkan Pilar 1 API Indonesia, Bank Indonesia dan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Seluruh Indonesia (BPDSI) yang berada dalam kelompok kerja telah menyelesaikan program transformasi BPD melalui penguatan daya saing dan kelembagaan BPD yang dituangkan dalam cetak biru (blueprint) yang diberi nama BPD Regional Champion atau disingkat dengan BRC. Visi BRC adalah menjadi bank terkemuka di daerah melalui produk dan layanan kompetitif dengan jaringan luas yang dikelola secara profesional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Visi BRC dicapai melalui rangkaian program yang dalam setiap tahapan implementasinya mengacu pada tiga pilar penopang BRC yakni (1) Ketahanan kelembagaan yang kuat; (2) Kemampuan sebagai Agent of Regional Development ; dan (3) Kemampuan melayani kebutuhan masyarakat. Ketiga Pilar BRC tersebut berdiri di atas landasan yang kokoh, yaitu berupa penerapan manajemen risiko yang sesuai best practices dan implementasi tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance. Melalui implementasi BRC, diharapkan sebagian BPD telah menjadi Regional Champion di daerahnya pada tahun 2014. Sebagai bank yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan Pemerintah Daerah, peran aktif BPD dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional maupun ekononomi regional semakin nyata pasca otonomi daerah seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang (UU) No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. BPD di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang relatif pesat dalam kinerja keuangannya sebagaimana tercermin dari perkembangan pencapaian laba sebelum pajak selama periode 2001-2011 yang tumbuh rata-rata

3 sebesar 37,6% per tahun (lihat Gambar 1.1). Pada saat memuncaknya krisis keuangan global di akhir tahun 2008, BPD mampu membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp. 6,6 triliun atau naik 27,4% yoy (year on year). Pada tahun ketiga terjadinya krisis keuangan global (2009) dimana krisis menekan perekonomian riil, BPD masih mampu membukukan laba sebelum pajak sebesar 7,4 triliun atau naik 12,6% yoy. Gambar 1.1 Perkembangan Laba Sebelum Pajak BPD Sumber: Bank Indonesia (2012), Data Diolah. Selain peningkatan dalam pencapaian laba, BPD juga menunjukkan peningkatan yang relatif pesat dalam kinerja keuangan lainnya sebagaimana tercermin dari perkembangan Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit selama periode 2001-2011 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.1. Pada akhir tahun 2011, total aset BPD tercatat sebesar Rp. 304 triliun atau tumbuh ratarata sebesar 26,9% per tahun. Total DPK yang dihimpun pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 235,3 triliun atau tumbuh rata-rata sebesar 25,4% per tahun. Kinerja intermediasi BPD juga mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari total penyaluran kredit pada akhir tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 175,7 triliun atau tumbuh rata-rata sebesar sebesar 30% per tahun. Walaupun kinerja keuangan BPD telah menunjukkan peningkatan yang relatif pesat, namun rasio aset, DPK, dan kredit dari BPD terhadap total aset perbankan nasional pada akhir

4 tahun 2011 belum mampu melampaui angka 10%. Rasio aset BPD terhadap total aset perbankan nasional tercatat baru sebesar 8,32%. Sedangkan dari sisi penghimpunan DPK sebesar 8,45% dan penyaluran kredit sebesar 7,99%. Tabel 1.1 Indikator Utama Kinerja Keuangan BPD Posisi Per NPL 31 Des' Aset* DPK* Kredit* ROA NIM BOPO LDR CAR Gross 2000 26.155 22.452 10.085 1,91% 7,18% 88,90% 44,92% 16,50% 8,86% 2001 47.117 41.133 15.396 4,10% 7,97% 78,80% 37,43% 15,93% 3,12% 2002 58.178 51.135 21.498 3,83% 9,45% 77,67% 42,04% 18,48% 1,94% 2003 66.418 58.474 28.348 3,05% 8,42% 80,39% 48,22% 19,10% 1,74% 2004 78.487 69.733 37.232 3,99% 10,45% 73,85% 53,39% 19,14% 1,74% 2005 106.411 95.688 44.931 3,38% 9,56% 76,17% 46,96% 19,24% 1,86% 2006 159.476 129.141 55.955 3,38% 8,20% 76,15% 43,33% 19,12% 1,59% 2007 170.012 134.287 71.881 3,08% 7,24% 76,06% 53,53% 18,35% 1,68% 2008 185.252 143.262 96.385 3,70% 8,52% 73,04% 67,28% 16,82% 1,41% 2009 200.542 152.251 120.754 3,65% 7,88% 73,64% 79,31% 15,82% 1,71% 2010 205.754 183.624 143.707 3,82% 8,74% 77,65% 78,26% 16,68% 2,06% 2011 304.003 235.265 175.702 3,36% 8,10% 79,14% 74,74% 14,33% 1,75% * dalam miliar rupiah Sumber: Bank Indonesia (2012), Data Diolah. Belum optimalnya kinerja BPD dalam pengelolaan aset, penghimpunan DPK dan penyaluran kredit berdampak kepada rendahnya rasio capaian laba BPD terhadap total capaian laba perbankan nasional pada akhir tahun 2011, yakni sebesar 4,98%. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat kemampuan menghasilkan laba dari BPDSI. Laba sangat penting bagi bank di tengah persaingan industri perbankan nasional yang makin kompetitif. Seperti kebanyakan bisnis lainnya, umumnya kinerja keuangan perbankan diukur dengan tingkat kemampuan menghasilkan laba. Hal ini dilandasi fakta bahwa tujuan mendasar dari suatu manajemen bank adalah untuk pencapaian laba sebagai suatu syarat esensial untuk melakukan setiap aktivitas bisnis (Bobáková, 2003). Pentingnya laba bagi bank dapat dinilai di level mikro ekonomi maupun makro ekonomi. Di level mikro, laba merupakan syarat esensial dalam industri

5 perbankan yang kompetitif dan sumber dana yang termurah. Di level makro, perbankan yang sehat dan profitable lebih dapat bertahan terhadap gejolak negatif dan berkontribusi terhadap kestabilan sistem keuangan. Pentingnya profitabilitas bank di level mikro ekonomi maupun makro ekonomi membuat para peneliti, kalangan akademis, manajemen bank dan bank sentral tertarik mengetahui faktorfaktor yang menentukan laba pada bank komersial (Athanasoglou et al., 2005). Lebih lanjut, Athanasoglou et al. (2005) mengungkapkan bahwa beberapa peneliti (Short, 1979; Bourke, 1989; Molyneux dan Thornton, 1992; Demirguc-Kunt dan Huizinga, 2000; Goddard et al., 2004) telah menggunakan model linier untuk mengestimasi pengaruh dari berbagai faktor yang mungkin penting dalam menjelaskan laba. Ryan (1972) memfokuskan penelitiannya kepada bank skala menengah sedangkan Bourke (1989) dan Molyneux dan Thornton (1992) memfokuskan penelitiannya kepada bank skala besar (Guru et.al, 2000). Pengukuran kinerja keuangan bank melalui laba memiliki kelemahan utama yakni tidak menyesuaikan pada ukuran bank (bank s size), sehingga sulit untuk membandingkan seberapa baik kinerja suatu bank secara relatif atas bank lainnya. Menurut Mishkin et.al (2012), A basic measure of bank profitability that corrects for the size of the bank is the return on assets (ROA). ROA dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja manajemen bank dalam mengelola bank karena rasio ini mengindikasikan seberapa baik aset bank telah digunakan dalam menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, ROA akan digunakan sebagai proksi dari kinerja keuangan BPDSI. Determinan (faktor-faktor yang menentukan) profitabilitas bank dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dari determinan internal dan determinan

6 eksternal. Determinan internal berhubungan dengan manajemen bank yang disebut sebagai determinan spesifik atau mikro dari profitabilitas bank. Determinan eksternal mencerminkan lingkungan ekonomi dan legal yang berdampak kepada operasional dan kinerja bank. Determinan internal pada dasarnya tercermin dari perbedaan keputusan dan kebijakan oleh manajemen bank terkait dengan manajemen sumber dan penggunaan dana, permodalan, manajemen likuiditas dan manajemen biaya (Guru et.al, 2000). Dampak stimulasi manajemen terhadap profitabilitas bank dapat dianalisa dengan mengevaluasi neraca dan laporan laba rugi bank yang bersangkutan. Elemen-elemen neraca dapat mengilustrasikan keputusan dan kebijakan pihak manajemen sehubungan dengan sumber-sumber, komposisi dan penggunaan dari dana. Pada sisi lain, efisiensi manajemen dalam menghasilkan pendapatan dan mengendalikan biaya tercermin dalam laporan laba rugi. Menurut Alper dan Anbar (2011), diantara determinan internal dari profitabilitas bank terdapat rasio keuangan spesifik-bank yang mempresentasikan kecukupan modal, efisiensi biaya, likuiditas, kualitas aset dan ukuran bank, sedangkan pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga pasar dan kepemilikan adalah determinan eksternal yang berdampak kepada profitabilitas bank (Alper dan Anbar, 2011). Penelitian terhadap pengaruh berbagai rasio keuangan spesifik-bank terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan ROA, telah dilakukan oleh peneliti lainnya diantaranya adalah Sabir et.al (2012), Wibisono (2012), Sudiyatno dan Suroso (2010), Ngadlan dan Riadi (2010), Mahardian (2008), Prasnanugraha (2007), Sukarno dan Syaichu (2006), Azwir (2006), Mawardi

7 (2005), dan Suyono (2005). Seluruh peneliti tersebut mengaplikasikan analisis regresi berganda pada data rasio keuangan spesifik-bank untuk Bank Umum yang ada di Indonesia. Beberapa rasio keuangan spesifik-bank yang digunakan oleh para peneliti terdahulu tersebut terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Operating Margin (NOM), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Giro Wajib Minimum (GWM), Debt to Equity Ratio (DER), Pertumbuhan Laba Operasional (PLO), Pertumbuhan Kredit (PK) dan DPK. Dalam penelitian ini, rasio NIM, BOPO, NPL dan LDR akan diuji pengaruhnya terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian Sabir et.al (2012), Wibisono (2012), Ngadlan dan Riadi (2010), Mahardian (2008), Prasnanugraha (2007) dan Mawardi (2005) menunjukkan bahwa NIM secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan Suyono (2005) mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitiannya dengan menggunakan sampel sebanyak 60 bank, NIM secara statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA Bank Umum. Sudiyatno dan Suroso (2010), Mahardian (2008), Prasnanugraha (2007), Sukarno dan Syaichu (2006), Azwir (2006), Mawardi (2005) dan Suyono (2005) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian mereka, BOPO secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian mereka bertentangan dengan hasil penelitian dari peneliti lainnya. Ngadlan dan Riadi (2010) menyatakan bahwa BOPO secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sabir et.al

8 (2012) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya dengan menggunakan sampel sebanyak 4 bank, BOPO secara statistik berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA Bank Konvensioal periode 2009-2011. Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2012), Mahardian (2008), Azwir (2006), dan Suyono (2005) menunjukkan bahwa NPL secara statistik berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian mereka bertentangan dengan hasil penelitian dari peneliti lainnya. Sabir et.al (2012), Ngadlan dan Riadi (2010), dan Mawardi (2005) menyatakan bahwa NPL secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Prasnanugraha (2007) menyatakan bahwa NPL secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sukarno dan Syaichu (2006) menyatakan bahwa NPL secara statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian Mahardian (2008), Sukarno dan Syaichu (2006), Azwir (2006) dan Suyono (2005) menunjukkan bahwa LDR secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian mereka bertentangan dengan hasil penelitian dari peneliti lainnya. Sabir et.al (2012) menyatakan bahwa LDR secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sudiyatno dan Suroso (2010) dan Prasnanugraha (2007) menyatakan bahwa LDR secara statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Wibisono (2012) serta Ngadlan dan Riadi (2010) menyatakan bahwa LDR secara statistik berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. DPK adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank. DPK merupakan sumber

9 dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2002). Jika bank dapat meningkatkan pengimpunan DPK, maka dana yang dialokasikan untuk pemberian kredit juga akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula pendapatan bank yang akan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas bank tersebut. Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa selama periode 2001-2011, BPD terus menunjukkan peningkatan yang relatif pesat dalam penghimpunan DPK. Namun demikian, peningkatan penghimpunan DPK tidak selalu disertai dengan meningkatnya profitabilitas BPD yang diukur melalui rasio ROA yang justru menunjukkan pergerakan yang berfluktuatif atau berubah-rubah. Selama periode 2001-2011, hubungan DPK dan ROA BPDSI, lebih banyak menunjukkan suatu bentuk hubungan berbanding terbalik daripada berbanding lurus. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya hubungan DPK dengan ROA berbanding lurus, yang artinya jika DPK meningkat akan disertai dengan meningkatnya ROA, dan sebaliknya, jika DPK mengalami penurunan akan disertai dengan menurunnya ROA. Hasil penelitian Sudiyatno dan Suroso (2010) menunjukkan bahwa DPK berpengaruh signifikan terhadap ROA sektor perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2005-2008. Sedangkan hasil penelitian Yuliani (2007) menunjukkan bahwa DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode 2004-2006. Dikarenakan masih belum konsistennya hasil penelitian yang ada mengenai pengaruh DPK terhadap ROA bank, maka dalam penelitian ini,

10 DPK akan dijadikan sebagai variabel moderating yang diduga dapat memperkuat atau memperlemah hubungan NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap ROA. Berdasarkan adanya research gap dari hasil penelitian terdahulu (Sabir et.al, 2012; Wibisono, 2012; Sudiyatno dan Suroso, 2010; Ngadlan dan Riadi, 2010; Mahardian, 2008; Prasnanugraha, 2007; Yuliani, 2007; Sukarno dan Syaichu, 2006; Azwir, 2006; Mawardi, 2005; dan Suyono, 2005) dan fenomena kinerja keuangan BPDSI serta sedikitnya penelitian mengenai bank yang secara khusus membahas kinerja keuangan BPDSI, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap Kinerja Keuangan BPD di Indonesia dengan DPK sebagai Variabel Moderating. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah NIM, BOPO, NPL dan LDR berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia yang diproksikan dengan ROA? 2. Apakah DPK merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia yang diproksikan dengan ROA? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

11 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh NIM, BOPO, NPL dan LDR secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia yang diproksikan dengan ROA. 2. Untuk mengetahui pengaruh DPK sebagai variabel moderating yang diduga dapat memperkuat atau memperlemah hubungan NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia yang diproksikan dengan ROA. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya mengenai akuntansi keuangan dan akuntansi perbankan. 2. Bagi Peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap kinerja keuangan BPD di Indonesia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat digunakan sebagai pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ROA pada BPD di Indonesia, serta untuk melengkapi temuan empiris yang sudah ada sebelumnya. 4. Bagi Pihak Manajemen Perbankan BPD, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka meningkatkan profitabilitas pada periode mendatang.

12 1.5 Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sabir et.al (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. Hasil penelitian Sabir et.al (2012) menunjukkan bahwa pada Bank Umum Syariah di Indonesia, NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, CAR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA dan NPF berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan pada Bank Konvensional di Indonesia, CAR dan NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPL dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, dan BOPO berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Peneliti juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia. Beda penelitian ini dengan penelitian Sabir et.al (2012) adalah sebagai berikut: 1. Subjek penelitian Sabir et.al (2012) adalah Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia, sedangkan subjek penelitian ini adalah BPD di Indonesia. 2. Variabel independen dalam penelitian Sabir et.al (2012) adalah CAR, NIM, BOPO, NPL dan LDR sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah NIM, BOPO, NPL dan LDR.

13 3. Penelitian Sabir et.al (2012) menggunakan data ROA periode 2009-2011 (3 tahun) sedangkan penelitian ini menggunakan data ROA periode 2009-2012 (4 tahun). 4. Penelitian Sabir et.al (2012) tidak menggunakan variabel moderating sedangkan penelitian ini menggunakan DPK sebagai variabel moderating. Penggunaan DPK sebagai variabel moderating didasarkan kepada masih belum konsistennya hasil penelitian yang ada mengenai pengaruh DPK terhadap ROA bank. Hasil penelitian Sudiyatno dan Suroso (2010) menunjukkan bahwa DPK berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan hasil penelitian Yuliani (2007) menunjukkan bahwa DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Oleh karena itu, DPK diduga dapat memperkuat atau memperlemah hubungan NIM, BOPO, NPL dan LDR terhadap ROA.