CYBERSEX DI KALANGAN REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu teknologi yang popular digunakan saat ini adalah internet, yaitu

BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komputer pada bidang komunikasi adalah internet (Andini, 2006). Internet

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan) yang dilakukan oleh

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi tersebut tidak lepas kaitannya dengan semakin membanjirnya arus

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Menurut WHO (World Health Organization)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti) 2. Jenis Kelamin : 3. Usia :

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI. Diajukan oleh : Teguh Kurniawan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

Transkripsi:

CYBERSEX DI KALANGAN REMAJA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Renny Purwaningsih F 100 030 244 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Lat ar Belakang Komputer merupakan salah satu media elektronik yang sangat canggih, karena dengan komputer program internet tersebut dapat dioperasikan. Internet juga tidak kalah canggihnya dengan sarananya itu sendiri, berjuta orang menggunakan internet untuk berbagai keperluannya, mulai keperluan pribadi, organisasi, sampai keperluan dinas, karena dinilai ineternet ini lebih praktis. Di negara kita tercinta ini sudah mulai banyak sekolah-sekolah yang memanfaatkan internet sebagai sarana penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan semakin banyaknya pengguna internet lebih-lebih dalam penggunaan word wide web dan e-mail, mereka semakin menyatu dengan program canggih itu. Hal ini dikarenakan dampak positif dari teknologi informasi dan komunikasi atau yang lebih dikenal dengan internet tersebut begitu besar baik bagi pengguna maupun bagi pengusaha dibidang tersebut. Salah satu dampak negatif akibat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi itu, muncul budaya-budaya baru seperti cybersex. Media komunikasi internet yang bebas sensor menjadi lahan subur bagi perkembangan materi-materi seks, terutama yang berbau porno. Kemudahan dan fasilitas yang disediakan internet pun menjadikan sajian-sajian seksual di internet sangat variatif. Internet bagaimanapun juga sangat penting dan diperlukan bagi umat manusia. Bagi orang-orang yang tinggal di kota, khususnya di Indonesia, peran internet dijadikan kebutuhan informasi utama 1

karena saat ini masyarakat kota cenderung haus akan informasi, apabila tidak mengenyam informasi satu hari saja rasa-rasanya hidup ini menjadi serba gelisah tak karuan dan takut dianggap ketinggalan zaman. Seperti itulah kondisi masyarakat sekarang menilai informasi yang tak pernah habis dan punah kadarnya, peran teknologi internet yang multifungsi ini memiliki berbagai dampak yang menyertainya, dampak positif dan dampak negatif. Menjamurnya warnet-warnet di kota-kota besar yang cukup terjangkau memungkinkan remaja dapat mengakses berbagai informasi melaui situs-situs internet. Salah satu situs yang bila ditampilkan di dunia nyata akan mendapatkan sorotan tajam namun ditolerir dalam internet adalah situs pornografi. Apabila diperhatikan dengan sungguh-sungguh dewasa ini remaja yang lebih banyak mengakses layanan seks di inter net tersebut. Hal ini akan berdampak serius pada dorongan seksual pengakses, bahkan seringkali pengakses tidak mampu menahan dorongan seksualnya karena sajian sex online (cybersex). Bagi kelompok pelajar dan mahasiswa internet menjadi tempat tujuan pertama meraih kebebasan didalam mendapatkan materi seks yang tak terbatas dan sajian seks di internet dianggap sebagai pelajaran penting sebelum mempraktekkan hubungan seksual pertamakali dalam hidupnya. Internet memberikan pelajaran yang melimpah ruah, karena hal utama dalam internet adalah kebebasan dan internet dibangun serta dirancang selain menjadi penghubung dan alat komunikasi yang murah juga untuk mewadahi kelompokkelompok minoritas yang dikekang kebebasnnya di dunia nyata. 2

Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap seks pada pelajar Sekolah Menengah Umum dan mahasiswa yang masih tergolong remaja akhir, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi tentang seks. Hurlock (1994) menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan. Pada kelompok remaja biasanya benteng pertahanan masih labil, terangsang sajian yang ada di internet yang berbau pornografi membuat remaja tidak mampu menahan dorongan seksualnya, karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melindungi diri dari kesulitan yang tidak diharapkan. Keberadaan faktor eksternal yang berupa macam-macam bentuk rangsangan seksual yang proaktif dapat mengeksploitasi naluri seksual manusia. Bayangkan, faktor internal saja membuat manusia sulit mengendalikan dorongan seksualnya apalagi kalau dirangsang oleh faktor eksternal (Hurlock, 1994). Untuk menciptakan situasi pergaulan dan pendidikan, orang tua perlu membina hubungan yang baik dengan anak. Kartono (1995) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting dalam mengusahakan terbinanya hubungan baik orang tua dan anak, antara lain : mengakui dan menghargai anak, membuat peraturan secara jelas dan mudah dimengerti anak, melaksanakan peraturanperaturan secara konsisten dan seragam, berhati-hati dalam memilih cara untuk menegakkan disiplin, memperbaiki secepatnya bila terjadi kesalahan-kesalahan, membina hubungan yang baik dengan semua anggota keluarga. Dalam proses tumbuh kembang anak, pengaruh lingkungan sangat besar peranan termasuk lingkungan keluarga yang ikut memberi bentuk dan warna pada 3

kepribadian anak. Keluarga adalah lingkup hidup pertama dan utama bagi setiap anak, dalam keluarga anak mendapat rangsangan, hambatan atau pengaruh yang pertama-tama dalam perkembangannya baik perkembangan biologis maupun perkembangan pribadinya. Masa remaja adalah masa yang kritis dalam perkembangan individu, karena pada masa ini individu banyak mengalami konfik (Mappiare, 1982). Remaja belum merupakan indiv idu yang mandiri benar dan masih memerlukan orang tua untuk membantu mereka. Orang tua diharapkan dapat menjadi figur atau pribadi yang dapat memberikan arah, memantau, mengawasi dan membimbing remaja dalam menghadapi permasalahannya (Yatim dan Irwanto, 1991). Keluarga merupakan lingkungan terdekat, maka dapat dimengerti bila remaja membutuhkan kesempatan untuk dapat berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih dewasa yaitu orang tuanya. Kegagalan berkomunikasi antara orang tua dan anak akan menyebabkan anak bertingkah laku agresi. Arkoff (dalam Soelaiman dkk, 1993), mengemukakan bahwa anak yang menerima penanaman nilai-nilai atau didikan disiplin secara demokratis akan mengembangkan toleransi yang besar terhadap agresi. Pada anak yang dididikan disiplin secara otoriter memiliki kecenderungan menunjukkan tindakan-tindakan yang destruktif atau bertingkah laku agresif. Sedangkan anak yang menerima didikan disiplin secara permisif cenderung mengembangkan tingkah laku agresif yang terbuka. Sebagai orang tua perlu mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima oleh anak. Komunikasi yang baik selalu memperhatikan adanya sikap menerima, 4

mempercayai, menghargai, keterbukaan dan kejujuran. Terhambatnya komunikasi dapat menyebabkan timbulnya permasalahan bagi suatu keluarga. Bagi remaja, tidak terpenuhinya kebutuhan untuk berkomunikasi dalam keluarga akan dapat memberikan dampak yang merugikan bagi remaja yang bersangkutan. Remaja menjadi sangat tidak puas dengan keluarganya, mengalami frustasi yang dapat mengakibatkan terjadinya sikap agresif pada remaja (Soekomto, 1989). Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat disepelekan dalam masa -masa remaja. Di antara para remaja, terdapat ikatan perasaan sangat kuat dan pada kelompok teman sebaya itu untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk norma, nilai dan simbol tersendiri yang lain dibandingkan apa yang ada di rumah mereka masing-masing. Bahkan norma, nilai dan simbol antara kelompok satu dengan kelompok lainnya seringkali berbeda. Para remaja memiliki kewajiban terhadap kelompok, memiliki kode tingkah laku yang mereka tetapkan sendiri dan mereka menghargai dan mematuhinya. Ada istilah khusus yang mereka ciptakan sendiri, yang kadang merupakan bahasa rahasia dan yang tidak boleh diketahui oleh orang dewasa bahkan oleh orang tua mereka sendiri (http://www.epsikologi.com/dewasa/161002.htm). Salah satu dorongan manusia yang sering menyebabkan manusia mendapat kesulitan pribadi dan sosial adalah dorongan seksual, yang pada kenyataannya sering menghadapkan manusia kepada suatu keadaan yang mendesak dan sangat membujuk untuk memperoleh pemuasan seksual dengan 5

segera. Adanya persoalan seksual pada individu dapat menyebabkan individu yang bersangkutan sering dihadapkan pada keadaan yang seolah-olah ada kecenderungan untuk jatuh ke tingkat yang immature atau infantil dan setiap usaha untuk bertingkah laku seksual. Ketertarikan remaja terhadap materi pornografi di internet berkaitan dengan masa transisi yang sedang dialami remaja. Remaja sedang mengalami berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik, seksual, emosional, relegi, moral, sosial maupun intelektual (Hurlock, 1994). Perubahan pada aspek seksual berkaitan dengan matangnya kelenjar hipofisa yang merangsang pengeluaran hormon yang mempengaruhi organ-organ reproduksi yang menyebabkan dorongan seksual anak meningkat (Maramis, 1994). Dalam perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus, remaja dikenal sebagai masa pencarian penjelajahan identitas diri. Meskipun diakui bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, tetapi ia butuh akan pengakuan dan pe nghargaan, bahwa ia telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Oleh karenanya, kepercayaan atas diri anak remaja diperlukan agar mereka merasa dihargai. Kehidupan modern dengan segala kemajuannya memberikan kemudahan dan peluang kepada siapa pun juga untuk berbuat dan berperilaku yang positif dan yang negatif. Tanpa mengabaikan kebaikannya, kehidupan modern dengan keburukannya, sangat tidak baik bagi perkembangan masa remaja. Situs internet, program televisi, koran, majalah, 6

tabloid tertentu tidak pernah sepi dari masalah seks. Bagi remaja sajian seperti itu dapat mendorong rangsangan seksualnya. Kalau tidak dapat melampiaskannya melalui hubungan kelamin secara langsung ke lawan jenisnya, tak sedikit remaja yang terpaksa melakukan masturbasi atau onani, walaupun dalam pandangan agama perbuatan itu berdosa. Hal-hal yang bersifat pornografi dapat merangsang seorang remaja ke arah perbuatan seksual. Aktivitas remaja yang selalu terpapar dengan berbagai produk kebudayaan yang tanpa filter seperti tayangan-tayangan porno, film dan bukubuku bertema sex ikut memberi kontribusi berkembangnya pada remaja. Materimateri porno di dunia cyber dengan segala kemudahan akses konsumsinya, akhirnya dapat menjadi tempat pelarian dari ketegangan mental dan memperkuat pola perilaku seksual, hal ini disebabkan karena situs pornografi dapat meningkatkan neurotrasmitter ketika terjadi rangsangan seksual yang menghasilkan efek menyenangkan bagi tubuh sehingga cenderung diulang dan secara psikologis dapat menimbulkan adiksi (Rahmawati, dkk, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, perkembangan kepribadian seseorang di masa remaja mempunyai arti yang khusus. Remaja sedang mengalami berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik, seksual, emosional, relegi, moral, sosial maupun intelektual. Remaja menjadi makin sadar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seks dan berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, termasuk informasi mengenai seks yang begitu mudah di dapat di internet dengan banyaknya macam situs-situs yang dapat dibuka. Orang tua diharapkan bisa menjadi figur atau pribadi yang dapat memberikan arah, memantau, mengawasi 7

dan membimbing remaja dalam menghadapi permasalahannya dengan adanya komunikasi interpersonal dalam keluarga. Berdasarkan beberapa rumusan masalah, maka penelitian ini adalah bagaimana penggunaan cybersex dikalangan remaja dan bagaimana dinamika psikologis remaja dilihat dari komponen kognitif, afektif, dan konatif? Berdasarkan rumusan masalah, penulis melakukan penelitian dengan judul Cybersex Dikalangan Remaja. B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujua n penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dinamika psikologis remaja pengguna cybersex dilihat dari komponen kognitif, afektif, dan konatif? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja membuka situs cybersex? C. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi rinci, akurat dan aktual yang memberikan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengguna internet, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengguna internet khususnya pengakses situs cybersex 8

dapat mengambil segi positifnya, bukannya mengembangkan ke hal-hal yang negatif. 2. Orang tua, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua, hendaknya lebih peka dalam mengikuti perkembangan berbaga i informasi yang berkaitan dengan semakin beragamnya media informasi baru yang lebih canggih terutama yang berkaitan dengan informasi yang didapatkan dari dunia internet. 3. Pemilik warung internet, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa penyalahgunaan teknologi dalam hal ini pengguna cybersex dapat menyebabkan perilaku seksual, untuk pemilik warung internet dapat melakukan pelarangan bagi remaja yang membuka situs cybersex. 4. Peneliti selajutnya, sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah yang sama. 9