BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit infeksi yang terjadi didunia masih merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nosokomial diperkirakan 5% - 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE OF HANDHYGIENE AND HANDHYGIENE COMPLIANCE IMPLEMENTATION IN CLINICAL DEGREE OF MEDICAL STUDENTS ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi yang terjadi didunia masih merupakan penyebab terbesar angka kesakitan dan kematian. Infeksi nosokomial salah satu penyebab dari infeksi tersebut. Infeksi nosokomial adalah suatu yang didapatkan oleh penderita atau pasien setelah mendapat asuhan perawatan. Infeksi nosokomial ini juga lebih dikenal dengan Health-care Associated Infections (HAIs). HAIs terjadi karena penderita lemah atau jika barier alamiah terdapat invasi mikroba terganggu. Angka kejadian HAIs ini menyebabkan 1,4 juta orang meninggal tiap hari diseluruh dunia. Infeksi nosokomial ini juga terus meningkat dari 1% sampai dengan 40% pada benua Eropa, benua Afrika, benua Asia dan Amerika latin (Arfiana, 2012). Berdasarkan data laporan surveilens infeksi RS PKU Muhammadiyah Gamping dari Bulan Januari sampai dengan Bulan April 2016 terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Data Laporan Infeksi RS PKU Muhammadiyah Gamping NO Jenis Infeksi Januari Februari Maret April 1 Phlebitis/Bakterimia 6 9 5 7 2 Infeksi Saluran Kemih 2 0 0 0

No Jenis Infeksi Januari Februari Maret April 3 ILO/InfeksiLuka 0 0 0 0 Operasi 4 VAP/Ventilator 0 0 0 0 Associated Peneumoni 5 IADP/Infeksi Aliran 0 0 0 0 Darah Primer 6 Dekubitus 2 0 0 0 Hal ini menunjukkan masih tingginya angka infeksi nosokomial di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Infeksi yang tertinggi adalah jenis infeksi adalah phlebitis atau bakterimia. Tingginya angka infeksi ini karena manusia rentang terhadap infeksi bakteri dan beberapa virus. Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya proses infeksi, meliputi sumber penyakit, kuman penyebab, cara membebaskan dari sumber kuman, cara penularan, cara masuknya kuman, dan daya tahan tubuh (Hidayat, 2006). Sehingga Rumah Sakit, Puskesmas, Poli klinik, Rumah Bersalin, Balai Kesehatan, Loboratorium dan Klinik Perusahaan termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya

terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya K3 di RS (Depkes, 2006). Hal ini sesuai dalam Undang-Undang No.23 tahun 2013 tentang pasal 23 yang dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan pada semua tempat kerja. Bahaya potensi di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, salah satunya karena infeksi yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, dan jamur) (Depkes, 2007). Penularan infeksi dapat melalui tangan. Tangan merupakan salah satu jalan utama menularnya berbagai infeksi sehingga kegiatan mencuci tangan dapat meningkatkan kebersihan tangan dan menghentikan penyebaran infeksi (WHO, 2008). Tangan juga dapat membawa sejumlah organisme secara signifikan baik patogen atau flora normal. Salah satu tindakan sederhana yang dilakukan petugas RS baik petugas medis maupun non medis sebagai upaya preventif untuk mencegah menyebarnya infeksi di RS adalah dengan cuci tangan atau dengan hand hygiene. Hand hygiene merupakan tindakan yang paling penting untuk mencegah mikroorganisme patogen pada paseien dan petugas kesehatan baik medis maupun non medis. Hand hygiene juga salah satu tindakan prevensi untuk cross infection yang termasuk cuci tangan dan disinfeksi tangan merupakan tindakan pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan

kesehatan. Pencucian tangan menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat menghilangkan lebih dari 90% flora sementara. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh mikroorganisme beserta kontaminan yang ada. Mencuci tangan yang tidak memadai dapat menjadi wadah terjadinya infeksi (Friedman & Petersen, 2004). Dari sudut islam pentingnya menjaga kebersihan termasuk mencuci tangan sudah dijelaskan dalam Al-quran dan Hadis. Dalam menjaga kebersihaan sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah At-Taubah ayat 108 : ال م ط ه ر يه ي ح ب و للا ي ت ط ه ر وا أ ن ي ح ب ىن ر ج ال ف يه Artinya : Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At-Taubah:108) Potongan ayat suci Al-Qur an berikut menjelaskan tentang aktivitas mencuci atau membasuh tangan sebagai salah satu bagian penting dalam kebersihan diri dan merupakan rangkaian mensucikan diri atau aktivitas wudhu : Artinya : Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai

dengan sikumu, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (Q.S. Al-Maa idah [5] : 6). Untuk mencegah peneluran infeksi terdapat salah satu program keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah adalah pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). PPI dulu diawali dengan nama panitia infeksi nosokomial dengan target meliputi pasien, petugas, dan lingkungan rumah sakit. Tahun 2007 panitia infeksi nosokomial berubah menjadi PPI dengan sasaran target lebih luas meliputi pasien, petugas medis, lingkungan rumah sakit, pengunjung, praktikan atau mahasiswa, dan masyarakat sekitar. Kegiatan yang telah dilaksanakan PPI RS PKU Muhammadiyah adalah mencuci tangan. Kegiatan ini dilakukan selama triwulan bulan maret, april, mei tahun 2012 dan ditemukan angka kepatuhan hand hygiene. Peserta tenaga outsourcing adalah salah satu sasaran target dari pencegahan dan pengendalian infeksi di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Outsourcing atau kerja kontrak adalah bentuk hubungan kerja yang termasuk dalam kategori Precarious Work, istilah yang biasa dipakai secara internasional untuk menunjukkan situasi hubungan kerja yang tidak tetap, waktu tertentu, kerja lepas, tidak terjamin/ tidak aman dan tidak pasti (Rina, 2010). Tenaga outsourcing yang ada di RS PKU Muhammadiyah Gamping meliputi cleaning service, satpam dan petugas satpam. Tugas dari cleaning service di RS adalah membersihkan ruangan rawat inap, ruang operasi, ruang

administrasi dan ruang poli. Hal ini salah satu indikasi adanya kontak langsung dengan pasien, tenaga medis dan juga peralatan yang ada di RS. Petugas taman memiliki tugas untuk membersihkan tambah hal ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan dalam mencuci tangan agar terhindar dari peneluran infeksi. Sehingga dari masalah yang dipaparkan diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing RS PKU Muhammadiyah Gamping. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Adakah hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing RS PKU Muhammadiyah Gamping? 2. Bagaimana hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing RS PKU Muhammadiyah Gamping? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing RS PKU Muhammadiyah Gamping.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang hand hygiene pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. c. Untuk mengetahui kemampuan dalam melakukan hand hygiene pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dalam kemampuan pelaksanaan hand hygiene pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan maanfaat praktik. 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi mengenai pentingnya pengetahuan tentang hand hyigiene pada pelaksanaan hand hygiene yang ada di RS oleh petugas. b. Menambah dan memperkaya kepustakaan dan bahan informasi mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing yang ada di RS. c. Menambah literatur tentang hand hygiene pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammdiyah Gamping.

2. Manafaat Praktik a. Meningkatkan kemampuan hand hygiene pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. b. Meningkatan kesadaran akan pentingnya cuci tangan, khususnya pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menerapakan pelatihan tentang cuci tangan khususnya pada tenaga outsourcing di RS PKU Muhammadiyah Gamping. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat dalam tabel 1.2 Keaslian Penelitian.

NO Judul Penelitian Nama Peneliti 1 Hubungan tingkat Anietya pengetahuan hand Widyanti hygiene dengan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada peserta program pendidikan profesi dokter. 2 Hubungan tingkat pengetahuan hand hygiene dengan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada peserta program pendidikan profesi perawat. Tahun Hasil Perbedaan Persamaan 2013 Rata-rata tingkat pengetahuan dan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene responden kurang. Tingkat pengetahuan responden nilai kurang 93,5%, nilai cukup 6,5%. Kepatuhan responden nilai kurang 83,9%, nilai baik 16,1%. Nilai korelasi 0,599, p<0,005 adanya hubungan positif. Eviyanti 2014 Hasil penelitian ini adalah ratarata tingkat pengetahuan dan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene responden kurang. Tingkat pengetahuan pada responden dengan nilai kurang 81,4%, responden dengan nilai cukup 18,5%. Nilai korelasi 0,0318., p<0,005 adanya hubungan positif. Meneliti tentang angka kepatuhan hand hygiene pada peserta program pendidikan dokter. Subyek penelitian ini adalah peserta program pendidikan profesi perawat. Meneliti tingkat pengetahuan pada hand hygiene. Penelitian ini adalah analitik observational dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan total sampling. Instrument penelitian lembar kuesioner.

NO Judul Penelitian Nama Peneliti 3 Hubungan Rizka pengetahuan Amalia dengan perilaku Alfiantari hand hygiene perawat di bangsal AR Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II 4. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan dokter dalam melakukan hand hygiene di RSUD Panembahan Senopati Bantul Dyah Nuriisa Arintadewi Tahun Hasil Perbedaan Persamaan 2015 Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku hand hygiene perawat di bangsal AR Royan RS PKU Muhammadiyah 2014 Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dokter dengan kepatuhan hand hygiene dokter di RSUD Panembahan Senopati Bantu. Nilai korelasi 0,819, dimana p>0,005, maka tidak didapatkan hubungan. Meneliti tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku hand hygiene pada perawat di bangsal AR Royan RS PKU Muhammadiyah Subyek penelitian ini adalah dokter yang bertugas di RSUD Panembahan Seopati Bantul Tempat penelitian sama yaitu dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II Dengan menggunakan observasional analitik pendekatan cross sectional.