BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Neonatus memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena ISK. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki angka yang cukup tinggi di Indonesia.Berdasarkan Riset. Bayi Lahir Rendah (BBLR) mencapai 11,5%, meskipun angka ini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

INFEKSI SALURAN KEMIH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

PROCALCITONIN DAN SEL DARAH PUTIH SEBAGAI PREDIKTOR UROSEPSIS PADA PASIEN OBSTRUKSI SALURAN KEMIH DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

Transkripsi:

20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus Neonatus memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena ISK. Hal ini disebabkan karena sistem imun yang belum berkembang sempurna. 3 Dengan mengacu pada kondisi imaturitas sistem imun, bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan terhadap ISK. 7 Namun hal ini dapat dikurangi dengan pemberian ASI selama 6 bulan pertama. 3 Penyebab ISK yang paling sering adalah E. Coli. Pada bayi kurang bulan dan sepsis awitan lanjut penyebab infeksi yang paling sering adalah Acitenobacter calcoaceticus. Acitenobacter calcoaceticus merupakan agen nosokomial dengan virulensi rendah, namun dapat menjadi penyebab infeksi berat pada pejamu imunokompromais termasuk di dalamnya neonatus. 7 Penyebab ISK pada neonatus adalah penyebaran mikroorganisme secara hematogenik atau penyebaran ke atas dari meatus uretra. 7 Maka infeksi saluran kemih pada neonatus bukanlah suatu keadaan tunggal namun berupa variasi kondisi dari bakteriuria asimtomatik sampai sepsis. 13 Oleh karena itu, gejala ISK pada neonatus pada umumnya tidak spesifik dan bervariasi. 1 Pada umumnya gejala yang paling sering timbul adalah demam tanpa fokus dengan suhu di atas 38 o C. 8,14 Gejala dan tanda lain yang sering timbul adalah rewel, toleransi diet buruk, muntah, diare dan

21 hiperbiluribinemia. 8,15 Sepsis juga dapat menyertai kejadian ISK pada neonatus dan merupakan masalah yang penting karena meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ISK pada neonatus. 6 Tumpang tindihnya gejala yang timbul pada neonatus dengan ISK dan sepsis mengindikasikan perlunya urinalisis, kultur urin dan punksi lumbal untuk sepsis awitan lanjut sebagai bagian dari septic workup. 7 Tidak spesifiknya gejala ISK pada neonatus menyebabkan diagnosis juga sering sekali tidak tegak. Hal tersebut juga dibarengi dengan sampel pemeriksaan yang sulit didapatkan. 15 Meskipun luaran dari ISK pada umumnya ringan, namun apabila terjadinya usia dini dapat menyebabkan parut ginjal, terutama apabila disertai kelainan bawaan. 1 Laju filtrasi glomerulus yang rendah pada neonatus berubah drastis pada bulan pertama kehidupan. Nefrogenesis telah lengkap pada saat lahir namun maturasi glomerulus dan fungsi tubulus akan berlanjut selama dua tahun pertama kehidupan. Pada saat ini ginjal sangat rentan terhadap cedera terutama pada tahun pertama. 13 Oleh karena itu, deteksi dini ISK dan penanganan kelainan saluran kemih akan mencegah kerusakan ginjal berulang yang dapat menyebabkan gagal ginjal. 15 Diagnosis ISK pada neonatus memiliki kesulitan tersendiri, 14 dikarenakan tidak spesifiknya gejala ISK pada neonatus maka diagnosis juga sering sekali tidak tegak. Hal tersebut juga dibarengi dengan sampel pemeriksaan yang sulit didapatkan. 15 Pengambilan sampel mungkin terlalu

22 sulit apabila melibatkan kateterisasi dan aspirasi suprapubik atau terlalu mudah apabila dilakukan dengan kantong pengumpul urin. Namun disamping kemudahannya, penggunaan kantong pengumpul urin memiliki kekurangan yaitu sering terjadinya kontaminasi yang mengurangi efektifitas pemeriksaan ini. 14 Penggunaan metode aspirasi suprapubik dan kateter juga memiliki kekurangan tersendiri, yaitu kedua prosedur ini infasif dan sakit, terlebih lagi memiliki risiko timbulnya cedera bila dilakukan petugas yang tidak berpengalaman. Metode ini kurang praktis pada keadaan di negara berkembang dengan banyaknya anak demam. Oleh karena itu, metode clean catch memiliki keuntungan tersendiri yaitu angka kontaminasi yang rendah dan memiliki keefektifan seperti urin porsi tengah serta laju positif palsu yang rendah dibanding stik urin. 14 Untuk meningkatkan keefektifan pemeriksaan, sampel dengan tingkat kontaminasi rendah harus diambil dalam kondisi perineum dibersihkan dan dicuci secara benar sebelum pemasangan kantong, kantong urin segera dilepas setelah urin terkumpul dalam kantong dan urin langsung diproses atau paling tidak dibekukan. 16 Penegakan diagnosis ISK adalah dengan pemeriksaan kultur urin, namun hasil laboratorium pendukung ISK dapat menjadi dasar pemberian terapi antibiotik empiris. 17 Semua neonatus yang dicurigai urosepsis harus mendapatkan antibiotik spektrum luas sampai dijumpai hasil sensitivitas kultur untuk

23 penggunaan antibiotik tunggal. Antibiotik spektrum luas yang digunakan adalah ampisilin dan gentamisin yang memberikan efek yang baik untuk patogen yang mungkin ada. 8 2.2. Pemeriksaan Laboratorium untuk Skrining ISK 2.2.1 Laju Endap Darah Laju endap darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang berfungsi sebagai indeks penyakit umum bersamaan dengan temuan klinis. Pemeriksaan LED juga merupakan metode skrining non spesifik untuk mendeteksi respon inflamasi fase akut serta untuk melihat proses kronis. 18 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan LED adalah protein, suhu ruangan dan adanya anemia, yang akan menyebabkan pembacaan hasil tinggi palsu. 18 Hasil LED yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar protein fase akut, terutama fibrinogen. 19 Adapun nilai normal LED pada bayi kurang dari 6 bulan adalah 12 mm/jam sampai 17 mm/jam dan semakin meningkat sesuai usia. 20 2.2.2 C-Reactive Protein Produksi CRP adalah bagian dari respon fase akut nonspesifik terhadap inflamasi, infeksi, dan kerusakan jaringan. 21 Peran CRP di dalam tubuh adalah berikatan dengan berbagai ligan, mengaktivasi jalur klasik

24 komplemen, menstimulasi fagositosis, dan berikatan dengan reseptor imunoglobulin. 22 Dari semua protein fase akut yang paling banyak digunakan sebagai indikator adalah LED dan CRP. Kelebihan penggunaan CRP dibandingkan dengan LED adalah kadar CRP secara langsung menunjukkan fungsi produksi hati yang tidak dipengaruhi komponen darah lain dan kadar CRP darah memiliki profil kinetik yang cepat. 23 Peningkatan CRP secara luas menunjukkan gambaran hati sebagai respon terhadap keadaan inflamasi di mana terjadinya peningkatan sintesis beberapa protein plasma seperti CRP dan fibrinogen yang disertai menurunnya protein lain terutama albumin. 22,23 2.2.3 Mikroskopis Berbagai elemen sel dapat diidentifikasi di dalam urin, seperti sel darah putih, sel darah merah, bakteri dan sedimen secara mikroskopis. 24 Telah banyak studi dilakukan untuk menilai sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan mikroskopis dalam memprediksi ISK. Adapun nilai sensitifisitas temuan mikroskopis bakteri dan leukosit dalam urin dalam mendeteksi ISK adalah 75% dan 85%. 25

25 Gambar 1. Respon protein fase akut yang melibatkan sitokin dan hormon lain. 23 2.3. Faktor Risiko ISK pada Neonatus Tingginya kejadian ISK pada neonatus disebabkan beberapa kondisi seperti adanya anatomi yang tidak normal, disfungsi urologis, dan adanya pemasangan kateter. Selain kondisi tersebut, faktor yang mempengaruhi prevalensi ISK adalah umur, jenis kelamin, metode pengambilan urin, metodologi pemeriksaan, kriteria diagnostik dan kultur. 26 Jenis kelamin lakilaki dan prematuritas disebut sebagai faktor risiko klasik. 5,12

26 Perlindungan alamiah tubuh terhadap ISK termasuk di dalamnya adalah kandungan antibakteri urin dan mukosa saluran kemih, mekanisme anti perlengketan, efek mekanis aliran urin, adanya sel fagosit dan mekanisme imun. 5 Faktor yang mempengaruhi virulensi bakteri salah satunya adalah kemampuan perlengketan pada mukosa. 26 Pada periode neonatal, mekanisme anti perlengketan ini tidak sempurna dan menyebabkan rentan ISK. Terlebih lagi pada periode ini sulit dibedakan apakah ISK merupakan penyebab atau sebab dari bakteremia. 5 Insidensi dari ISK pada neonatus didominasi oleh jenis kelamin lakilaki, neonatus kurang bulan, dan pada neonatus dengan berat badan lahir rendah yang bisa mencapai 10%. Insidensi tersebut berhubungan juga dengan adanya beberapa faktor risiko untuk ISK yang berupa penggunaan antibiotik spektrum luas, pemasangan kateter intravena, penggunaan ventilasi mekanis. 5 Penggunaan antibiotik spektrum luas yang pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang belum tegak dapat menyebabkan berubahnya flora normal neonatus, yang kemudian memungkinkan infeksi oportunis. Pemasangan kateter vena yang penting untuk jalan masuk obat maupun nutrisi dapat memfasilitasi bakteremia serta ISK. Begitu juga dengan intubasi yang perlu untuk prosedur ventilasi mekanis dapat menyebabkan infeksi. 5 Neonatus prematur dan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko untuk menderita ISK lebih besar. 12 Jenis kelamin laki-laki lebih berisiko menderita

27 ISK dikarenakan adanya faktor predisposi berupa kulup penis. Bayi laki-laki di bawah satu tahun yang belum disirkumsisi memiliki hitung koloni bakteri yang lebih tinggi pada glans dibandingkan yang telah disirkumsisi, terutama bakteri uropatogen E coli. Hitung koloni ini paling tinggi pada beberapa minggu kehidupan dan kemudian akan berkurang dalam tahun pertama hingga sangat sedikit pada usia lima tahun. 27 Infeksi saluran kemih merupakan bidang yang penting untuk neonatologis karena tidak adanya gejala maka diagnosis harus dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan kultur, dapat menunjukkan adanya kelainan saluran kemih seperti obstruktif uropati, dan efek jangka panjang yang berat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang faktor risiko atau predisposisi ISK sangat penting untuk menentukan diperlukannya pemeriksaan kultur urin serial untuk mendapatkan diagnosis dini dan terapi adekuat. 5 Rekomendasi terakhir adalah semua bayi dan anak yang datang dengan demam tanpa fokal infeksi di atas 38 o C harus di periksa urin di bawah 24 jam. Bayi dengan lokasi infeksi lain yang jelas tidak perlu diperiksa urin, namun apabila setelah terapi tidak ada perbaikan, harus diperiksa urin sebelum 24 jam. Bayi dan anak dengan gejala dan tanda sugestif ISK (demam, muntah, letargi, rewel, toleransi makan buruk, jaundice, hematuria) harus diperiksa urin. 24

28 2.4 Kerangka konsep : yang diperiksa Gambar 2. Kerangka konsep penelitian