BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan atau analisis rasio (ratio analysis) merupakan. salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Analisis Laporan keuangan. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk AGUS NURAMIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

1. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. dalam industri. Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA, Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap

Analisa Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat

Analisis Laporan Keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Rasio Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan atau analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan (Wild dan Subramanyam, 2010). Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi yang lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio yang paling bermanfaat bila orientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. 9

Rasio keuangan memiliki keunggulan, sehingga para pihak pemakai laporan keuangan sering menggunakan rasio keuangan. Menurut Harahap (2006) ada beberapa keunggulan rasio keuangan yaitu : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5. Rasio menstandarisir size perusahaan. 6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 2.1.1.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Secara umum, rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu : 10

a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka pendek. Kewajiban jangka pendek adalah utang (debt) yang mesti dibayar dalam periode waktu yang sama yang dipakai dalam menentukan asset lancar. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor, seperti pemasok dan bankir. Kelikuiditasan perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat dikatakan likuid bila perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti utang dagang, utang gaji, utang pajak. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan illikuid atau tidak likuid. Menurut Kasmir (2008) jenis rasio likuiditas yang ada seperti current ratio, quick ratio atau acid test ratio, cash ratio, rasio perputaran kas, inventory to net working capital. b. Rasio Solvabilitas Pendanaan perusahaan bersumber dari dua pendanaan yaitu dari kreditor jangka pendek seperti pemasok dan kreditor jangka panjang seperti pemegang saham. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Wild dan Subramanyam. 2010). Menurut Kasmir (2008) 11

beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan adalah debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, current liabilities to net worth, time interest earned, dan fixed charge coverage. c. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan assetnya. Rasio ini mengukur tingkat efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas atau pemanfaat asset menurut Wild dan Subramanyam (2010) dapat dklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas (cash turover), rasio perputaran piutang usaha (account receveible turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), rasio perputaran aset tetap (PPE turnover), dan rasio perputaran total aset (total asset turnover). d. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberi ukuran tingkat efektivitas manajemen perusahaan. Tujuan perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk tetap bertahan perusahaan harus mampu untuk menghasilkan laba. Bila perusahaan rugi, pihak kreditor akan mempertimbangkan untuk tetap memberi pinjaman atau menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 12

Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu: 1. Profit margin ( profit margin on sales) yang terdiri dari a. Gross Profit margin b. Net Profit Margin 2. Return on Investment (ROI) 3. Return on Equity (ROE) 4. Laba Per Lembar Saham 5. Rasio Ukuran Pasar Rasio ini disebut juga market meansure (Wild dan Subramanyam, 2010). Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah rasio ukuran pasar. Rasio ini adalah rasio yang paling sering dipergunakan oleh pihak investor di bursa efek. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Yang berdampak naiknya harga pasar saham di pasar modal. 2.1.2 Return On assets (ROA) 13

Return On Asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor margin laba dengan perputaran total aktiva. Margin laba menunjukkan kemampuan memperoleh laba bersih dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran total aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari total aktiva yang dimilikinya (Brigham dan Houston, 2007). Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba berdasarkan assetnya maupun modal sendiri. Return On Asset (ROA) mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah perusahaan (efisiensi asset). Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih terhadap total asset. Return on Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan dalam keadaan bagus dan semakin efektif dalam memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya ROA maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Oleh karena itu, perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan ROA. Hasibuan (2002) menyimpulkan bahwa: return on assets (ROA) adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/ebt) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Husnan dan Pudjiastuti (2004) menyebutkan bahwa: Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur kemampuan asset perusahaan 14

memperoleh laba dari operasi perusahaan. Selanjutnya Sartono dalam arixsthecoolest.blogspot.com menyatakan bahwa return on asset adalah perbandingan antara laba bersih dengan total asset yang tertanam dalam perusahaan. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Laba bersih yang digunakan disini adalah laba bersih setelah bunga dan pajak. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. Return on asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Sawir (2003) dan Munawir (1995) menyebutkan bahwa: Return On Assets (ROA) dapat dianalisis dengan menggunakan rasio pengukuran return on assets sebagai berikut : Selanjutnya Sartono (1997) menyatakan ROA dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. bahwa: Return On Assets (ROA) dapat diformulasikan sebagai berikut Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan asset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar 15

(Brigham dan Houston, 2007). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena dapat memberikan keuntungan (return) yang besar bagi investor. 2.1.3 Return On Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Brigham dan Houston, 2007). Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas/kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri (Hanafi, 2004). Dengan demikian peningkatan ROE akan berdampak terhadap meningkatnya harga saham. Secara teoritis ROE dapat dikatakan berpengaruh positif terhadap return saham karena jika harga saham meningkat maka return saham juga akan meningkat. Return On Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri selama satu 16

tahun terakhir. Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, maka semakin tinggi keinginan investor untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian maka perubahan pada Return On Equity (ROE) akan mempengaruhi perubahan harga saham. Riyanto (1995) menyatakan bahwa: Rasio rentabilitas modal sendiri atau Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal di satu pihak dengan modal sendiri di pihak lain. Kemudian Gitosudarmo (2001) mengatakan bahwa Return On Equity (ROE) atau rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba. Rentabilitas ini dapat juga dikatakan sebagai kemampuan untuk menghasilkan laba bagi suatu perusahaan dengan modal sendirinya. Syamsuddin (1992) menyebutkan bahwa: Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemilik saham biasa maupun pemilik saham preferen) atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Sementara Kartadinata (1993) menyatakan bahwa: Return On Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih terhadap net worth untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan. Secara umum rentabilitas modal 17

sendiri menurut Gitosudarmo (2002) dapat dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut: Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Peningkatan harga saham perusahaan akan memberikan keuntungan (return) yang tinggi pula bagi para investor. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati oleh investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. 2.1.4 Economic Value Added (EVA) O Byrne (1996) menyebutkan bahwa Economic Value Added (EVA), yang merupakan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi dengan biaya untuk seluruh modal yang di investasikan pada kegiatan usaha, memberikan pengukuran kinerja operasi dan valuation multiples yang kita perlukan untuk menghubungkan teori dengan praktek. Puspitawati (2011) juga menjelaskan bahwa EVA mengukur perbedaan, dalam perspektif keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal.metode ini digunakan terutama disebabkan terdapat beberapa kelemahan-kelemahan dan ketidakpastian dalam pengukuran kinerja tradisional, sehingga dikembangkanlah EVA sebagai konsep baru 18

dalam pengukuran kinerja.eva merupakan suatu perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata operasi perusahaan (Singgih, 2012). EVA berangkat dari konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya.semakin tinggi tingkat resiko investasi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian (return) yang dituntut oleh investor. Singgih (2012) menjelaskan bahwa 17 model Return on Investment (ROI) atau Return on Equity (ROE) hanya berhenti pada laba (return) yang diraih, sedangkan EVA mengurangi laba dengan biaya modal, sehingga manajemen perusahaan dituntut untuk mampu memilih investasi dengan tingkat pengembalian yang optimum namun memiliki tingkat resiko minimum. Berdasarkan hal ini, maka dapat diyakini bahwa perusahaan yang memiliki nilai EVA yang tinggi, merupakan perusahaan yang dapat dipercaya oleh investor. Lebih lanjut, O Byrne (1996) menyebutkan bahwa parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya proses penciptaan nilai suatu perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Jika Economic Value Added (EVA) > 0, yaitu niai Economic Value Added (EVA) positif, menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. 2. Jika Economic Value Added (EVA) = 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) menunjukkan posisi impas atau break event point, berarti tidak ada nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu 19

membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur. 3. Jika Economic Value Added (EVA) < 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) negatif, yang menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. 2.1.4.1 Perhitungan EVA Menurut Brigham dan Houston (2007), untuk menghitung Economic Value Added (EVA), diperlukan lima tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan (Horne and Wachowicz, 2008) NOPAT = EBIT (1 T) 2. Menghitung Invested Capital Invested Capital adalah jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya (Horne and Wachowicz, 2008). IC = Total Kewajiban & Ekuitas Kewajiban Jangka Pendek 3. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang 20

WACC adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar (Horne and Wachowicz, 2008). WACC = {D x rd(1 T)} + (E x re) Dengan cara: Menghitung Tingkat Modal dari Hutang (D) Tingkat Hutang (D) = x 100% Menghitung Biaya Hutang Jangka Pendek (rd) Cost of Debt (rd) = x 100% Menentukan Tingkat Pajak Penghasilan (T) Tingkat Pajak (T) = x 100% Menghitung Tingkat Modal dari Ekuitas (E) Tingkat Modal (E) = x 100% Menghitung Biaya Modal (re) Cost of Equity (re) = x 100% 4. Menghitung Capital Charges Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Horne and Wachowicz, 2008). Capital Charges = WACC x Invested Capital 21

5. Menghitung Economic Value Added Economic Value Added (EVA) adalah laba yang tersisa setelah dikurangi biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut (Horne and Wachowicz, 2008). EVA = NOPAT Capital Charges 2.1.4.2 Keunggulan dan Kelemahan EVA Sebagai penilai kinerja perusahaan Economic Value Added (EVA) memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Mirza & Imbuh, 1999): 1. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan secara mandiri tanpa membutuhkan data pembanding seperti standar industri atau data dari perusahaann lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis rasio. 2. Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi. 3. Perhitungan Economic Value Added (EVA) relatif mudah dilakukan, hanya yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam. 22

Namun tidak hanya kelebihan, Eva juga memeiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan EVA tersebut menurut Mirza & Imbuh (1999) sebagai berikut: 1. Economic Value Added (EVA) hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivtas-aktivtas penentu lainnya, seperti loyalitas konsumen. 2. Economic Value Added (EVA) terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan. 3. Konsep ini sangat bergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added (EVA) secara tepat dan akurat, tetapi dalam kenyataannya perusahaan dalam prakteknya kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internal perusahaan. kinerja perusahaan EVA memiliki beberapa keunggulan. 2.1.5 Market Value (MV) Market Value (Nilai Pasar) adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya. Harga Terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Market value sangat dipengaruhi oleh hukum 23

permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Lubis, 2008). Perbedaan harga saham hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang Perusahaan yang tidak bertumbuh mempunyai kebijakan pendanaan yang bertolak belakang dengan perusahaan yang bertumbuh, sehingga hal ini menjadi informasi yang bersifat negatif bagi investor. Berkaitan dengan bursa saham, bahwa nilai pasar merupakan harga pasar riil dan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, berdasarkan bursa utama. Nilai pasar menunjukan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi melalui harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price). Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, yang didasarkan pada bursa utama oleh pelaku pasar sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan 24

pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham dimana harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan. Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham penutupan pada hari ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang beredar dan semakin tingginya harga saham menunjukan semakin besar ukuran sebuah perusahaan. Adapun untuk penyelesaian nilai market value ditunjukan dalam persamaan sebagi berikut : MV = harga pasar per lembar saham x jumlah lembar saham yang beredar Nilai pasar menunjukkan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi dalam harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price). Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Harga saham adalah harga penutupan (closing price) pada tanggal pelaporan. Jumlah lembar saham yang beredar adalah jumlah lembar saham beredar yang dilaporkan dalam laporan keuangan. 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis : Peneliti Banz (1980) Mailani (2010) Rindyantika (2010) Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Variabel Judul Penelitian Penelitian The Relationship Variabel Between Return and Independen: Market Value of Stocks Returns Common Stocks Analisis Pengaruh Book Value, Economic Value Added, Intellectual Capital terhadap Market Value (Studi pada Emiten non Perbankan Indeks LQ-45) Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Momentum, Market Value Added (MVA), Net Profit Margin (NPM), dan Return on Asset Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Food & Beverageyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013) Variabel Dependen: Total Market Value Variabel Independen: Book Value, Economic Value Added, Intellectual Capital Variabel Dependen: Market Value Variabel Independen: Economic Value Added, Momentun, Market Value Added, Net Profit Margin, dan Return on Asset Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Hasil Penelitian Stocks Returns menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Market Value pada firma-firma besar, namun Stocks Returns tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Market Value yang dimiliki oleh firmafirma berukuran kecil dan menengah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial, variabel Book Value, Economic Value Added, dan Intellectual Capital memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Market Value Economic Value Added, Momentum, Market Value Added, dan Net Profit Margin berpengaruh tidak signifikan Nilai Perusahaan dan memiliki arah hubungan positif. Sedangkan Return on Assetberpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan dan memiliki arah hubungan negatif 26

Putri (2012) Kowel (2013) Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Gross Profit Margin dan Return on Equity Terhadap Market Value Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012 Variabel Independen: Net Profit Margin, Earning per Share, Return on Assets, dan Return on Equity Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Variabel Independen: Gross Profit Margin, dan Return on Equity Variabel Dependen: Market Value Penelitian ini menunjukkan bahwa Net Profit Margin, dan Return on Asset memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan Earning per Share dan Return on Equity tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Nilai perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen Gross Profit Margin dan Return on Equity berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap variabel dependen Market Value 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Return On Assets (ROA) X1 Return On Equity (ROE) X2 1 Economic Value Added (EVA) X3 Market Value (MV) Y Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 27

Dalam penelitian ini, variable independen yang digunakan adalah Return on assets (ROA), Return on equity (ROE) dan Economic Value Added (EVA). Variable dependen yang digunakan adalah Market Value (MV). 2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2007:51) hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. H1 : Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Market Value (MV) pada perusahaan perbankan di BEI. ROA merupakan rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam asset yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk mendapatkan penghasilan. Dengan semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka investor akan menilai saham dengan nilai yang tinggi. 2. H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Market Value (MV) pada perusahaan perbankan di BEI. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas/kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri, dengan demikian akan berdampak pada kenaikan harga saham. 28

3. H3 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan terhadap Market Value (MV) pada perusahaan perbankan di BEI. EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan yang mementingkan penggunaan biaya atas modal yang digunakan perusahaan dalam operasional. Perusahaan yang mempunyai nilai EVA positif menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya karena menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modalnya, maka akan berpengaruh pada tingkat permintaan saham perusahaan tersebut, sehingga akan meningkatkan harga sahamnya. 4. H4 : Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) berpengaruh signifikan terhadap Market Value (MV) pada perusahaan perbankan di BEI. Ketiga rasio diatas merupakan rasio yang menunjukkan kinerja suatu perusahaan. Pada prinsipnya semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, maka akan berpengaruh pula pada tingkat permintaan saham tersebut, sehingga pada gilirannyaakan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. 29