BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita dengan kasus penyakit infeksi, dengan kemungkinan adanya bermacam-macam mikroba sebagai penyebabnya. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan medis tidak lepas dari keberadaan sejumlah mikroba patogen karena: (1) rumah sakit merupakan tempat perawatan bagi segala macam jenis penyakit, (2) rumah sakit merupakan gudangnya mikroba patogen, (3) mikroba patogen yang ada umumnya sudah kebal terhadap antibiotik (Darmadi, 2008). Rumah sakit merupakan satu dari tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik (Potter & Perry, 2005). Pada umumnya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri terjadi 48 jam atau lebih setelah penderita masuk rumah sakit, dampak akibat kejadian ini adalah meningkatnya biaya perawatan, yang dikarenakan masa rawat inap di rumah sakit menjadi lebih lama (Nasronudin dkk, 2007). Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, dan lama perawatan juga dapat mempengaruhi resiko terinfeksi (Potter & Perry, 2005). 1
2 Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju. Angka kejadian infeksi nosokomial juga telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit (Darmadi, 2008). Angka kejadian infeksi nosokomial bervariasi tergantung pada jenis rumah sakit, jenis pasien serta tingkat resikonya. Hasil penelitian menunjukkan perubahan urutan lokasi infeksi, dimana infeksi saluran kemih menempati urutan pertama (42%), infeksi luka operasi (24%), dan infeksi saluran nafas (11%). Di Indonesia yaitu di 10 rumah sakit umum pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Dari hasil survey awal yang telah dilakukan, peneliti tidak menemukan adanya data angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai dan peneliti mengambil hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting, M. (2008), mengatakan bahwa proporsi infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, sebanyak 62,5% dengan penyebab infeksi nosokomial terdiri dari 7 spesies kuman, gram positif (60%), gram negatif (20%), jamur (20%) dan candida sp (10%). Dan hasil penelitian yang diperoleh dari Jeyamohan & Darshini (2010), yang juga dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan diperoleh angka prevalensi sebanyak 5,6% pasien menderita infeksi nosokomial luka operasi kelas bersih dan kelompok usia diatas 65 tahun paling banyak menderita infeksi nosokomial yaitu sebanyak 33,3%.
3 Sedangkan jenis bakteri yang banyak ditemukan adalah Staphylococcus Aureus sebesar 33,3%. Pencegahan artinya jangan sampai timbul, sedangkan pengendalian artinya meminimalisasi timbulnya resiko infeksi. Infeksi nosokomial yang bersumber pada rumah sakit dan lingkungannya, dapat dicegah dan dikendalikan dengan memperhatikan tiga sikap pokok berikut ini: (1) Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas bahwa dirinya dapat menjadi sumber penularan atau media perantara dalam setiap prosedur dan tindakan medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial, (2) selalu ingat metode mengeliminasi mikroba patogen melalui tindakan aseptik, desinfeksi dan sterilisasi, (3) di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis, khususnya kamar operasi dan kamar bersalin, harus terjaga mutu sanitasinya (Darmadi, 2008). Insiden infeksi nosokomial dapat diturunkan jika perawat menggunakan pemikiran yang kritis pada saat mempraktikan teknik aseptik. Perawat harus selalu mempertimbangkan resiko pasien terkena infeksi dan mengantisipasi bagaimana pendekatan perawatan dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan penularan infeksi (Potter & Perry, 2005). Perawat yang selalu kontak dengan pasien, harus menyadari bahwa dia adalah media perantara penularan sekaligus sebagai sumber penularan. Tindakan yang ceroboh dalam menangani material dan instrumen serta ceroboh dalam menangani pasien akan berakibat merugikan pasien. Oleh karena itu, peranan tenaga keperawatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial cukup besar dan juga perlu
4 adanya pembagian tugas dan pelatihan bagi tenaga-tenaga keperawatan yang khusus membidangi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008). Untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial diperlukan pengetahuan yang mendukung, khususnya bagi seorang perawat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai. 1.4. Manfaat Penelitian Melalui identifikasi pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
5 1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan informasi yang berguna mengenai infeksi nosokomial dan pencegahan infeksi nosokomial, khususnya bagi perawat yang akan bekerja dalam praktek keperawatan dan dapat menerapkan kewaspadaan universal dengan melakukan praktek kaperawatan sesuai dengan standar prosedur asuhan keperawatan yang telah ditentukan. 1.4.2. Bagi Praktik Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang infeksi nosokomial dan pencegahan infeksi nosokomial, sehingga dapat dipergunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional. 1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data dasar untuk melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial.