BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB II LANDASAN TEORI. Postpurchase dissonance adalah suatu tahap dari postpurchase consumer

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. oleh hampir semua orang. Menjamurnya bisnis seperti waralaba (franchise), pusat

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meillyza Larassaty Nur Arimbi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

Niken Kartikasari F

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan


BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

Keadaan tersebut menunjukkan perilaku membeli yang ditunjukkan remaja tidak lagi dilakukan karena suatu kebutuhan, melainkan karena alasan-

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Latar Belakang Pada mulanya belanja hanya merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Pada saat ini konsep belanja itu sendiri telah berkembang sebagai sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam perilaku membeli pada masyarakat. Terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasari pada kebutuhan yang sebenarnya. Perilaku membeli yang tidak sesuai kebutuhan dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros dikenal istilah perilaku konsumtif. Belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Perilaku berlebihan inilah yang disebut dengan perilaku konsumtif (http://www.freewebs.com/kolektifbunga/konsumerisme.htm).

Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.artinya, konsumen lebih memperhatikan penggunaan produk-produk dari merek-merek tertentu untuk mendapatkan penghargaan, pujian, untuk meningkatkan kepercayaan diri, menjaga gengsi, menampilkan kehidupan mewah, karena iming-iming hadiah, karena konform dengan artis atau public figure, atau sekedar untuk menjaga simbol status tertentu dan cenderung mengabaikan manfaat dan kegunaan barang-barang yang dibeli tersebut. Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi, seseorang memiliki penghasilan Rp. 500.000,-, kemudian ia membelanjakan Rp. 400.000,-, dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa Rp. 100.000,- ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut berperilaku konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia butuhkan (apalagi ia membeli sepatu seharga Rp. 200.000,- dengan kartu kredit), maka ia dapat disebut berperilaku konsumtif. Pola hidup yang konsumtif juga menampakkan kesenjangan yang semakin besar pada masyarakat, sehingga kalangan yang sebenarnya tidak mampu atau tidak memerlukan perilaku konsumtif ini turut mempraktekannya, dan kemudian ia bisa saja melakukan segala upaya dalam memenuhi keinginannya, sehingga bisa menyebabkan terjadinya hal-hal yang devian (Kusmin, dalam http://www.freewebs.com/kolektifbunga/konsumerisme.htm).

Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa yang merupakan salah satu komponen masyarakat juga. Perilaku konsumtif pada mahasiswa sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia mahasiswa sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Mahasiswa ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan mahasiswa berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Mahasiswa dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para mahasiswa menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya. Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada mahasiswa ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah lebih besar pasak daripada tiang berlaku dalam perilaku konsumtif yang terjadi pada mahasiswa ini. Terkadang apa yang dituntut oleh mahasiswa di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia mahasiswa. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya. Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok mahasiswa. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola

bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika. Tambunan (2001) mengatakan kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar yang potensial bagi produsen karena belanja ternyata memiliki arti tersendiri bagi remaja itu. Alasannya karena pola konsumsi seseorang mulai terbentuk saat ia memasuki usia remaja. Lebih lanjut dikatakannya, bahwa perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh masyarakat disekitarnya terutama oleh teman sebayanya dengan menjadi bagian dari lingkungannya itu. Kebutuhan untuk diterima dan diakui menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk membeli produk atau menggunakan produk yang sesuai dengan harapan dan trend yang ada disekitarnya. Sarwono (2000) menyatakan bahwa maju dan pesatnya teknologi komunikasi massa sehingga membuat hampir tidak ada batasan geografis, etnis, politis maupun sosial sehingga informasi yang ada pada satu masyarakat dengan masyarakat lain bisa disampaikan dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga pola perilaku konsumtif dari masyarakat lain dapat diketahui dengan cepat dan diikuti oleh masyarakat lain khususnya mahasiswa yang mengikuti trend mode dari masyarakat daerah lain bahkan dari artis atau public figure. Hal ini jugalah yang membuat perilaku konsumtif pada mahasiswa semakin besar Penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa dengan alasan karena dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa

keadaan sosial ekonomi mahasiswa lebih bersifat heterogen artinya bahwa taraf kehidupan ekonomi mahasiswa dan keluarganya pada umumnya menyebar dari jenjang ekonomi bawah sampai ekonomi atas. Dan dari pengamatan lanjutan pada terhadap kelompok mahasiswa USU, bahwa mereka cenderung memiliki pola hidup konsumtif yang terlihat dari penggunaan dan pembelian produk-produk yang tidak berdasarkan kebutuhan pokoknya sehari-hari namun lebih kepada penampilan, merek, harga diri atas penggunaan produk, harga dan produk-produk yang bergengsi. Hal ini juga dapat terlihat dari semakin berkembangnya kawasan perbelanjaan yang terdapat di areal Kampus yang dikenal mahasiswa dengan PAJAK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Ditempat ini dijual beraneka ragam kebutuhan pokok belajar mahasiswa mulai dari pensil, pena, buku, disket, CD, binder sampai kebutuhan lainnya seperti aksesoris Handphone, VCD, Filmfilm, pakaian, sepatu, tas dll. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya mahasiswa yang tinggal dikawasan melakukan proses pembelian bukan didasarkan atas kebutuhan pokok, namun sekedar hanya untuk mencari produk-produk yang bergengsi dan mahal. Selain itu mahasiswa yang berdomisili di kota Medan, akan mudah terpengaruh oleh arus komunikasi periklanan produk dari produsen, Televisi, Radio dll karena Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merupakan kota yang sedang mengalami pengembangan kota yang pesat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya sarana dan prasana yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti perumahan,

pertokoan, pendidikan bahkan pusat perbelanjaan serta pusat hiburan (Suti, 1979). Oleh karena itu fasilitas yang sudah dibangun ini memberikan kemungkinan dan kemudahan bagi mahasiswa untuk membeli produk-produk yang banyak (cenderung konsumtif). Allport (dalam Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai suatu sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Setiap orang memiliki kepribadian yang unik yang membedakannya dengan orang lain. Walaupun begitu individu dapat digolongkan ke dalam tipe kepribadian tertentu. Tokoh yang menjelaskan mengenai hal ini adalah Carl Gustaf Jung. Jung (dalam Schultz & Schultz, 1993) membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yaitu sikap introvert dan ekstrovert. Sikap introvert mengarahkan individu ke dunia dalam, dunia subjektif dan sikap ekstrovert mengarahkan individu ke dunia luar yaitu dunia objektif. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengatakan bahwa seseorang terletak pada salah satu tipe kepribadian. Individu yang introvert memiliki orientasi ke dalam, ke dunia sendiri; bertipe ragu-ragu, berhati-hati dan suka termenung. Sedangkan seorang ekstrovert memiliki orientasi ke luar, bertipe aktif, menarik dalam pergaulan dan suka berpetualang. Setiap kedua sifat tersebut memang ada pada diri setiap individu. Hanya saja ada yang dominan dan ada yang tidak pada diri seorang individu. Eysenck (dalam Zulkarnain & Danta, 2003) mengatakan bahwa tipe ekstrovert bercirikan suka bergaul, memiliki banyak teman, membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, suka mengambil kesempatan, selalu ingin tahu, senang lelucon dan umumnya

suka perubahan. Selain itu cenderung agresif dan gampang kehilangan kesabaran, sekaligus perasaannya tidak tersimpan dengan baik serta tidak selalu dapat dipercaya. Sementara itu tipe introvert dinyatakan bercirikan pendiam, penyegan, introspektif, lebih menyukai buku daripada orang banyak, memikirkan kehidupan sehari-hari secara serius, menyukai keteraturan, menyimpan perasaan, jarang berperilaku agresif dan tidak gampang marah, dapat dipercaya, cenderung pesimis dan menaruh penilaian yang tinggi pada standar etika, lebih sensitif terhadap penderitaan, gampang letih dan lebih cepat bosan. Hawkins dkk (1986) menyatakan bahwa kepribadian konsumen mengarahkan dirinya pada perilaku yang berbeda dalam setiap hal. Konsumen cenderung memilih produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut David Sparks & W.T.Tucker (1971), kepribadian adalah salah satu kunci penting yang mempengaruhi individu dalam melakukan suatu pembelian. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa dalam perilaku membeli individu yang cenderung konsumtif, kepribadian memegang peranan penting misalnya orang yang ektrovert lebih banyak membeli barang daripada orang yang introvert. Setiadi (2003) mengatakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert cenderung memiliki perilaku konsumtif yang inovatif yaitu deraja seseorang untuk menginginkan atau mencoba sesuatu yang baru termasuk dalam penggunaan produk baru atau merek terbaru. Sejalan dengan itu Swastha (1987) menyatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki orientasi orang (people oriented) termasuk dalam hal mengkonsumsi suatu produk. Hal ini berarti individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cederung membeli produk agar dinilai baik oleh orang lain dan cenderrung melupakan

esesnsi dasar dari produk itu yaitu kegunaan dan kebutuhan akan produk tersebut. Lury (1998), menambahkan individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dalam memilih atau mengkonsumsi suatu produk misalnya pakaian, aksesoris dll disesuaikan dengan selera/trend kebanyakan orang, agar ia dapat memperoleh status/posisi sosial dikalangan tertentu.dengan kata lain, individu dengan tipe kepribadian ekstrovert kemungkinan memiliki perilaku yang konsumtif. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert menurut Swastha (1987) adalah individu yang sensitif dan mudah menentang pernyataan yang tidak cocok dengan sikap dasar keyakinan yang ada dalam dirinya sehingga inividu dengan tipe kepribadian introvert ini tidak mudah terpengaruh terhadap pembelian produk-produk yang tidak sesuai dengan sikap dasar keyakinannya. Dengan kata lain, individu dengan tipe kepribadian introvert kemungkinan memiliki perilaku yang tidak konsumtif Berdasarkan penjelasan diatas, penulis hendak melihat bagaimana perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovet dan introvert. Pertanyaan Penelitian Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyan penelitian yaitu: Bagaimanakah perbedaan perilaku konsumtif mahasiswa yang berkepribadian ekstrovert dan yang berkepribadian introvert? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian. Apakah tipe kepribadian

ekstrovert cenderung untuk berperilaku konsumtif dan apakah tipe kepribadian introvert juga cenderung untuk berperilaku konsumtif. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan membawa dua manfaat yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis 1. Manfaat Teoritis a. Bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologii industri dan organisasi. b. Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang perilaku konsumen, khususnya dalam mengetahui perbedaan perilaku konsumtif pada mahasiswa ditinjau dari tipe kepribadian. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberi masukan penting bagi dunia usaha yaitu untuk mengetahui tipe kepribadian yang seperti apa yang dapat mempengaruhi perilaku membeli suatu produk dengan tidak menggunakan pertimbangan yang rasional. b. Membantu pembaca melihat sejauh mana individu dengan tipe kepribadian yang berbeda yaitu ekstrovert dan introvert menunjukkan perilaku konsumtif c. Mahasiswa diharapkan dapat memahami sikap dan perilaku diri sendiri yang berkaitan dengan perilaku konsumtif yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian masing-masing

d. Membantu individu lebih memahami tentang perilaku konsumtif serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. e. Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi tambahan bagi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan perilaku konsumtif pada individu Sistematika Penulisan sebagai berikut : Proposal penelitian ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sitematika BAB I : Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Yang meliputi pengertian tentang perilaku konsumtif dan tipe kepribadian. BAB III : Metode Penelitian Memuat mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu pertanyaan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data. Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Penelitian

Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan juga membahas data-data penelitian ditinjau dari teori yang relevan. Bab V :Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi hasil penelitian, serta saran-saran yang diperlukan, baik untuk penyempurnaan penelitian atau untuk penelitian selanjutnya.