BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) pada tahun 1994 di Kairo, yang diikuti oleh sekitar 180 negara, termasuk Indonesia, secara konsisten Konferensi Internasional tersebut telah menyepakati dan mengukuhkan hak-hak reproduksi sebagai hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu, termasuk dalam hak mendapatkan informasi dan pelayanan tentang kesehatan reproduksi yang benar (Muadz, 2008). Masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah individu yang bersangkutan tetapi menjadi perhatian bersama, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupannya di masa mendatang (Pinem, 2009). Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Sayangnya, banyak di antara mereka tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan (Masland, 2006). Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah total Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi
penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual (Sunarto, 2013). Dari jumlah tersebut, jika tidak diberdayakan dengan baik sebagai asset bangsa, maka akan menimbulkan beban permasalahan yang tidak kunjung selesai. Perilaku remaja yang sangat memprihatinkan tentu merupakan tanggung jawab bersama oleh remaja maupun generasi tua, karena perilaku negatif yang tidak dapat diminimalisir akan berakibat terjadinya Lost Quality Generation, yaitu kehilangan kualitas generasi muda (Muryanta, 2011). Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), serta rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Globalisasi dan informasi yang bebas menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang tidak sehat yang berdampak pada masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal ini terbukti dari data hasil penelitian Kementerian Kesehatan RI di empat kota besar (Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seksual pranikah (Primasiwi,2013). Berdasarkan penelitian dari Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia <17-24 tahun),
menunjukkan bahwa 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38.7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Dari data tersebut terdapat proporsi yang relatif tinggi pada remaja yang melakukan pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan (BkkbN, 2012). Data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. Dimana 51.986 dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055 (BkkbN, 2012). Sedangkan untuk kasus HIV/AIDS, menurut data dari Kemenkes RI 2013, didapatkan jumlah kasus baru HIV periode Januari - Juni 2013 sebesar 10.210 kasus dan yang positif AIDS sebesar 780 kasus. Data tersebut merupakan fenomena gunung es artinya data tersebut hanya yang dilaporkan saja. Sedangkan untuk kasus AIDS secara kumulatif, jumlah kasus AIDS sampai dengan Juni 2013 sebesar 43.667 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, jumlah yang tertinggi terjadi di kelompok usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 15.305 kasus. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya baru muncul setalah 3-10 tahun terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang lebih muda (Spiritia, 2013). Hasil SDKI tahun 2012 juga menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah. Dari hasil survei yang melibatkan responden pria dan wanita usia 15-24 tahun yang belum menikah menyebutkan bahwa 48% remaja tidak mengetahui masa subur seorang wanita dan hanya 18%
yang mengetahui masa subur seorang wanita dengan benar, yaitu di tengah-tengah antara dua masa subur. Secara keseluruhan, artinya hanya satu dari enam remaja wanita dan satu dari sepuluh remaja pria mempunyai pemahaman yang benar tentang siklus masa haid, di mana seorang wanita mempunyai peluang untuk hamil (Nurcahyani, 2013). Oleh sebab itu, salah satu issu yang penting untuk diketahui remaja agar dapat melewati masa remajanya dengan aman adalah pemberian pengetahuan tentang masalah kesehatan reproduksi. Dalam hal ini remaja perlu mendapat informasi yang cukup, karena dengan mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, secara tidak langsung kita dapat menghindari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa remaja, yang pada awalnya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi. Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa siswa di SMAN 1 dan SMAN 3 Kisaran, ternyata masing-masing siswa dari pihak sekolah mempunyai jawaban yang berbeda dalam mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, diantaranya yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi remaja atau yang dikenal dengan istilah TRIAD-KRR yaitu tiga risiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Adapun contoh permasalahan yang ditemukan dari masingmasing sekolah yaitu adanya kasus kehamilan pranikah yang terjadi pada siswi remaja putri.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Triad KRR di SMA Negeri Kecamatan Kisaran Tahun 2013. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimanakah perbedaan pengetahuan dan sikap siswa tentang Triad KRR di SMA Negeri Kecamatan Kisaran? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Triad KRR Di SMA Negeri Kecamatan Kisaran Tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) di SMA Negeri Kecamatan Kisaran. 2. Untuk mengetahui sikap siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) di SMA Negeri Kecamatan Kisaran. 3. Untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) di SMA Negeri Kecamatan Kisaran. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah Menjadi bahan masukan sejauh mana pengetahuan dan sikap siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) dan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan metode yang tepat dan efektif.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih sering mengadakan kegiatankegiatan mengenai pemberian informasi tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) diseluruh sekolah-sekolah. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.