BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. 2) 1.2. Perumusan Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

PEREKONOMIAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

Subsistem Agribisnis Hilir/Agroindustri: Membangun Industrialisasi Pertanian Berdaya Saing

Introduction to Agribusiness. Wisynu Ari Gutama

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun Tahun Luas lahan (Juta Ha)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian menghasilkan bahan pangan, pakan, serat, bahan bakar dan barang-barang lain, serta berpengaruh besar terhadap jasa ekosistem esensial seperti pasokan air dan pengikatan atau pelepasan karbon. Sektor pertanian secara luas merupakan komponen utama pembangunan ekonomi, sosial, ekologi, budaya dan ketahanan pangan, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global (Hurni dan Osman- Elasha, 2009). Sektor pertanian berperan dalam pembangunan ekonomi Indonesia dengan memberikan kontribusi 15,0% terhadap PDB nasional, dan 40,3% penyerapan lapangan kerja pada tahun 2009 (IMD, 2011). Sektor tersebut merupakan katup pengaman yang telah menyelamatkan masyarakat Indonesia melalui mekanisme pasokan bahan pangan dan penyerapan sebagian besar pengangguran saat krisis ekonomi dan moneter tahun 1997/1998 menghancurkan kinerja sektor riil. Kebangkitan sektor pertanian pasca krisis 1997/1998 belum mampu mentransformasi sektor pertanian menjadi sistem agribisnis yang menjadi sokoguru pembangunan ekonomi nasional. Peluncuran program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Perhutanan (RP3) oleh pemerintah pada tanggal 11 Juni 2005 belum menghasilkan peningkatan kinerja pertanian yang berarti (Gumbira- Sa id, 2008). Perkebunan kelapa sawit menghasilkan bahan mentah berupa tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik menjadi bahan setengah jadi seperti minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Bahan setengah jadi diolah menjadi produk akhir (edible dan non-edible) pada industri pengolahan hilir sehingga memberikan nilai tambah finansial 1). Kontribusi ekspor kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia secara makro pada tahun 2010 adalah USD 16,4 milyar 2). 1) Pangsa relatif pertanian (on farm) terhadap GDP suatu negara menunjukkan kecenderungan yang menurun ketika GDP meningkat, sementara pangsa relatif agribisnis (pertanian, industri dan jasa pertanian) masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat (World Bank, 2008). Dengan kecenderungan ini, nilai tambah akan begeser dari komoditas di kegiatan pertanian (on farm) ke produk akhir di kegiatan agribisnis (on farm dan off farm). 2) 1.2. Perumusan Masalah Sumber data 2010 dari GAPKI dengan volume ekspor 15,6 juta ton MKS dan produk turunannya, http://www.mediaindonesia.com/read/2011/01/01/198632/4/2/ekspor-cpo-2010- Naik-Sedikit. Nilai ekspor naik terutama karena faktor kenaikan harga komoditas.

Aglomerasi industri kelapa sawit Indonesia di Sumatra dan Kalimantan telah tumbuh dengan pesat sejak dekade 1980-an tetapi belum berkembang menjadi sistem agribisnis yang kuat (Pahan, 2010). Sistem agribisnis adalah pendekatan yang terdiri dari integrasi pengadaan sarana produksi (agroindustri hulu), kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan-manufakturing (agroindustri hilir), pemasaran, serta lembaga pendukung seperti keuangan, litbang, pertanahan dll. (Davis dan Goldberg, 1957). Pendekatan sistem dalam klaster industri merupakan integrasi vertikal secara terpadu dan selaras dengan semua mata rantai pasokan yang ada didalam sistem agribisnis. Pada konteks sistem yang holistik dengan mekanisme input-proses-output, keberadaan klaster industri kelapa sawit akan terwujud pada kekuatan daya saing sistem agribisnis secara relatif terhadap negara pesaing utama (Malaysia). Kajian historis yang luas terhadap fenomena klaster menunjukkan kurangnya kesepakatan tentang definisi klaster (Rocha dan Sternberg, 2005). Evolusi fenomena klaster mensyaratkan paling tidak adanya tiga dimensi utama untuk mendefinisikan klaster, yaitu adanya: (1) kedekatan geografi, (2) jejaring kerja inter-perusahaan, dan (3) jejaring kerja kelembagaan atau inter-organisasi (Rocha, 2004). Dimensi klaster harus diterima secara utuh untuk membedakan klaster dengan fenomena pengelompokan lainnya, dimana klaster tidak hanya sekedar merupakan aglomerasi perusahaan, tetapi juga adanya pengaruh jejaring kerja di dalam batasan geografi tertentu yang menciptakan sinergi (Rocha dan Sternberg, 2005). Adanya struktur dispersal dan asimetris serta integrasi horisontal pada setiap tingkatan mata rantai pasokan menyebabkan pertumbuhan industri kelapa sawit Indonesia lambat dan distribusi pendapatan antar mata rantai pasokan tidak merata. Masalah transmisi (pass through problem) menyebabkan informasi pasar (preferensi dan harga pasar), ilmu pengetahuan dan tenologi (IPTEK), serta modal investasi sektor hilir lambat ditransmisikan ke sektor hulu (Saragih, 2010). Preferensi konsumen tidak sampai dengan cepat ke seluruh rantai pasokan menyebabkan atribut produk menjadi tidak konsisten dan cenderung mendistorsi pasar. Adanya masalah penikmat bebas (free raider) antar-mata-rantai pasokan menciptakan dis-insentif inovasi. Kondisi tersebut menyebabkan industri kelapa sawit Indonesia

terlalu lama jalan ditempat pada fase awal perkebunan (factor-driven) dan terlambat masuk ke fase industri hilir yang capital-driven dan innovation-driven (Sipayung, 2010). Pembinaan mata rantai pasokan industri kelapa sawit Indonesia yang terfragmentasi pada beberapa kementrian teknis, menyebabkan daya saing industri kelapa sawit Indonesia relatif lemah jika dinilai dari tingkat produktivitas hasil MKS/ha, dimana produktivitas nasional Indonesia tahun 2009F lebih rendah 13,6% dibandingkan Malaysia (Oil World, 2009). Keunggulan komparatif industri kelapa sawit Indonesia hanya mengandalkan murahnya biaya produksi yang disebabkan oleh rendahnya upah tenaga kerja serta faktor endowment seperti ketersediaan lahan (Arisman, 2002), yang semakin berkurang dan merupakan ancaman terhadap keunggulan daya saing industri kelapa sawit Indonesia di masa yang akan datang. Klaster industri adalah konsentrasi perusahaan-perusahaan dalam satu atau beberapa industri, yang mendapat manfaat dari sinergi yang diciptakan oleh jejaring kerja yang padat antara para pesaing, pembeli, pemasok, dan penyedia jasa. Klaster biasanya terdiri dari produsen produk komplementer, penyedia infrastruktur khusus, spesialis pendidikan dan pelatihan, informasi, dukungan teknis dan penelitian, serta agensi penentu standar. Klaster membuat investasi menjadi lebih efisien, memperkuat pasar domestik dan provisi jasa, serta meningkatkan pendapatan melalui mekanisme limpasan pengetahuan (knowledge spillover; Porter, 1985, 1990, 1998). Kontribusi utama klaster industri bukanlah pada peningkatan skala ekonomi semata, tetapi lebih pada penciptaan solusi terhadap eksternalitas Marshallian (Rodriguez-Clare, 2005), seperti teknologi, infrastruktur dan eksternalitas-terkait-standar yang biasanya tidak ditangani secara tepat di negara berkembang karena terjadinya kegagalan koordinasi (Humphrey dan Schmitz, 2002). Berdasarkan pengalaman klaster industri di negara maju, peningkatan daya saing dapat dilakukan melalui efisiensi organisasi lokal berbasis mutu, disain, kecepatan inovasi dan kecepatan respon (Humphrey dan Schmitz, 1996). Walaupun demikian, selain respon klaster industri yang baik terhadap permintaan rantai-nilai global (Humphrey dan Schmitz, 2002; Giulani, Pietrobelli dan Rabellotti, 2005), kemampuan klaster industri meningkatkan daya saing masih dipertanyakan karena lebih berorientasi pada sisi pasokan (pelatihan, kredit, bahan baku, teknologi) dan kurang fokus pada sisi

permintaan (Humphrey dan Schmitz, 1996). Upaya menyeimbangkan sisi pasokan dan sisi permintaan dalam meningkatkan daya saing klaster industri sulit dilaksanakan karena besarnya godaan untuk melakukan intervensi kebijakan industri yang keras seperti subsidi klaster dan insentif fiskal. Intervensi khusus seperti memberikan grant yang sesuai atau investasi infrastruktur, merupakan usulan yang bermanfaat dalam mengatasi kegagalan koordinasi lokal-global yang akan muncul di dalam klaster (Rodriguez-Clare, 2005). Pertanyaan manajemen dalam disertasi ini adalah: Bagaimana proses pengembangan klaster industri kelapa sawit, jejaring kerja, dan integrasi rantai pasokan dengan kendala daya saing lingkungan ekonomi dan bisnis Indonesia? Pertanyaan penelitian dalam disertasi ini adalah: Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia. Secara spesifik, pertanyaan investigasi penelitian disertasi ini adalah sbb: 1. Bagaimana pengaruh daya saing lingkungan ekonomi dan bisnis terhadap kinerja klaster industri kelapa sawit Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh infrastruktur pendukung terhadap kinerja klaster industri kelapa sawit Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh integrasi rantai pasokan terhadap kinerja klaster industri kelapa sawit Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh penurunan biaya transaksi terhadap kinerja klaster industri kelapa sawit Indonesia? 5. Bagaimana pengaruh jejaring kerja terhadap kinerja klaster industri kelapa sawit Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan strategik dalam menilai kinerja klaster industri untuk membangun daya saing industri kelapa sawit Indonesia. Tujuan pengembangan klaster industri kelapa sawit Indonesia ini merupakan kajian akademik dalam rangka memberi masukan bagi para pembuat kebijakan (Kementrian Perindustrian RI, Pemerintah Daerah, serta para pemangku kebijakan yang berkaitan) untuk membuat kebijakan dan strategi pengembangan klaster industri kelapa sawit yang mampu

menghasilkan penurunan biaya transaksi dan pengaruh jejaring kerja dalam menciptakan sinergi. Secara spesifik, tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mencari diskriminan pengaruh daya saing lingkungan ekonomi dan bisnis terhadap kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia. 2. Mengukur pengaruh infrastruktur pendukung terhadap kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia. 3. Mengukur pengaruh integrasi rantai pasokan terhadap kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia. 4. Menganalisis pengaruh penurunan biaya transaksi terhadap kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia. 5. Menganalisis pengaruh jejaring kerja terhadap kinerja masa depan klaster industri kelapa sawit Indonesia.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB