BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Kurikulum 1994 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA (Rustaman et al., 2005). Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BNSP, 2006: 451). Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (BNSP, 2006: 451). Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari keterampilan proses tersebut dilakukan oleh siswa. Misalnya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum siswa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja dengan pengawasan dari pendidik, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil pengamatan secara lisan atau tertulis. Pembelajaran Biologi di SMA mengandung beberapa materi yang bersifat abstrak dan beberapa konsep yang termasuk proses-proses fisiologis. Materi 1
2 pembelajaran Biologi sangat berhubungan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari misalnya, materi sistem ekskresi. BNSP (2006: 456) menyatakan analisis materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Materi sistem ekskresi merupakan salah satu konsep yang harus disampaikan kepada siswa SMA kelas XI semester genap. Standar kompetensi pada konsep sistem ekskresi adalah menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya yang Salingtemas. Kompetensi dasar pada konsep sistem ekskresi adalah menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan atau penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga). Dilihat dari kompetensi dasar tersebut siswa dituntut tidak hanya menjelaskan saja, tetapi siswa juga dituntut dalam mengidentifikasi struktur dan fungsi pada sistem ekskresi serta mengidentifikasi proses-proses fisiologis dalam sistem ekskresi, mengidentifikasi kandungan urin dan mengamati sistem ekskresi hewan dan salah satunya dapat menutut keterampilan siswa untuk melakukan suatu pengujian. Pada sistem ekskresi manusia dapat dilakukan dengan pengujian pada urin manusia. Untuk membuktikan mengenai kandungan yang terdapat pada urin dan mengidentifikasi kelainan atau penyakit pada sistem ekskresi manusia yang berkaitan dengan struktur dan fungsi dari organ-organ ekskresi manusia. Berdasarkan hasil observasi di sekolah, guru sering menggunakan sistem teacher centered yang berupa ceramah dalam menyampaikan materi. Hal ini dapat menghambat siswa untuk memahami materi sistem ekskresi dilihat dari karakteristiknya yang berhubungan dengan proses-proses fisiologis. Dalam mengatasi hal tersebut, guru dapat menggunakan metode lain yang dapat membuat siswa lebih memahami materi sistem ekskresi. Salah satu metode yang dapat digunakan dengan karakteristik materi yang merupakan proses-proses fisiologis yaitu metode praktikum. Menurut Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, et al., 2003) kegiatan praktikum menunjang materi pelajaran,
3 membantu siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori. Praktikum juga dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip Biologi. Dengan menggunakan metode praktikum dalam pembelajaran dapat melatih siswa mengkomunikasikan hasil pengamatannya dan dapat menghubungkan hasilhasil pengamatan, menemukan pola dalam suatu seri pengamatan dan menyimpulkan berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan. Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses sosial, yaitu sesuatu yang berjalan antar manusia. Rustaman et al., (2005) menyatakan mengkomunikasikan sesuatu adalah suatu cara bagi seseorang untuk mengekspresikan atau menyatakan berbagai perasaan atau pemikiran. Berkomunikasi dapat membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Komunikasi juga memungkinkan untuk memperoleh informasi atau gagasan - gagasan baru yang dapat membantu memahami suatu permasalahan dengan baik. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi dan interpretasi sebelumnya pernah dilakukan Lina (2010) dengan judul Profil Kemampuan Komunikasi Dan Interpretasi Siswa SMA Berdasarkan Gender Pada Konsep Sistem Sistem Reproduksi Manusia. Hasilnya menunjukan gender tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan interpretasi hasilnya tidak berbeda signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Profil merupakan gambaran seseorang, lembaga, organisasi, benda ataupun wilayah. Profil dapat menggambarkan seseorang atau lembaga secara umum (Kemhan, 2014). Dalam penelitian ini profil keterampilan berkomunikasi dan interpretasi siswa SMA pada konsep sistem ekskresi berupa data yang dapat menggambarkan profil keterampilan berkomunikasi dan interpretasi yang dimiliki siswa yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang keterampilan berkomunikasi dan interpretasi siswa SMA sehingga penelitian ini berjudul Profil Keterampilan Berkomunikasi Dan Interpretasi Siswa SMA Pada Konsep Sistem Ekskresi Melalui Praktikum.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah profil keterampilan berkomunikasi dan interpretasi siswa SMA pada konsep sistem ekskresi melalui praktikum? Permasalahan diatas dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kemampuan berkomunikasi siswa setelah melakukan praktikum konsep sistem ekskresi? 2. Bagaimanakah kemampuan interpretasi siswa setelah melakukan praktikum konsep sistem ekskresi? 3. Bagaimanakah respon siswa terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran melalui praktikum uji urin? C. Batasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut: 1. Keterampilan berkomunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkomunikasi secara tertulis. Indikator keterampilan berkomunikasi yang diteliti meliputi, menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, membuat grafik hasil pengamatan, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian dan membaca gambar. 2. Keterampilan interpretasi yang diteliti adalah menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menemukan pola dalam suatu seri pengamatan dan membuat kesimpulan. 3. Materi yang akan menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran selama penelitian berlangsung adalah sistem ekskresi pada manusia yaitu, ginjal yang
5 meliputi keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit pada sistem ekskresi manusia. 4. Praktikum yang dilakukan yaitu praktikum uji kandungan urin meliputi, uji kandungan ph, amonia, klorida dan glukosa. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran dan informasi tentang keterampilan berkomunikasi dan keterampilan interpretasi siswa SMA pada konsep sistem ekskresi setelah melakukan praktikum uji urin. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa a. Memberikan informasi pada siswa tentang kemampuan berkomunikasi dan interpretasi yang dimilikinya. b. Sebagai bahan kajian untuk lebih memotivasi siswa dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan interpretasi. c. Melatih kemampuan berkomunikasi dan interpretasi. d. Memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa yang melibatkan keterampilan - keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. e. Meningkatkan pemahaman siswa pada konsep ekskresi melalui praktikum uji urin. 2. Bagi Guru
6 a. Sebagai informasi tentang praktikum dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran pada konsep sistem ekskresi dilihat dari karakteristiknya yang berhubungan dengan proses - proses fisiologis. b. Memberikan informasi profil keterampilan berkomunikasi dan interpretasi siswa melalui praktikum. c. Dapat menjadi sumber informasi untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai keterampilan berkomunikasi dan interpretasi. 3. Bagi Peneliti Lain a. Kekurangan yang dihadapi dalam penelitian ini, dapat dijadikan salah satu rujukan untuk penelitian profil keterampilan berkomunikasi dan interpretasi siswa melalui praktikum terhadap pokok bahasan yang berbeda. b. Memberikan gambaran tentang kemampuan berkomunikasi dan interpretasi Siswa SMA pada konsep sistem ekskresi melalui praktikum.